Bola.com, Jakarta - Sepak bola memiliki banyak arti, sekaligus bisa membuat atau menciptakan cerita insipratif. Di sepak bola, apalagi di panggung Piala Dunia, ada perdamaian dan persahabatan, yang berada di atas segalanya.
Amerika Serikat (AS) dan Iran pernah mempertontonkannya beberapa tahun lalu, tepatnya di Piala Dunia 1998. Sekadar latar belakang, AS dan Iran adalah dua musuh bebuyutan sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pimpinan Ayatollah Khomeini pada 1978.
Baca Juga
Advertisement
Â
Wajib Nonton Nih
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Satu Grup
Khomeini berhasil menumbangkan rezim Shah Mohammed Reza Pahlevi dukungan Abang Sam. Sejak saat itu, konflik dan intrik tak pernah lepas dari kedua negara.
Pada Piala Dunia 1998 Prancis, AS dan Iran berada di grup yang sama, Grup F. Selain mereka, ikut memanaskan persaingan adalah Yugoslavia serta raksasa Jerman.
Â
Advertisement
Sempat Kikuk
Semua mata tertuju ke Gerland, Lyon, 21 Juni, saat AS dan Iran saling berhadapan dalam laga kedua fase grup. Di laga pembuka, Iran takluk 0-1 dari Yugoslavia. Sedangkan AS dihajar Jerman dua gol tanpa balas.
Beberapa saat sebelum kick off, suasana di lapangan tampak tegang, juga kikuk. Kedua tim saling menunggu berjabatan tangan sebelumn akhirnya pemain AS "mengalah" berjalan menyalami pemain Iran.
Pemain Iran menyambut dengan tangan terbuka seraya memberikan bunga mawar putih sebagai simbol perdamaian. Semua pemain tersenyum. Plong!
Â
Selalu Terkenang
Mehrdad Masoudi, jurnalis Iran yang hadir saat itu, seperti dikutip dari Four Four Two, mengatakan Iran punya alasan kuat untuk tidak lebih dulu memberi salam.
"Masalah pertama, Iran adalah tim B dan AS adalah tim A. Menurut peraturan FIFA, tim B harus berjalan menuju tim A untuk berjabat tangan sebelum pertandingan," katanya, mengenang.
Â
Advertisement
Atensi Fotografer
Mehrdad Masoudi menambahkan, Ali Khamenei, Pempimpin Revolusi Iran pengganti Khomeini, juga tak memberikan lampu hijau. "Perintah tegas, Iran tak boleh berjalam ke arah pemain Amerika," ujarnya.
Para fotografer yang menyaksikan momen bersejarah itu kontan mengabadikannya lewat jepretan bertubi-tubi. Duel juga berlangsung tanpa tekel horor.
Â
Berjalan Lancar
Tak ada insiden brutal. Laga berlangsung "damai". Pertandingan yang tadinya diprediksi bakal keras dan brutal, sama sekali tak tersaji.
Tak ada permusuhan. Wasit hanya mengeluarkan tiga kartu kuning. Satu untuk The Yanks, dua untuk Team Melli.
Berakhir 2-1, Iran yang dimotori legendanya, Ali Daei, keluar sebagai pemenang. Gol diciptakan Hamid Estili dan Mehdi Mahdavikia. Gol pelipur lara Amerika diceploskan Brian McBride.
Â
Advertisement
Semoga Terulang
Menariknya, di Qatar nanti, AS dan Iran kembali bermukim di grup yang sama, Grup B. Dua kontestan lagi di grup ini adalah Inggris dan Wales.
Bisa dipastikan, romantisme indah 1998 akan menjadi acuan keduanya untuk menjunjung tinggi fair play. Yup, Baik sebelum maupun sesudah pertandingan. Peace!