Sukses


    7 Veteran Piala Dunia yang Bermain di Indonesia

    Bola.com, Jakarta - Bicara soal kualitas kompetisi profesional kasta tertinggi Indonesia belum sehebat Jepang atau mungkin Korea Selatan, yang dianggap memiliki kompetisi terbaik selevel Eropa dari kawasan Asia. Walau begitu Indonesia boleh berbangga di tengah keterbatasannya Liga Indonesia jadi gulali bagi sejumlah pemain top yang pernah mentas di Piala Dunia.

    Sejak kompetisi penggabungan Galatama dan Perserikatan dengan label Liga Indonesia digulirkan 1995 silam, sejumlah veteran World Cup sempat wira-wiri di kompetisi elite Tanah Air. Tak terkecuali saat kompetisi kini berubah nama menjadi Indonesia Super League.

    Sayang publik sepak bola nasional untuk sementara harus gigit jari tak bisa menyaksikan bintang-bintang elite dunia, karena kompetisi ISL tengah terhenti imbas konflik PSSI-Kemenpora. Siapa-siapa saja pemain veteran Piala Dunia yang pernah singgah ke Indonesia?

    1. Mario Kempes


    Mario Kempes, top scorer Piala Dunia 1978 asal Argentina.

    Mantan bintang timnas Argentina di Piala Dunia 1978 ini pernah berlaga di Liga Indonesia bersama Pelita Jaya pada tahun 1999. Saat datang ke Indonesia usianya yang tak lagi muda (Kempes kelahiran 15 Juli 1954).

    Striker andalan Albiceleste yang menyabet gelar Piala Dunia 1978 sekaligus jadi top scorer turnamen menyumbang 10 gol di 15 pertandingan yang dilakoni bersama Pelita. Produktivitas yang terhitung lumayan karena saat berkiprah di Liga Indonesia terlihat kalau badan Kembes sudah tampak tambun.

     

    2. Roger Milla


    Roger Milla, memesona publik sepak bola dunia bersama Kamerun di Piala Dunia 1990.

    Timnas Kamerun menciptakan sensasi dengan menembus perempat final Piala Dunia 1990. Sosok Roger Milla jadi aktor utama di balik kesuksesan itu. Striker yang saat bermain di Piala Dunia 1990 usianya sudah gaek 36 tahun jadi predator yang menakutkan. Ia mempopulerkan selebrasi berjoget pinggul ala Afrika usai mencetak gol.

    Siapa sangka usai membela Kamerun di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat,  Milla merumput di Liga Indonesia dengan bergabung membela Pelita Jaya. Di klub milik pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie, Milla hanya bermain satu musim  pada 1994-1995.

    Penampilannya cukup lumayan dengan menciptakan 23 gol dari 23 pertandingan. Di tahun 1996, Milla memutuskan hengkang dari Pelita Jaya untuk selanjutnya berlabuh di Putra Samarinda. Saat membela Putra Samarinda, Milla berhasil menciptakan 18 gol dari 12 pertandingan.

    3. Pierre Njanka 

    Junior Roger Mila di timnas Kamerun, Pierre Njanka singgah kali pertama ke Indonesia dengan membela Persija Jakarta di ISL musim 2008-2009. Kemudian mantan bek timnas Kamerun di Piala Dunia 1998 dan 2002 tersebut hengkang ke Arema Malang.

    Luar biasanya, Njanka di musim perdananya bersama Tim Singo Edan mampu mempersembahkan gelar juara ISL. Tropi itu terasa spesial bagi Kera-kera Ngalam, karena menjadi yang pertama sejak era Liga Indonesia mulai bergulir pertengahan 1990-an. Pencapaian tertinggi Arema sebelumnya adalah dengan menjadi juara Piala Indonesia 2005 dan 2006.

