Sukses


    6 Pesepak Bola Berkualitas Berdarah Maluku, Mulai dari Jebolan Piala Dunia hingga Langganan Timnas Indonesia

    Bola.com, Jakarta - Belanda dan Indonesia, terutama Provinsi Maluku, punya kedekatan historis sejak dulu hingga sekarang. Selain sisa-sisa zaman kolonial, ternyata ada banyak pemain blasteran Maluku-Belanda, baik yang mendunia maupun yang telah pensiun.

    Berdasarkan asal-usulnya, banyak orang Maluku yang bergabung sebagai anggota Tentara Hindia Belanda. Ketika Indonesia mengumumkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda tidak mengakui dan menginginkan pemerintahan sipil Hindia Belanda harus dipulihkan.

    Orang-orang dari Maluku ingin merdeka dan membentuk negara Republik Maluku Selatan (RMS) dan bersekutu dengan Belanda. Kondisi itu membuat orang Maluku yang pro Belanda mengajukan permohonan mengungsi ke Negeri Kincir Angin karena merasa keselamatannya terancam.

    Pada Februari 1951, ribuan anggota KNIL dari Maluku beserta keluarganya lantas terbang ke Belanda demi keamanan dan karena tak ingin bergabung dengan Indonesia. Meski ada yang kemudian memilih kembali ke Tanah Air, banyak yang menetap di Belanda. Mereka inilah yang menjadi cikal-bakal keberadaan etnik Maluku di Belanda.

    Karena faktor tersebut, bukan hal yang aneh jika banyak lahir pesepak bola keturunan Maluku yang besar di Belanda. Meski masih ada faktor-faktor lainnya.

    Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 7 halaman

    Ruud Gullit (Belanda)

    Ayah Ruud Gullit, George Gullit, adalah kelahiran Suriname yang masih memiliki keturunan Maluku. Kecintaannya terhadap sepak bola berbuah manis. Ia dikenal sebagai satu di antara pesepak bola terbaik Belanda dan AC Milan.

    Ruud Gullit pernah memperkuat Feyenoord dan PSV Eindhoven, Namun, namanya bersinar sebagai pemain top kala membela AC Milan, di mana ia membantu Rossoneri meraih titel Liga Italia Serie A pada musim 1987/1988, 1991/1992, dan 1992/1993.

    Selain itu, Gullit juga meraih Liga Champions dua kali bersama AC Milan, tepatnya pada 1988/1989 dan 1989/1990. Puncaknya adalah ketika ia meraih trofi Ballon d'Or 1997.

    Ruud Gullit terakhir kali menginjakkan kaki di Indonesia, tepatnya Ambon, Maluku, pada 2015. Kedatangannya ke sana atas undangan Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy.

    3 dari 7 halaman

    Giovanni van Bronckhorst (Belanda)

    Satu lagi pesepak bola keturunan Indonesia yang pernah berjaya bersama Timnas Belanda adalah Giovanni van Bronckhorst.

    Ayahnya, Victor Van Bronckhorst, adalah pria campuran Ambon-Belanda. Sementara sang ibu, Fransien Sapulette, merupakan putri asli Pulau Saparua, Maluku.

    "Selamat pagi semuanya. Aku bisa bahasa Indonesia sedikit," kata Gio, karibnya disapa, ketika mengunjungi tanah leluhurnya pada Juni 2011.

    Rekam jejak Gio begitu mentereng sebagai pesepak bola. Dia pernah membela sejumlah raksasa Eropa seperti Barcelona, Arsenal, dan Feyenoord.

    Pada Piala Dunia 2010, Gio bahkan didapuk sebagai kapten tim. Bersama tim berjulukan De Oranje itu, ia mencatatkan 106 caps dan enam gol.

    Gio telah pensiun sejak 2010. Sewaktu masih aktif bermain, ia dianggap sebagai satu di antara bek sayap kiri terbaik yang pernah dilahirkan Belanda.

