Sukses


    Menuju Piala Dunia 2022: Kapten Yang Pendiam di Antara Dua Legenda Timnas Argentina

    Bola.com, Jakarta - Piala Dunia 2022 Qatar segera tiba dan rakyat Argentina kembali menaruh asa besar di pundak Lionel Messi. Jika tak ada aral melintang, hajatan balbalan terakbar akan berlangsung pada 21 November-18 Desember mendatang.

    Bagi sebagian besar penggemar sepak bola, nama Argentina adalah corong besar yang selalu menjadi magnet. Artinya, apapun yang terjadi dengan Tim Tango, selalu menarik.

    Meksiko 1986 adalah momen terakhir Argentina memenangkan Piala Dunia. Dimotori El Pibe de Oro, Diego Maradona, Argentina tampil sebagai yang terbaik usai melumat Jerman Barat 3-2 di final panas, yang mentas di Estadio Azteca, Mexico City.

     

    Video Menarik Messi

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 8 halaman

    Gagal Podium

    Delapan tahun sebelumnya di negara sendiri, tepatnya di Estadio Monumental, Buenos Aires, yang penuh sesak pendukung setia, La Albiceleste memahat sejarah pertamanya di pentas paling bergengsi. Jumpa Belanda di laga pamungkas, Daniel Passarella dan kolega menghancurkan Belanda, 3-1.

    Setelah itu, Argentina tak pernah lagi naik podium kehormatan. Sebuah keniscayaan, mengingat Argentina tak pernah berhenti melahirkan pemain-pemain bintang termasuk Lionel Messi.

    Di level klub, Messi telah memenangkan semuanya. La Pulga panen gelar kala berseragam Barcelona, dari 2004 sampai 2021. Hijrah ke Prancis, Messi mempersembahkan trofi Ligue 1 edisi 2021/2022 bagi Paris Saint Germain.

     

    3 dari 8 halaman

    Bayang-Bayang

    Berada di bawah bayang-bayang Maradona dan Passarella, Lionel Messi kembali dihantui kegagalan di Piala Dunia kelimanya nanti. Pada fase grup C, Argentina bersama Arab Saudi, Meksiko, dan Polandia. La Albiceleste tentu saja berada di atas angin.

    Namun, sepak bola bukanlah matematika. Tak ada yang pasti di sana. Artinya, tak menutup kemungkinan tim-tim medioker bakal berpotensi membuat kejutan.

    Sejak Piala Dunia pertamanya di Jerman pada 2006, Lionel Messi selalu gagal. Pencapaian terbaiknya hanya sampai runner up, yakni kala mentas di Piala Dunia 2014.

     

    4 dari 8 halaman

    Tambahan Kepedihan

    Tiga kegagalan di ajang Copa Argentina yakni 2007, 2015, dan 2016, ikut menambah kepedihan Lionel Messi. Itu pulalah yang membuatnya ingin menyudahi kariernya di timnas.

    Tapi Argentina masih membutuhkannya. Hasilnya, pada 2021, memasuki usia 34 tahun, Messi akhirnya memenangkan gelar pertamanya: Copa America.

     

    5 dari 8 halaman

    Tetap Pembeda

    Tak ada yang meragukan Messi, apalagi menafikannya. "Dia membuat perbedaan, dia diberkati dalam hal sepak bola," sebut Gerardo Salorio

    Salorio bukan orang sembarangan, tentu saja. Pria Kelahiran 1959 itu adalah seorang pelatih fisik yang luar biasa di Timnas Argentina. Dia juga sudah kenal talenta Lionel Messi sejak di level junior.

    Menurut Salorio, sepak bola tak terpisahkan dari rakyat Argentina. Sepak bola adalah kehidupan itu sendiri. "Di sini sepak bola adalah kehidupan, dan Anda bermain seperti kami hidup," katanya.

     

    6 dari 8 halaman

    Titik Konsentrasi

    Hal senada telontar dari Fernando Signorini. Ia sosok yang paling bertanggung jawab ihwal kebugaran Lionel Messi dkk di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan.

    "Dia memiliki kekuatan konsentrasi yang fenomenal. Kecuali untuk gol spektakuler, dia tidak terlalu ekspresif," ujar Signorini. Ia membandingkan Lionel Messi dengan Maradona yang saat itu dipercaya sebagai juru taktik.

    "Dia tidak memiliki intensitas efusif seperti yang dimiliki Diego. Tetapi sangat menarik untuk melihat bagaimana dia bermain di posisinya," sebut Signorini.

     

    7 dari 8 halaman

    Bukan Semata Messi

    Terkait performa Argentina yang mengecewakan dan itu dikaitkan dengan Lionel Messi, Signorini mencoba mengurai. "Di Afrika Selatan memang benar dia tidak mencetak gol, tetapi saya percaya ada evolusi dalam hal peluang yang dia miliki. Saya pikir antara enam dan delapan," katanya.

    Kegalan di Piala Dunia 2006 dan 2010 tak serta merta membawa berkah bagi Messi. Dewi Fortuna lagi-lagi tak berpihak kepadanya di 2014 dan 2018. Dia pun menjadi kapten yang pendiam, termasuk di ruang ganti.

     

    8 dari 8 halaman

    Alasan Diam

    "Dia tidak suka tampil di depan umum, dia sangat pemalu," kata Julian Camino, staf pelatih Alejandro Sabella. Kendati begitu, Messi masih meladeni keinginan fan untuk berfoto atau meminta tanda tangannya. "Di lapangan, dia tetaplah pemain hebat," sanjung Camino.

    Untuk kesekian kalinya, rakyat Argentina kembali berharap kepada Lionel Messi. Mereka berharap, sang pujaan bisa mengulang sukses pencapaian hebat dua kapten La Albiceleste : Passarella dan Maradona.

    Sepak Bola Indonesia

    Video Populer

    Foto Populer