    Njanka hengkang dari Malang karena problem finansial yang melanda Arema. Ia sempat berkiprah di kompetisi Liga Primer Indonesia (kompetisi non PSSI) bersama Aceh United pada 2010. Namun, rekan seangkatan Samuel Eto'o hanya sebentar di sana karena pelaksanaan kompetisi terhenti di tengah musim. Ia balik badan ke Mitra Kukar pada tahun 2011-2012.

    Pemain kelahiran Duoala, 15 Maret 1975 itu gantung sepatu sebagai pesepak bola profesional ketika membela Persisam Samarinda di ISL musim 2012-2013.

    4. Jules Onana

    Jules Onana (no 3), alumnus Piala Dunia 1990 dan 1998 yang kini hidup di Indonesia sebagai agen pemain asing.

    Kompatriot Roger Milla di Piala Dunia 1990, Jules Onana mengikuti jejak koleganya dengan berpetualang di Liga Indonesia sejak tahun 1996. Onana  yang berposisi sebagai stopper kerap berganti-ganti kostum klub di Indonesia.

    Pemain yang tercatat 56 kali membela timnas Kamerun itu sempat berkiprah di Persma Manado, Persijap Jepara, dan terakhir Pelita Jaya pada Liga Indonesia musim 2003. Ia kemudian banting setir jadi agen pemain asing resmi berlisensi FIFA. Banyak pemain asing berkualitas didatangkan Onana.

    Belakangan Onana bahkan memilih jadi pelatih sekolah sepak bola. Ia menyebut ingin mencetak pesepak bola Indonesia berkualitas sebagai rasa terima kasih atas yang ia dapat selama ini di negara perantauannya.

    5. Emmanuel Maboang Kessack

    Alumnus  timnas Kamerun di Piala Dunia 1990, Emmanuel Maboang Kessack mencoba peruntungan di Liga Indonesia 1997-1998. Kessack yang berposisi sebagai gelandang serang, membela Pelita Jaya. Permainannya yang ciamik mencuri perhatian publik sepak bola nasional. Ia sempat masuk jadi bagian skuat Perang Bintang Liga Indonesia musim itu.

    Namun, karena kerusuhan kiprah Kessack hanya sebentar saja. Kompetisi dibubarkan di tengah jalan oleh PSSI.

    6. Natsja Ceh 

    Natsja Ceh, frustasi tidak bisa mengangkat prestasi PSMS Medan walau alumnus Piala Dunia 2002 tampil ciamik.

    Natsja Ceh asal Slovenia pemain jebolan Piala Dunia 2002 jadi rekrutan berharga PSMS Medan pada musim 2012-2013. Aksi gelandang serang kelahiran, 27 Januari 1978 terasa menghibur bagi penggemar Tim Ayam Kinantan. Sayang performa trengginas Ceh tak bisa mengatrol prestasi tim. PSMS di ISL 2012-2013 terdegradasi.

    Walau banyak diminati klub lain Ceh pilih pindah ke Vietnam. Sang pemain mengaku frustasi melihat konflik dualisme kompetisi di Indonesia.

    7. Ivan Bosjnak

    Ivan Bosjnak, bintang Piala Dunia Kroasia gagal bersinar di Persija Jakarta.

    Tampil membela Kroasia di Piala Dunia 2006, Ivan Bosjnak digadang-gadang bakal bersinar di Persija Jakarta. Presiden Tim Macan Kemayoran, Ferry Paulus sempat sesumbar sang pemain bisa jadi pengganti sepadan bagi striker lokal pujaan The Jakmania, Bambang Pamungkas yang memutuskan pindah ke Pelita Bandung Raya.

    Sayangnya, Bosjnak kesulitan beradaptasi dengan gaya bermain sepak bola Indonesia. Penampilan Bosjnak bersama Macan Kemayoran terbilang mengecewakan. Pasalnya, Ia haya mencetak empat gol dari 12 pertandingan. Persija di ISL 2014 gagal lolos ke babak 8 besar.

     
    Lebih Dekat

    Video Populer

    Foto Populer