    4 dari 7 halaman

    Nigel de Jong (Belanda)

    Darah Indonesia disebut-sebut mengalir dalam tubuh Nigel de Jong. Dia dikabarkan memiliki garus keturunan dari ibunya yang berasal dari Ambon.

    Sementara ayah De Jong, berasal dari Suriname. Meski begitu, gelandang berusia 35 tahun itu mengaku tidak mengetahui bahasa daerah ibunya.

    De Jong lahir di Amsterdam, Belanda, pada 30 November 1984. Dia selalu menjadi andalan di klub yang dibelanya, mulai dari Ajax Amsterdam, Hamburg SV, Manchester City, AC Milan hingga kini di klub Qatar, Al-Shahania.

    De Jong bermain untuk Timnas Belanda selama 11 tahun dari 2004-2015. Dalam periode tersebut, ia tampil pada tiga edisi Piala Dunia meliputi 2006, 2010, dan 2014.

    5 dari 7 halaman

    Kevin Diks (Belanda)

    Kevin Diks termasuk pemain keturunan Indonesia yang beruntung merasakan atmosfer Liga Champions. Kevin tampil di turnamen elite antarklub Eropa itu ketika memperkuat Feyenoord pada musim 2017/2018.

    Seperti layaknya pemain keturunan Indonesia, Kevin yang pernah memperkuat Timnas Belanda U-19 ingin memperkuat Timnas Indonesia di level senior.

    "Saya tentu ingin membela timnas Indonesia. Tapi, saya belum bisa terlalu memikirkannya saat ini. Apalagi, belum ada undangan resmi dari PSSI," ungkap Kevin Diks yang tetap mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia termasuk kompetisi Liga 1.

    Kevin mengaku kerap menonton laga Liga 1 yang melibatkan pemain asal Belanda seperti Melvin Platje, William Pluim, dan Marc Klok.

    "Atmosfer kompetisi Indonesia lumayan meriah. Saya menyaksikan antusiasme suporter sangat tinggi saat mendukung tim kesayangannya," jelas Kevin Diks.

    Kevin berdarah Indonesia dari ibunya. "Oma dan Opa saya asli Maluku. Nama belakang keluarga saya adalah Bakarbessy. Saya sudah dua kali berlibur ke Indonesia dan mengunjungi Ambon. Jersey klub saya dipajang pada sebuah kafe di Ambon," terang Kevin Diks.

    Sebagai keturunan Indonesia, Kevin Diks juga menyukai masakan khas Tanah Air seperti nasi goreng dan sate ayam.

    "Saya sering menyantap makanan itu disela-sela waktu senggang bersama keluarga. Tapi, saat kompetisi, saya terpaksa menahan dulu karena menu makanan sudah diatur oleh ahli gizi klub," ucap Kevin Diks.

    6 dari 7 halaman

    Stefano Lilipaly (Indonesia)

    Sewaktu muda, Stefano Lilipaly adalah langganan Timnas Belanda kelompok umur. Dia pernah bermain untuk level U-15, U-16, U-17, dan U-18. Berbekal riwayat ini, kansnya untuk menembus Timnas Belanda senior seharusnya lebih mudah.

    Namun, Stefano Lilipaly mengambil jalan hidup yang berbeda. Gelandang Bali United ini lebih memilih membela Timnas Indonesia, negara asal ayahnya, Ron Lilipaly, yang berdarah Maluku. Melalui jalur naturalisasi, ia resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada Oktober 2011.

    Ketika itu, usia Lilipaly baru menginjak 21 tahun. Dia juga masih berseragam FC Utrecht di Eredivisi, kompetisi kasta teratas di Negeri Kincir Angin.

    "Ketika itu, saya sedang di FC Utrecht. PSSI menghubungi saya untuk menawarkan membela Timnas Indonesia. Sebenarnya saya belum mau berbicara tentang kemungkinan bermain untuk Timnas Indonesia," kata Lilipaly dinukil dari wawancaranya dengan SingaCup di YouTube.

