Bola.com, Jakarta - Menghadapi Piala AFF 2020, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-Yong secara berani meninggalkan nama-nama penyerang tenar. Ia lebih memilih striker-striker yang dicap semenjana di level klub.
Lini depan Timnas Indonesia dihuni pemain-pemain yang produktivitasnya tak istimewa di level klub: Hanis Saghara, Ezra Walian, Dedik Setiawan, Kushedya Yudo. Tak ada nama top scorer sementara BRI LIga 1, Ilija Spasojevic, atau nama-nama populer macam Lerby Eliandry atau Alberto Goncalves.
Baca Juga
Advertisement
Harus diakui pilihan STY di sektor depan tak banyak. Ini karena terjadi karena mayoritas klub Liga 1 lebih doyan menggunakan striker asing. Marco Simic, Carlos Fortes, Wander Luiz adalah deretan predator asing yang mentas di kompetisi domestik mereka.
Slot buat penyerang lokal tergerus keterbatasan tempat di lini depan. Perubahan taktik sepak bola modern menutup ruang gerak mereka berkreasi. Dengan sistem permainan 4-2-3-1, 4-3-3, atau 4-5-1, hanya dibutuhkan seorang striker saja sebagai target man.
Ironis karena sejarah mencatat di sepanjang sejarah Piala AFF, tercatat beberapa kali striker-striker kita nangkring sebagai pencetak gol terbanyak. Gendut Doni Christiawan jadi top scorer edisi 2000, Bambang Pamungkas (2002), dan Ilham Jaya Kesuma (2004).
Namun, entah kenapa produktivitas penyerang Timnas Indonesia merosot memasuki periode pengujung 2000-an. Pada 2010, Timnas Indonesia mengandalkan Cristiano Ronaldo, pemain naturalisasi berdarah Uruguay sebagai tukang gedor utama.
"Realitanya memang pahit, makin ke sini kita makin sulit dapat striker lokal haus gol," tutur Iwan Setiawan, mantan pelatih Persela Lamongan yang pernah menukangi Timnas Indonesia U-17.
Setelah sosok Bambang Pamungkas, tak ada lagi striker kharismatik dimiliki Tim Merah-Putih. Bepe pun bisa dibilang kehilangan ketajamannya di berbagai ajang internasional, termasuk Piala AFF.
Ada sosok lain yang istimewa Boaz Solossa, walau kalau mau jujur ia lebih sering beroperasi di sayap kiri. Penerus Bepe sebagai target man nyaris tak ada.
Sempat mencuat striker-striker potensial macam Yongki Aribowo, Syamsir Alam, Alan Martha, Marinus Manewar, tapi karier mereka entah kenapa stagnan. Kehadiran begitu banyak predator impor membuat mereka terpental dari spotlight.
Sangking frustrasinya sejumlah pelatih Timnas Indonesia mencobai kemampuan pemain naturalisasi untuk menjaga ketajaman. Nama Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, Ilija Spasojevic, dan Alberto Goncalves mencuat ke permukaan. Namun, hanya sedikit di antara mereka yang kariernya panjang di Tim Merah-Putih. Entah kenapa rapor bagus mereka tak menular saat menggunakan kostum timnas kita.
Praktis hanya seorang Beto yang punya karier awet di timnas. Bahkan di usianya yang terbilang senja 38 tahun ia masih jadi andalan Timnas Indonesia di laga-laga awal Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Seret Gol di Klub
Jika bicara statistik, empat penyerang Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 tak punya catatan rekor gol yang fenomenal. Cenderung biasa-biasa saja.
Misal Kushedya Hari Yudo. Catatan golnya bersama Arema FC musim ini juga masih jauh dari kata memuaskan. Sebab, ia baru menjebol gawang lawan sebanyak dua kali dari total sembilan penampilannya di Liga 1 2021-2022.
Di Timnas Indonesia pun Yudo belum menyumbang sebiji gol pun.
Rekan setimnya di Arema, Dedik Setiawan sama saja. Dari 10 penampilannya, ia baru bisa menjaringkan satu gol buat Tim Singo Edan.
Sementara itu, catatan gol Hanis Saghara di Liga 1 2021-2022 juga belum terlalu memuaskan. Sebab, ia baru mengumpulkan satu gol dari total tiga penampilannya bersama Persikabo. Hanya produktivitasnya di timnas level junior lumayan.
 Hanis sempat menjadi pilihan utama Shin Tae-yong di skuad timnas Indonesia U-23. Dia juga sempat mencetak gol ketika Garuda Muda menggelar laga uji coba. Masing-masing gol itu tercipta ketika bertanding melawan Tajikistan dan Nepal.
Â
Â
Â
Advertisement
Comeback Ezra Walian
Ezra Walian jadi satu-satunya penyerang Timnas Indonesia yang namanya cukup populer. Namanya melesat ketika membela Timnas U-23 di SEA Games 2017. Ia pemain naturalisasi berdarah Belanda.
