Sukses


    Kisah Paolo Maldini, Legenda Sepak Bola Italia Tanpa Gelar Piala Dunia

    Bola.com, Jakarta - Sesal kemudian tiada arti. Itulah yang terus menghantui Paolo Maldini. Keputusannya menolak panggilan Timnas Italia jelang bergulirnya Piala Dunia 2006 membuat Il Capitano dirundung kesedihan dan penyesalan tak bertepi.

    "Saya mengatakan tidak pada panggilan pada tahun 2006 dan mereka menang," kata Maldini, dilansir The Sun, beberapa waktu lalu.

    Tanpa Maldini, Gli Azzurri tetap berangkat ke Jerman dengan percaya diri tinggi. Pengalaman pahit empat tahun sebelumnya di Korea Selatan - Jepang membuat Italia bertekad kembali ke singgasana seperti yang pernah mereka torehkan di Piala Dunia edisi 1934, 1938, dan 1982.

    Hasilnya sangat menggembirakan. Italia mampu merealisasikan target setelah mengalahkan Prancis di partai puncak lewat drama adu penalti. Mereka jadi jawara tanpa sang bek kiri legendaris.

     

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 7 halaman

    Nasi Menjadi Bubur

    Maldini tentu saja ikut senang, tapi legenda AC Milan itu tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Jika saja dia ikut, maka sejarah tak akan menghukumnnya sebagai pemain bintang tanpa gelar Piala Dunia. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.

    "Itu sudah menjadi takdirku," kata Maldini, lirih.

    Bersama Milan, Maldini sudah memenangkan segalanya. Sayang, bersama timnas, dia apes. Pencapaian terbaik kelahiran 26 Juni 1968 hanya sebatas runner-up Piala Dunia 1994. Di final, Maldini dan kawan-kawan tumbang di kaki Brasil via adu penalti.

    3 dari 7 halaman

    Piala Dunia 1990

    Di Piala Dunia 1990, Maldini juga beraksi. Itu merupakan pesta bola terakbar pertamanya. Hanya saja, nasib baik masih enggan berpihak. Mereka terhenti di semifinal.

    Dalam dua edisi, Maldini dipercaya sebagai kapten yakni Piala Dunia 1998 dan 2002. Bagi Maldini, Piala Dunia 2002 adalah momen yang menyesakkan.

    Negara Pizza secara mengejutkan disingkirkan tuan rumah Korea Selatan di babak 16 besar.

     

    4 dari 7 halaman

    Duel Kontra Korea

    Maldini tak terima dengan kekalahan itu dan dengan tegas menyatakan ingin mengulangi duel melawan Korea Selatan.

    "Pertandingan yang sangat ingin saya mainkan lagi adalah melawan Korea Selatan," ketus Maldini yang pada 2009 menyatakan pensiun.

    Ketika itu Italia kalah 1-2 dari Korea yang berstatus sebagai tuan rumah bersama Jepang. Laga itu sarat kontroversi. Italia kalah menyesakkan karena wasit yang konon diperintahkan mengamankan langkah Tim Taeguk.

     

    5 dari 7 halaman

    Final Euro yang Menyakitkan

    Ada trauma lain yang dirasakan Paolo Maldini. Yakni final Euro 2000. Kekalahan Gli Azzurri dari Prancis sungguh menyesakkan hati bek kiri legendaris AC Milan dan Italia ini.

     Unggul 1-0 terlebih dulu melalui gol yang dicetak Marco Delvecchio pada menit ke-55, Italia di ambang juara saat wasit Andreas Frisk asal Swedia sudah bersiap meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Waktu tambahan selama empat menit sudah hampir habis.

    Namun, hanya 30 detik jelang laga berakhir Sylvain Wiltord berhasil menyamakan kedudukan untuk memaksakan perpanjangan waktu. David Trezeguet lantas mencetak golden goal pada menit ke-103 dan membawa Prancis menjuarai Piala Dunia 2000.

     Pelatih Italia kala itu Dino Zoff menyebutnya takdir. Negeri Pizza ini seolah memang ditakdirkan untuk kalah.

     “Kami memiliki waktu yang hebat di final tersebut. Grup pemain kami sangat kompak dan segalanya berjalan baik hingga saat-saat terakhir,” kata Maldini seperti dikutip dari situs UEFA.

    6 dari 7 halaman

    Menyesal

    “Hingga 30 detik sebelum berakhirnya final, kami merupakan juara Eropa. Namun, kami memang melawan tim yang tidak pernah menyerah dan mereka berhasil menyamakan kedudukan di 30 detik pertandingan,” sesal Maldini yang kini berusia 44 tahun.

     “Kami tiba-tiba langsung menyadari kami akan kalah. Itu merupakan gol penyama kedudukan, tapi di waktu bersamaan itu juga merupakan gol kemenangan,” ungkap Maldini.

     “Periode di antara waktu normal dan dan dimulainya perpanjangan waktu, kami saling mengingatkan satu sama lain agar bangkit dan memenangi final. Tapi itu hanya kata-kata, karena di hati kami paling dalam, kami sadar gol penyama kedudukan merupakan pukulan psikologis yang amat besar,” urai pemilik 126 caps tersebut.

    Wajar bila Maldini merasa menyesal mengabaikan kesempatan tampil di Piala Dunia 2006. Ia punya kesempatan membayar sakit hatinya di laga puncak melawan Si Ayam Jantan.

    7 dari 7 halaman

    Maldini Adalah Rossoneri

    Saat pensiun dari AC Milan, klub merilis pernyataan: "Maldini adalah legenda hidup dalam sejarah Rossoneri. Dia pemain yang luar biasa yang memiliki bakat, kepemimpinan, loyalitas, dan rekor kesuksesannya. Semua itu tak tertandingi".

    Ya, tanpa gelar Piala Dunia, kehebatan seorang Paolo Maldini tak akan terhapuskan. Ia tetap akan dikenang sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia. AC Milan layak berterimakasih padanya dengan deretan trofi Serie A dan level Eropa yang Maldini persembahkan.

    Dia mengantongi 126 caps bersama Italia. Rakyat Italia tetap menghormati Maldini.

    Sumber: The Sun

    Sepak Bola Indonesia

    Video Populer

    Foto Populer