Sukses


    Ketika Timnas Indonesia Lolos ke Semifinal Asian Games 1986 dan Nyaris Mentas di Piala Dunia

    Bola.com, Jakarta - Era 1980-an bisa dibilang satu di antara periode terbaik sepak bola Tanah Air. Setelah tenggelam pada dekade 1960-an, Timnas Indionesia kembali menemukan gairah di rumput lapangan hijau. Penyebabnya, sukses di Asian Games 1986 dan nyaris lolos ke Piala Dunia.

    Pada Asian Games 1986, meski Indonesia tidak meraih medali, sanggup menunjukkan auman macannya dengan lolos ke semifinal. Padahal, itu adalah kali pertama Indonesia tampil di ajang olahraga tertinggi Asia sejak 1970.

    Ada pun tanda-tanda kebangkitan Timnas Indonesia sudah terlihat pada 1970-an. Macan Asia yang kala itu diwakili PSSI A menjadi juara Piala Sukan Singapra 1973. Tiga tahun berselang, Indonesia juga nyaris saja merebut tiket Olimpiade 1976 usai kalah dramatis oleh Korea Utara.

    Timnas Indonesia junior yang kala itu bermaterikan Bambang Nurdiansyah juga mampu mentas di Piala Dunia U-20 1979. Meski pada akhirnya menjadi bulan-bulanan Argentina, Polandia, dan Yugoslavia, Tim Merah Putih menjadikan pengalaman itu sebagai bekal jangka panjang.

    Selain keberhasilan menembus semifinal Asian Games 1986, Indonesia juga nyaris lolos ke Piala Dunia 1986 Meksiko. Dengan pelatih berbeda, ini menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia sangat menjanjikan kala itu.

    Pada Asian Games 1986, Timnas Indonesia diasuh oleh Bertje Matulapelwa. Sementara pada Kualifikasi (Pra) Piala Dunia 1986, tangan dingin Sinyo Aliandoe yang memberikan rasa bangga buat rakyat Nusantara. Berikut kisahnya.

     

    Video

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 3 halaman

    Nyaris Lolos ke Piala Dunia 1986

    Indonesia menurunkan tiga timnas pada medio 1980, karena banyaknya agenda. Ketua Umum PSSI saat itu, Kardono, membentuk timnas dari kompetisi Galatama, Perserikatan, dan ABRI. Timnas dari Galatama turun di ajang bergengsi, yakni Pra Piala Dunia 1986. Sementara, timnas dari Perserikatan pada waktu yang sama tampil di Pesta Sukan I di Brunei Darussalam.

    Sinyo Aliandoe ditunjuk menjadi pelatih timnas untuk Pra Piala Dunia 1986. Indonesia melangkah ke Kualifikasi Piala Dunia 1986 bergabung di 3B AFC Zona B, bersama India, Thailand, dan Bangladesh. Indonesia memulai pertarungan pada 15 Maret 1985 melawan Thailand dan menang 1-0. Pada laga berikutnya, Bambang Nurdiansyah dkk. mengalahkan Bangladesh 2-0. Indonesia menutup putaran pertama dengan menang atas India 2-1.

    Pada putaran kedua, timnas Pra Piala Dunia 1986 yang mayoritas diisi pemain dari klub Galatama hanya ditahan imbang India 1-1. Dua laga lain berhasil dimenangkan, yakni versus Bangladesh (2-1) dan menang 1-0 atas Thailand. Hasil itu membuat Indonesia maju ke babak kedua sebagai juara grup.

    Babak kedua Zona B AFC Kualifikasi Piala Dunia 1986 mempertemukan Indonesia dengan Korea Selatan. Indonesia kalah 0-2 pada pertemuan pertama, 21 Juli 1985 di Seoul. Kemudian pada pertemun 30 Juli 1985, Indonesia kalah 1-4 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kalah agregat 1-6 membuat Indonesia harus mengubur impian menuju Piala Dunia.