    "Kakek saya lahir di Indonesia. Ayah saya berasal dari Indonesia. Itu akan menjadi sebuah kesempatan untuk saya. Saya menyetujui tawaran itu karena ini akan menjadi sesuatu yang baru buat saya," imbuh Stefano Lilipaly.

    Stefano Lilipaly kala itu bersikap realistis. Dia sadar persaingan untuk dipanggil Timnas Belanda begitu ketat. Begitu ada kesempatan untuk membela Timnas Indonesia, ia tidak berpikir panjang.

    Keyakinan Lilipaly berbanding lurus dengan kualitasnya. Level Eredivisie masih terlampau tinggi untuknya. Ia hanya dua tahun di FC Utrecht dan turun level ke Almere City yang berkompetisi di Eerste Divisie pada 2012.

    "Di Belanda, sulit bersaing dengan pemain untuk bermain di Timnas Belanda junior dan senior. Jika melihat rekan-rekan saya ketika bermain, sekarang mereka bermain di level tertinggi. Itulah alasan saya bermain untuk Timnas Indonesia," imbuh Lilipaly.

    "Saya juga dapat mewakili tanah leluhur kakek dan ayah saya. Buat saya, ini momen yang membanggakan. Sampai sekarang, saya tidak menyesal memilih Timnas Indonesia karena saya menikmati dan bangga," tutur Lilipaly.

    Meski telah menyandang status WNI sejak 2011, debutnya bersama Timnas Indonesia baru datang pada dua tahun berselang. Lilipaly bersumbangsih dengan satu assist ketika mengalahkan Filipina 2-0 pada Agustus 2013.

    7 dari 7 halaman

    Sergio van Dijk (Indonesia)

    Sergio van Dijk merupakan pemain Belanda yang memiliki garis keturunan Indonesia dari sang ibu, Antonia Polnaya. Sang ibu berasal dari Ambon, Maluku yang dinikahi pria Belanda bernama Roel Van Dijk.

    Sergio van Dijk yang punya pengalaman bermain di dua klub Australia, Brisbane Roar dan Adelaide United, kemudian diproses untuk menjadi pemain naturalisasi.

    Proses naturalisasi Sergio van Dijk cukup alot. Aturan Indonesia yang tidak memperbolehkan warganya memiliki dua paspor membuat Van Dijk perlu melepas kewarganegaraan Belanda. Ia pun tak bisa langsung memutuskan hal tersebut karena menurutnya sulit untuk bisa melepaskan kewarganegaraan tersebut karena istri dan keluarganya merupakan orang Belanda.

    Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk melepas kewarganegaraan Belanda itu dan bermain untuk Timnas Indonesia. Persib Bandung menjadi pelabuhan Sergio van Dijk pada 2013, di mana itu merupakan tahun pertama Van Dijk berseragam Timnas Indonesia dan diharapkan bisa bermain di kualifikasi Piala Dunia 2014.

    Pertama kalinya Sergio van Dijk dipanggil memperkuat Timnas Indonesia adalah pada 4 Maret 2013 untuk tampil di kualifikasi Piala Asia 2015. Ia mendapatkan debut ketika Timnas Indonesia menghadapi Arab Saudi pada 23 Maret 2013.

    Dalam kurun waktu dua tahun, Sergio van Dijk mendapatkan kesempatan enam kali bertanding bersama Timnas Indonesia dengan mencetak satu gol ke gawang Timor Leste di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, pada 11 November 2014.

    Setelah itu Sergio van Dijk tak lagi mendapatkan kesempatan untuk membela Timnas Indonesia hingga saat ini. Saat ini, ia telah pensiun dan kembali ke Belanda.

    Selain dua klub Australia, Sergio van Dijk juga pernah dua kali berseragam Persib Bandung pada 2013 dan 2016-2017. Pada musim pertamanya, ia mampu mengumpulkan 21 gol.

    Dalam kesempatan keduanya, Sergio van Dijk kehilangan sentuhannya. Penyerang berkepala plontos ini dilepas Persib pada 2017.

    Video Populer

    Foto Populer