Sukses


    Ah...Ketika Sisi Kelam dan Muram itu Selalu Diingat Orang : Arti Ironi di Piala Dunia

    Bola.com, Jakarta - Timnas Brasil memang masih memuncaki daftar pengoleksi gelar juara Piala Dunia. Sejauh ini, Seleccao sudah mengantongi lima trofi, yakni sejak keikutsertaan mereka pada Piala Dunia 1930 di Uruguay.

    Kali pertama Timnas Brasil memenangkannya pada Piala Dunia 1950. Lalu, mengulangi pencapaian yang sama di edisi 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002.

    Namun, di balik kecemerlangan itu, Brasil setidaknya punya dua memori kelam yang merusak nama besarnya. Pertama di Piala Dunia 1950, dalam kapasitas mereka sebagai tuan rumah.

     

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 6 halaman

    Malah Tumbang

    Berstatus tim unggulan utama dan bakal juara, Brasil malah tumbang di kandangnya sendiri, Stadion Maracana, saat bersua Uruguay di final. Di hadapan ribuan pemuja fanatiknya yang sudah bersiap berpesta, tuan rumah tersungkur 1-2.

    Kekalahan yang sangat menyakitkan, mengingat Brasil unggul 1-0 lebih dulu via lesakan Friaça pada menit ke-57. Kekalahan itu kemudian terkenal dengan sebutan Tragedi Maracana.

    Tak ada yang menyangka, skuad besutan Flávio Costa bakal tumbang. Soalnya, Seleccao tampil perkasa sejak awal turnamen. Statistik Zizinho dkk sungguh mengagumkan.

     

    3 dari 6 halaman

    Edisi 2014

    Dalam lima laga, mereka mengemas 21 gol (rata-rata 4,2 gol per laga). Dua kemenangan besar diperoleh kala mereka membantai Swedia 7-1 dan menggiling Spanyol 6-1.

    Lalu, yang kedua, tersaji di Piala Dunia 2014. Ditukangi Luiz Felipe Scolari serta selaku tuan rumah, Brasil menargetkan juara. Sejak Piala Dunia 2002, dimana terakhir kali mereka naik podium kehormatan, Tim Samba tak ingin lagi kehilangan muka di depan pendukung fanatiknya.

    Akan tetapi, keberuntungan lagi-lagi tak berpihak. Kembali, Brasil dipermalukan. Bertemu Jerman di semifinal, David Luiz dkk dipermak 1-7. Tak seperti di fase sebelumnya, Brasil kali ini tampil lembek alias tanpa perlawanan sama sekali.

     

    4 dari 6 halaman

    Tak Berdaya

    Pada babak pertama saja, gawang Júlio César sudah diberondong lima gol. Diawali lesakan Thomas Muller pada menit ke-11, empat gol Panser Eropa juga disarangkan Miroslav Klose, Sami Khedira, serta dwigol Toni Kroos.

    Dalam sejarah Piala Dunia, satu-satunya tim lain yang tertinggal lima gol di babak pertama adalah Zaire (vs Yugoslavia pada 1974) dan Haiti (vs Polandia pada 1974). Di babak kedua, Brasil tak mampu bangkit. Sebelum mencetak satu-satunya gol lewat Oscar pada menit ke-90, tuan rumah lebih dulu digebuk dua gol tambahan Jerman melalu aksi André Schürrle.

    Kekalahan dari Jerman tersebut merupakan hasil terburuk Brasil di pentas balbalan. Brasil tidak pernah mengalami kekalahan kompetitif di kandang sendiri dalam 39 tahun, sejak keok 1-3 dari Peru di Copa América 1975.

     

    5 dari 6 halaman

    Andai Neymar

    Tak sedikit yang menyatakan, Brasil bisa terhindar dari petaka jika saja dua bintangnya, Neymar dan Thiago Silva tak duduk di bangku cadangan. Neymar gagal merumput lantaran masih berkutat dengan cedera, efek dari duel kontra Kolombia di perempat final. Sementara itu, Silva terkena akumulasi kartu.

    "Memalukan dan terhina," demikian headline surat kabar ternama Brasil yang bermarkas Rio de Janeiro, O Globo. Brasil menangis. Fred, striker yang diharapkan bisa menggantikan peran Neymar dihujani kritik di kampung halamannya sendiri.

    "Saya dicemooh di Mineirão, rumah saya. Setelah Piala Dunia, saya dalam kondisi yang buruk secara psikologis," katanya. Fred memang tak banyak membantu. Sepanjang turnamen, dia hanya mencetak satu gol dari 12 tembakan dalam 471 menit.

     

    6 dari 6 halaman

    Jadi Gusar

    Júlio César juga gusar. Kekalahan terus memburunya, kapan di dimana pun dia berada. "Bahkan, ketika saya berbaring, saya terus memikirkannya," ujarnya.

    "Saya sudah membayangkan hari kematian saya, bertahun-tahun dari sekarang, ketika mereka mengumumkan di berita: 'Júlio César, penjaga gawang yang kalah 1-7 telah meninggal," imbuhnya. Tak lama setelah tragedi itu, Konfederasi Sepak Bola Brasil (CBF) akhirnya mendepak Scolari dari kursi pelatih.

    Video Populer

    Foto Populer