Bola.com, Jakarta - Penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di kawasan Asia menjadi satu di antara daya tarik tersendiri bagi seluruh masyarakat di benua ini. Suasana bahagia menyelimuti seluruh warga yang negaranya lolos ke Qatar.
Sayang, ada satu negara raksasa yang tak sanggup menikmati putaran final Piala Dunia 2022. Tiongkok kembali absen di Piala Dunia 2022 yang akan berlangsung November mendatang di Qatar.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Simak Yuk Nonton Piala Dunia 2022
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tak Sanggup
Negeri Tirai Bambu itu tak mampu mengikuti jejak enam negara Asia, yakni Jepang, Korea Selatan, Iran, Australia, Arab Saudi, dan Qatar selaku tuan rumah. Kendati begitu, Tiongkok pernah tampil di Piala Dunia edisi 2002. Itu adalah partisipasi pertama dan terakhir mereka di ajang empat tahunan.
Dari sekian pemain yang dibawa ke Korea Selatan, Zhao Junzhe masuk daftar pemain andalan. Dari tiga pertandingan di fase grup, Zhao tampil sebagai starter dalam dua laga. Kalah beruntun tiga kali, armada Bora Milutinovic otomatis terdepak.
Advertisement
Tetap Dikenang
Zhao akan tetap dikenang, karena tekad dan mimpinya yang luar biasa membawa negaranya ke Piala Dunia 2002. Mimpi itu bahkan sudah dia semai sejak anak-anak.
"Generasi kami tumbuh dengan ambisi mencapai Piala Dunia," kata Zhao, dalam suatu kesempatan beberapa waktu lalu, dilansir FIFA. Menurut Zhao, sepak bola Tiongkok harus bangkit dan Piala Dunia adalah tujuan utama.
"Sebagai anak-anak, kami menyadari tugas untuk 'mengatasi Asia dan pergi ke dunia'. Bagi kami, itu lebih dari sekadar slogan," tegas Zhao, yang kini berusia 43 tahun.
Rencana Panjang
Menurut Zhao, Tiongkok sudah membidik Piala Dunia jauh sebelumnya, tepatnya Meksiko 1986. Namun Tiongkok mengalami kekalahan menyakitkan melawan Hong Kong di babak kualifikasi. Saat itu, Zhao masih seorang bocah berusia tujuh tahun.
Zhao kecil pun berlatih keras. Mentornya tidak lain adalah Zhang Yin, seorang pelatih tim muda terkenal yang sudah kerap menukangi pemain internasional Tiongkok.
"Pelatih Zhang meluncurkan tim yunior dan ayah saya, seorang penggemar sepak bola yang kuat, ingin saya bergabung dengan mereka," kata Zhao.
Advertisement
Cara Keras
"Kami tinggal jauh dari tempat tim saya berlatih dan setiap pagi, sebelum fajar, ayah saya mengantar saya ke sana selama lebih dari satu jam dengan sepeda. Di musim dingin, cuaca sangat dingin," imbuhnya.
Kerja keras Zhao berbuah manis. Dia menerima panggilan tim nasional pertamanya pada tahun 1998 sebagai seorang remaja yang bermain bersama klub Liaoning F.C dan pensiun di sana pada 2016. Dia tampil di Asian Games dan membantu negaranya menyabet medali perunggu.
Mimpi jadi Nyata
Tak puas, Zhao pun bernazar membawa Tiongkok ke Piala Dunia seperti cita-citanya ketika masih anak-anak. Hampir tidak masuk akal, mimpi itu menjadi kenyataan.
Akhirnya, Tiongkok tampil di Piala Dunia 2002 dan itu tentu saja tak lepas dari jeri lelah Zhao. "Bagi kami, bermain di Piala Dunia lebih dari sekadar slogan. Itu adalah misi dan mimpi," pungkas Zhao, yang pada 2017 lalu dipercaya sebagai pelatih caretaker Liaoning FC.
Advertisement