Sebelum berkarier di Indonesia Ezra sempat melanglang buana di sejumlah klub Belanda macam Almere City, RKC Waalwijk, dan Jong Ajax.
Sayang bakat Ezra tak bisa dimaksimalkan pasca SEA Games 2017. Ia dilarang FIFA membela Timnas Indonesia karena masalah administrasi yang belum beres. Cukup panjang bagi striker yang di Indonesia sempat mentas di PSM Makassar dan kini Persib Bandung menanti kesempatan menggunakan kostum Merah-Putih.
Piala AFF 2021 jadi ajang perdana Ezra comeback. Keputusan STY memanggil Ezra sejatinya mengundang tanda tanya. Di Maung Bandung pemain berusia 24 tahun itu baru mencetak satu gol saja sepanjang musim.
Jeblok di Persib, kinerja Ezra relatif mentereng di Timnas Indonesia. Selama menggelar tiga laga uji coba di Turki pada periode November lalu, hanya Ezra Walian yang berhasil mencetak gol di antara penyerang yang ada di skuat saat ini.
Ezra Walian totalnya sudah mengemas dua gol, satu ke gawang Myanmar dan satu ke gawang tim akademi Antalyaspor.
Â
Fisik dan Mobil
Nakhoda Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, santai saja dengan derasnya kritikan yang diarahkan ke para penyerang yang ia bawa ke Singapura.
Menurut perspektif cara bermain tim asuhannya, ia ingin timnas tidak terlalu tergantung pada striker dalam mencetak gol. Ia menuntut para gelandang juga jadi pemain pemecah kebuntuan.
"Memang masalah ini setiap tim berbeda-beda, tapi bagi saya baik itu striker maupun gelandang harus bisa mencetak gol dengan begitu tim akan semakin baik," kata Shin Tae-yong dalam konferensi pers, Rabu (8/12/2021).
"Tidak ada posisi khusus yang harus selalu cetak gol, tapi semua pemain dituntut untuk bisa melakukannya."
"Bila pemain mampu menjalankan strategi dengan baik, pastinya semua pemain bisa berpeluang mencetak gol," katanya lagi.
Arsitek asal Korea Selatan itu juga menjelaskan alasan tidak memanggil Ilija Spasojevic ke timnas Indonesia.
Secara permainan, Shin mengakui kalau Spaso adalah striker yang matang dengan kemampuan hebat.
Namun, STY merasa gaya bermain Spaso kurang cocok dengan strategi yang ingin diterapkannya. Selain itu, saat menggelar pemusatan latihan di Jakarta jelang Kualifikasi Piala Dunia 2021 pada Mei lalu, Spaso terlihat kecapekan saat mengikuti materi dari Shin Tae-yong.
"Saya tahu dia mencetak banyak gol di Liga 1, dia mempunyai finishing yang sangat oke. Tapi ketika datang ke pemusatan latihan, dia terlihat lelah, dia tidak membuat saya terkesan. Untuk turnamen kali ini Spaso tidak masuk tim saya," tuturnya.
STY ingin striker yang mobil, karakternya mirip Roberto Firmino atau Harry Kane. Mereka bisa jadi andalan menyelesaikan peluang emas, sekaligus menarik perhatian lawan turun ke lini kedua, untuk kemudian para gelandang masuk sebagai pemecah kebuntuan.
"Saya butuh pemain yang banyak bergerak. Fisik yang bugar amat memegang peranan penting," kata pelatih timnas negaranya di Piala Dunia 2018 itu.
Â
Advertisement
Dua Laga Awal Penentu
Timnas Indonesia akan berjibaku kontra Kamboja pada laga perdana Grup B Piala AFF 2020, Kamis (9/12/2021). Cap tim lemah untuk Kamboja memang sudah terbukti ketika mereka terjungkal di depan Timnas Malaysia.
Namun, bukan berarti Kamboja tak memiliki level bahaya tingkat tinggi. Bagaimanapun, bola itu bulat, sehingga apa saja bisa terjadi ketika Timnas Indonesia lengah alias tidak fokus.
Tidak hanya bersua Kamboja, Timnas Indonesia juga akan bertarung demi lolos ke babak semifinal Piala AFF 2020. Selain Kamboja, ada Laos, Vietnam dan Timnas Malaysia.
Dua laga awal penyisihan amat penting bagi Tim Merah-Putih. Evan Dimas cs. wajib mengantungi kemenangan telak melawan Kamboja dan Laos, tim yang terhitung enteng.
Dengan menabung banyak gol, tim asuhan Shin Tae-yong lebih relaks saat menghadapi juara bertahan Vietnam dan musuh bebuyutan Malaysia.
Laga melawan Kamboja dan Laos jadi ajang pembuktian bagi empat striker Timnas Indonesia. Saat dapat kesempatan bermain mereka harus menunjukkan ketajaman untuk membuktikan kepantasan menggunakan jersey berlambang Garuda.
Mestinya dengan kualitas lawan yang tak istimewa, mereka bisa leluasa menorehkan nama di papan skor.