Bola.com, Jakarta - Inilah enaknya di sepak bola. Pemain yang sedikit menit bermain atau yang tak pernah sama sekali tetap berhak menyandang gelar "juara". Itu juga berlaku dalam lintasan panjang sejarah Piala Dunia.
Bagi pemain, memenangkan Piala Dunia merupakan puncak karier, terlebih pemain bintang. Itulah kenapa, pencapaian dua megabintang saat ini, Lionel Messi (Argentina) dan Cristiano Ronaldo (Portugal) terasa kurang lengkap karena keduanya sama-sama belum pernah memenangkan Piala Dunia.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Catatan Messi - Ronaldo
Nah, Piala Dunia 2022 Qatar yang akan dimulai pada 21 November mendatang bisa dibilang kesempatan terakhir mereka untuk menorehkan sejarah di pesta bola terakbar empat tahunan. Maklumlah, Messi sudah memasuki usia 35 tahun dan Ronaldo 37 tahuh.
Oke! Sekarang mau tahu nggak, siapa-siapa saja pemain yang dianggap jelek dan beruntung karena pernah memenangkan Piala Dunia? Nih...!
Â
Advertisement
Heinz Kwiatkowski (Jerman Barat, 1954)
Setelah menanti sekian purnama, Jerman Barat merengkuh gelar pertamanya di pentas Piala Dunia. Itu tersuguh pada 1954, saat Swiss didapuk sebagai tuan rumah. Di final, Jerman Barat melibas tim penuh kejutan Hongaria dengan skor 3-2.
Di antara kerumunan pemain yang bersorak kegirangan, tersebutlah nama Kwiatkowski. Ia tercatat dalam tinta emas, walau pemain yang berperan sebagai kiper itu hanya mendapat kesempatan dalam satu penampilan kontra Hongaria di babak penyisihan grup 2.
Tampil jeblok, Jerman Barat keok 3-8. Beruntung, mereka bisa menuntaskan dendam di partai puncak dan tentu saja minus Kwiatkowski.
Â
Felix (Brasil, 1970)
Meski sempat diragukan, Felix justru tampil cemerlang di Piala Dunia 1970. Sukses Seleccao menjadi yang terbaik saat itu tak lepas dari kontribusi besar Felix.
Sebelum terbang ke Meksiko, penunjukan Felix tak lepas dari kritik. Begitu juga usai turnamen. "Dia adalah penjaga gawang paling tidak kompeten yang memenangkan medali Piala Dunia. Dia terlahir beruntung," kata Bob Wilson, eks penjaga gawang Arsenal.
Kendati begitu, Felix tetap mendapat tempat di hati rakyat Brasil. Terbukti, ketika dia berpulang pada Agustus 2012, Brasil berduka. "Kami sangat kehilangan," ujar Jose Maria Marin, Presiden Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) kala itu.
Â
Advertisement
Stephane Guivarc'h (Prancis, 1998)
Di pentas sepak bola, nomor jersey 9 identik dengan striker tokcer. Tapi tidak bagi Guivarc'h. Di Piala Dunia 1998, Guivarc'h tak segahar yang digembar-gemborkan.
Dia terbenam di antara bintang Prancis seperti Thierry Henry, David Trezuguet, dan Christophe Dugarry. Dari enam laga tak satu pun gol yang bisa diceploskannya.
Ia juga nihil asis. Padahal, sebelumnya, dia meraih sepatu emas Ligue 1 berturut-turut serta dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di Piala UEFA 1997/1998.
Â
Bernard Diomede (Prancis, 1998)
Dia memulai tiga pertandingan di Piala Dunia 1998, termasuk kekalahan dari Paraguay. Setelah itu, dia tak pernah lagi tampil bersama Les Blues.
Dua tahun kemudian, dia pindah ke Liga Inggris, bergabung bersama Liverpool. Namun dia hanya bermain lima pertandingan dalam tiga tahun sebelum kembali ke Prancis.
Diomede tetap bangga karena pernah menjadi bagian dari skuad terbaik Prancis.
Â
Advertisement
Kleberson (Brasil, 2002)
Dia mendapat panggilan ke skuad Piala Dunia 2002 besutan Luiz Felipe Scolari setelah membantu Atletico Paranaense meraih gelar Serie A Brasil. Tak menjadi starter di satu pertandingan grup pembuka Brasil, Kleberson dimasukkan sebagai starter melawan Inggris di babak sistem gugur.
Dia tampil keren. Hingga akhir turnamen, Scolari tetap memberi kepercayaan kepada Kleberson. Hanya saja, Kleberson dianggap beruntung. Soalnya, ketika direkrut Manchester United usai memenangkan Piala Dunia 2002, Kleberson gagal menampilkan performan terbaiknya.
Â
Simone Barone (Italia, 2006)
Bisa jadi, rakyat Italia tak lagi mengingat kalau Barone merupakan bagian skuad Gli Azzurri yang memenangkan Piala Dunia 2006. Sebelum ikut naik podium kehormatan, Barone hanya tampil dalam dua laga di sepanjang turnamen.
Itu pun biasa-biasa saja. Bermain di lini tengah sebagai gelandang, Barone memble. Dia lalu ditarik keluar dan jadi cadangan mati sampai final.
Sumber: dailystar
Advertisement