Bola.com, Jakarta - Timnas Spanyol menjadi yang terbaik di Piala Dunia 2010. Namun, secara pribadi, Diego Forlan-lah yang terbaik. Eks bomber MU ini mengukuhkan diri sebagai Pemain Terbaik dan berhak membawa pulang Bola Emas.
Sejatinya, Timnas Uruguay tak masuk unggulan saat itu. La Celeste memang pernah dua kali tampil sebagai juara, 1930 dan 1950, namun hanya sebatas cerita masa lalu.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Masa Lalu
Soalnya, sejak 1950, Uruguay tak ubahnya tim-tim lain yang tak punya sejarah hebat di pesta bola terakbar. Pada Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Uruguay mampu bangkit dari puing-puing keruntuhan.
Di bawah asuhan pelatih bertangan dingin, Oscar Tabarez, Uruguay menjelma menjadi monster yang mengerikan. Kapten Forlan membawa Uruguay ke semifinal sebelum akhirnya dihentikan Jerman.
Advertisement
Sosok Forlan
Timnas Uruguay finis di posisi keempat. Pencapaian ini mengulang sukses mereka di Piala Dunia 1970. Forlan menawan. Dia mengemas lima gol yang membuatnya sukses merengkuh pencetak gol terbanyak bersama Thomas Muller (Jerman), David Villa (Spanyol), dan Wesley Sneijder (Belanda).
Seperti halnya rakyat Uruguay, Forlan juga tak akan melupakan momen bersejarah 12 tahun silam di benua hitam Afrika Selatan. "Piala Dunia 2010 adalah pengalaman yang paling luar biasa. Negara kami yang kecil mencapai semifinal. Saya menjadi pencetak gol terbanyak, dan gol melawan Jerman terpilih sebagai yang terbaik," kata Forlan.
Tak hanya Forlan, tentu saja. Empat pilar lainnya dari negara berbeda juga menjadi sejarah yang tak terpisahkan dari Piala Dunia 2010. Siapa saja?
Thomas Muller
Muda berbahaya, itulah Thomas Muller. Berada di antara pemain-pemain senior tak membuat si pendiam itu kikuk.
Sebaliknya, dia tampil menggila. Hasilnya, lima gol berhasil dia dulang yang membuat kelahiran 1989 itu masuk daftar pencetak gol terbanyak dengan torehan lima lesakan.
Atas aksi hebatnya tersebut, Muller diganjar sebagai Pemain Muda Terbaik. Kala itu sang bintang baru berusia 20 tahun.
Advertisement
Wesley Sneijder
Beberapa waktu lalu, jagad sepak bola dihebohkan dengan penampakan Sneijder yang tambun. Dengan kata lain, Sneijder tak lagi atletis.
Lupakan Sneijder yang berperut buncit. Dulu, di Piala Dunia 2010, Sneijder begitu lincah.
Sifat Belut
Licin bak belut, Sneijder sosok petarung yang tak kenal kata menyerah. Dia menyumbang lima gol dan masuk daftar pencetak gol terbanyak.
Sayang, Belanda kalah di final. Sekiranya saja mereka bisa menjinakkan tiki-taka Spanyol, Sneijder akan dikenang sebagai immortal De Oranje sepanjang masa.
Advertisement
Andres Iniesta
Tak ada yang berani menyangkal kontribusi Iniesta di Piala Dunia 2010. Sukses La Furia Roja memenangkan gelar pertamanya di pentas terakbar empat tahunan, ketika itu tak lepas dari peluh Iniesta.
Playmaker tokcer itu menjadi pahlawan sekaligus penentu kemenangan Tim Matador di final. Menang 1-0, Iniesta tampil sebagai mesias via golnya pada menit ke-116.
Xavi
Jika di Belanda ada Johan Cruyff, sang maestro total football, Xavi adalah sang maestro tiki-taka Spanyol. Lebay? Tentu saja tidak.
Xavi tak hanya sebagai pengatur gempuran, tapi sekaligus sutradara yang mengatur tempo permainan. Dia membagi bola dengan kombinasi dari kaki ke kaki atau sesekali lewat umpan panjang.
Loyalitas serta totalitas bagi timnas membuat Xavi, yang kini dipercaya menukangi mantan klubnya, Barcelona, mendapat tempat spesial di hati rakyat Spanyol.
Advertisement