    Meski gagal, pencapaian timnas arahan Sinyo Aliandoe jadi salah satu yang terbaik karena nyaris lolos ke Piala Dunia. Sebelum era Sinyo, Indonesia lolos ke Piala Dunia 1938 saat masih bernama Hindia Belanda, dilatih oleh Johannes Christoffel van Mastenbroek.

    Daftar Pemain Timnas Indonesia di Pra Piala Dunia 1986:

    Kiper: Hermansyah, Donny Latuperissa

    Belakang: Ristomoyo, Didik Darmadi, Aun Harhara, Syafrudin Fabanyo, Tonggo Tambunan, Warta Kusuma, Marzuki Nyak Mad.

    Tengah: Herry Kiswanto, Dudung Abdullah, Rully Nere, Zulkarnaen Lubis, Ferril Hattu, Elly Idris, Yusuf Bachtiar, Warta Kusuma, Noah Meriem

    Depan: Dede Sulaiman, Bambang Nurdiansyah, Wahyo Tanoto, Sain Irmiz, Adolf Kabo

     

    3 dari 3 halaman

    Semifinal Asian Games 1986

    Ketika tengah mempersiapkan timnya di Asian Games 1986, Bertje sempat dipusingkan oleh banyak hal.

    Pertama, soal seleksi pemain. Seperti diketahui, saat itu ada dua kompetisi di Indonesia, yakni Perserikatan dan Galatama, yang sama sama-sama memiliki pemain berkualitas.

    Situasi dilematis pun terjadi. Bertje sulut memutuskan mana yang harus dipasang. Semisal, Bertje tidak mungkin memainkan Ricky Yakobi dan Adolf Kabo secara bersamaan karena kedua pemain memiliki gaya bermain yang sama.

    Hal serupa juga terjadi di area lain, seperti di lini belakang, ketika harus memilih Robby Darwis atau Jaya Hartono.

    Kedua, beban mental didapat anak asuh Bertje. Itu adalah kali pertama Indonesia mentas di Asian Games usai terakhir kali pada 1970 silam. Langkah berani dilakukan dengan berlatih di Brasil.

    Alih-alih mendapat dukungan, Bertje malah ditanggapi sinis oleh banyak pencinta sepak bola Indonesia karena latihan itu menghabisan uang sekitar Rp200 juta, angka yang sangat banyak saat itu.

    Apa pasal? Latihan di Brasil dianggap sia-sia karena Indonesia tergabung di grup maut, yakni bersama Qatar, Arab Saudi, dan Malaysia. Qatar saat itu dinilai tim kuat karena dilatih oleh Duno Sani dan Julio Espinoza asal Brasil.

    Bertje tak mau terpengaruh. Dengan tekad bulat, ia melangkahkan kaki di pentas Asian Games 1986. Tanpa diduga, Timnas Indonesia berhasil menahan imbang Qatar dengan skor 1-1 di babak penyisihan grup.

    Indonesia tumbang pada laga kedua kontra Arab Saudi. Ini membuat Zulkarnaen Lubis dkk. wajib menang pada laga pamungkas grup melawan Malaysia. Dengan susah payah, mereka berhasil menumpas perlawanan Malaysia 1-0 lewat gol Jonas Mawor.

    Sempat muncul kecurigaan Arab Saudi dan Qatar akan main mata. Namun, Arab yang sudah dipastikan lolos ternyata berhasil memenangi laga kontra Qatar sehingga kemenangan Indonesia atas Malaysia tidak sia-sia.

    Pada babak perempat final, ndonesia melaju dengan dramatis ketika berhasil menyingkirkan Uni Emirat Arab dalam babak adu penalti. Sempat tertinggal dua kali, Ricky Yacoub dan Jaya Hartono menjadi penyelamat timnas Indonesia lewat gol-golnya.

    Ujian sesungguhnya lalu didapat Indonesia ketika bersua tuan rumah Korea Selatan pada babak semifinal. Tak berdaya, Timnas Indonesia tumbang 0-4. Mental yang masih belum kembali lantas memaksa Indonesia kalah lagi 0-5 pada perbutan medali perunggu dari Kuwait.

    Video Populer

    Foto Populer