Kolom Ian Situmorang, Wartawan Olahraga Senior PRANCIS versus Kroasia bukan final ideal di panggung Piala Dunia 2018?. Jangan pernah memandang remeh pertemuan dua negara tersebut. Bagi saya, setiap final adalah gambaran kekuatan sepak bola yang sesungguhnya. Tim yang lolos sudah melalui enam kali pertarungan dan itulah yang terbaik.
Advertisement
Prancis. Ada yang menyangsikan kekuatan tim Ayam Jantan ini? Les Bleus adalah juara dunia 1998. Armada dari negara mode ini memilik sejumlah bintang papan atas di kancah sepak bola internasional. Sebut saja Paul Pogba (Manchester United), Antoine Griezmann (Atletico Madrid), Hugo Lloris (Tottenham Hotspur), Samuel Umtiti (Barcelona) dan lain-lain.
Perjalanan ke laga pamungkas juga menunjukkan kualitas hebat. Dari enam kali bertanding, 5 kali menang dan sekali seri dalam permainan 2 x 45 menit. Mencetak 10 gol dan kemasukan 4 gol.
Kemenangan paling dramatis terjadi ketika menundukkan Argentina 4-3 pada fase perdelapan final. Dari 10 gol Prancis, tercatat 5 pemain penyumbang gol, yaitu: Griezmann (3), Kylian Mbappe (3), sementara Benjamin Pavard, Raphael Varane dan Samuel Umtiti, masing-masing satu gol.
Tidak kalah mentereng cerita yang dibukukan Kroasia. Enam kali berlaga, tiga kali menang langsung 2 x 45 menit dan tiga kali melalui perpanjangan waktu. Suasana terasa tegang saat adu penalti melawan tuan rumah Rusia yang berakhir dengan skor 4-3.
Laga semifinal menjadi pertarungan dramatis yang meninggalkan kenangan indah ketika menundukkan Inggris 2-1. Gol Mario Mandzukic di perpanjangan waktu membuat Inggris gagal mewujudkan ambisinya.
Enam kali bertanding, Kroasia membukukan 12 gol dengan kemasukan 5 go, dengan catatan di luar gol adu penalti. Uniknya, Kroasia mencatat 8 pemain sebagai pencetak gol. Artinya, kemampuan menjebol gawang merata, ada dari semua posisi.
Malam ini, Minggu 15 Juli 2018, pukul 22.00 WIB di Stadion Luzhniki, Moskow pertandingan ke-64 atau final Piala Dunia. Kroasia melawan Prancis yang menjanjikan pertarungan penuh gengsi, dan tentu saja memperebutkan selisih 10 juta dolar.
Siapa pemenang akan mendapatkan hadiah 38 juta dolar, sedangkan runner-up 28 juta dolar dari total hadiah 400 juta dolar. Bagi pemain tentu lebih menarik soal catatan historis yaitu mengangkat trofi Piala Dunia. Pada 1998, tuan rumah Prancis menjadi juara. Ketika itu Kroasia berhasil tampil sebagai juara ketiga. Tahun ini, dengan pemain berbeda, karakter permainan yang sudah berkembang pesat, hingga tuntutan ekonomi dan situasi modern, pasti menjanjikan laga paling spektakuler. Sebelumnya mari simak analisis siklus 20 tahun-an. Pada Piala Dunia Swedia 1958, Brasil untuk kali pertama meraih juara. Piala Dunia Argentina 1978, tuan rumah menjadi juara untuk pertama kali. Prancis juga juara untuk pertama kali pada 1998.
Dua puluh tahun berselang, Piala Dunia Rusia 2018. Peluang tuan rumah sudah pupus. Akankah siklus 20 tahun-an, selalu ada juara baru akan berlanjut? Atau mitos itu tetap hidup tapi dengan cerita berbeda, yaitu kembali juara setelah 20 tahun.
Tiga kali menyelesaikan pertandingan via perpanjangan waktu , ditambah dua kali adu penalti dilakoni Kroasia. Secara fisik dan psikis, kondisi pemain sangat terkuras. Tentu yang paling berat adalah menjaga agar pikiran tetap fokus dengan fisik yang menurun.
Keuntungan tersendiri bagi Prancis yang dalam enam pertandingan berakhir dengan 2 x 45 menit. Tekanan mental tentu ada, tapi tidak terlalu membebani para pemain Les Bleus.
Sangat berbahaya jika sampai pemain Kroasia terpancing bermain kasar karena provokasi lawan. Jika ada teman Luca Modric mendapat kartu merah, habislah harapan.
Dari 216 artu kuning selama Piala Dunia 2018 berlangsung, Kroasia menyumbang 14, Prancis 10. Kompensasi kartu kuning terwujud pada pertahanan Kroasia sangat tangguh. Barisan belakang Kroasia tercatat sebagai tim terbaik dengan tekel bersih dan penyelamatan sebanyak 273.
Hati kecil saya berkata ingin melihat Ivan Rakitic dkk mengangkat trofi Piala Dunia 2018. Tapi perhitungan teknis merujuk pada terulangnya sejarah, Prancis menjadi kampiun seperti 20 tahun silam.
Tetaplah pegang favorit Anda. Sebab hal terpenting adalah menikmati hidangan istimewa: final Piala Dunia!