Bola.com, Jakarta - Bagi si pencibir, Luis Suarez hanyalah seorang pecundang. Tapi bagi rakyat Uruguay, Suarez tak hanya sekadar pengeran lapangan tapi juga andalan. Itulah mengapa, di Piala Dunia 2022, Suarez masih menjadi bagian penting skuad besutan Diego Alonso.
Suarez tak lagi muda. Di Qatar nanti, El Pistolero sudah menyentuh 35 tahun. Dia seumuran dengan Lionel Messi, kapten Argentina yang juga rekannya kala di Barcelona.
Baca Juga
Advertisement
Suarez dikecam lantaran menggigit bek legendaris Italia, Giorgio Chiellini, saat kedua negara bentrok di laga Grup D Piala Dunia 2014. Sejak saat itu, eks mesin gol Liverpool itu dijuluki vampir.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sisi Suarez
Empat tahun sebelumnya di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Suarez juga dibombardir kritik. Suarez sengaja menahan bola dengan tangannya saat duel melawan Ghana. Tak pelak, wasit mengusirnya dengan kartu merah dan Uruguay diganjar hukuman tendangan penalti.
Beruntung, penalti tak membuahkan hasil. Suarez berbalik panen sanjungan dari fans La Celeste. Hal itu lantaran di ujung laga, Uruguay menang via adu penalti 4-2 setelah kedua tim bermain imbang 2-2 hingga babak perpanjangan waktu.
Di pentas balbalan, tak hanya Suarez yang dapat julukan si anak nakal atau bad boy. Masih ada yang lain dan mereka telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah sepak bola modern.
Â
Advertisement
Eric Cantona
Bad boy yang satu ini bukan si anak nakal sembarangan. Dia berkelas. King Eric sangat dihormati di masanya. Manchester United sangat beruntung pernah punya penyerang nyentrik seperti Cantona.
Dia bisa romantis, bisa juga meledak-ledak. Tendangan kungfunya yang menghantam seorang suporter Crystal Palace adalah bukti kalau Cantona sosok tempramental.
Akibat ulahnya itu, Cantona sempat mendekam dua pekan di balik jeruji besi. Dalam jumpa pers, Cantona bak seorang pujangga. Kepada wartawan, dia berkata, "Ketika burung camar mengikuti kapal pukat, itu karena mereka mengira sarden akan dibuang ke laut. Terima kasih," katanya sambil berlalu.
Â
Roy Keane
Bagi Keane, pujian dan kritikan tak ada bedanya. Dalam setiap laga, Keane bermain sepenuh hati. Energinya meluap-luap. Tekel sana, tekel sini. Tebas sana, tebas sini. Semua lawan diterjang.
Bagi pemain Irlandia itu, sepak bola tak ubahnya medan pertempuran. Kartu kuning dan kartu merah urusan belakangan, yang penting hajar dulu. Keras dan dan sangar, Keane memang sosok yang kejam.
Meski begitu, Keane pemain jempolan dengan teknik di atas rata-rata. Gelandang pengangkut air ini tak hanya berjiwa spartan, tapi juga motor gempuran Manchester United.
Di timnas, Keane tak ubahnya "si pahit lidah". Dia kerap melayangkan kritikan, jika ada sesuatu yang tak beres di matanya. Pada Piala Dunia 2002 Korea -Jepang misalnya, dia menyatakan ketakpuasannya terhadap fasilitas dan persiapan yang dilakukan Asosiasi Sepak Bola Irlandia. Dia adu bacot dengan manajer Mick McCarthy sebelum memutuskan pulang Irlandia.
Â
Advertisement
Nicolas Anelka
Pemain beken memang kerap bertingkah kontroversial. Satu di antaranya adalah Anelka. Beberapa purnama yang lalu, Anelka merupakan idola. Baik di klub yang pernah dibelanya, pun di Timnas Prancis.
Tatkala Raymond Domenech dipercaya membawa mesin tempurnya ke Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Anelka masuk daftar teratas. Dia memang jaminan mutu di lini depan.
Namun takdir berakhir getir, Domenech mendepaknya dari skuad Les Bleus karena sang bintang nekat melontarkan kecaman kepada sang pelatih.
Â
John Terry
Dia pernah dicerca hampir seluruh rakyat Inggris, kecuali fans Chelsea. Bagi fans, semua yang dilakukan Terry adalah halal. Termasuk melakukan terjangan atau tekel keras terhadapa lawan.
Di luar lapangan, Terry juga banjir sensasi. Dia pernah berselingkuh dengan pacar rekannya sendiri, Wayne Bridge. Mata keranjang Terry langsung melotot, mengingat bokin teman merupakan model pakaian dalam.
Pada tahun 2011, ia menyemprot pemain QPR, Anton Ferdinand, dengan kata-kata rasis.
Â
Advertisement
Diego Maradona
Ketika dia berpulang dua tahun silam, tak hanya dada rakyat Argentina yang sesak. Dunia juga mewek, termasuk fans Inggris. Maradona tak hanya sekadar legenda, tapi juga "dewa".
Kala bermain di Napoli, dia membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Pada musim 1986/1987, Napoli memenangkan gelar pertama Serie A bersama Maradona. Sesuatu yang dulu sangat takut mereka impikan.
Tak hanya sekali, Napoli juga digdaya pada musim 1989/1990. Sebelumnya, di musim 1988/189, mereka menjadi yang terbaik di pentas UEFA. Dan semua berkat sentuhan magis Maradona.
Berjasa Besar
Toh begitu, Maradona yang juga mempersembahkan gelar juara Piala Dunia 1986 bagi Argentina tak lepas dari drama. Dia dikenal denan Gol Tangan Tuhan yang sangat meyakiti rakyat Inggris.
Maradona juga pernah berada dalam pusaran narkoba. Puncaknya, dia dipulangkan dari Piala Dunia 1994 karena terindikasi menggunakan obat terlarang lewat tes dopin yang dilakukan FIFA.
Â
Advertisement
Joey Barton
Pada tahun 2007, Joey Barton meninju rekan setimnya Ousmane Dabo selama sesi latihan. Dia juga memukul perut lawan, Morten Gamst Pedersen pada tahun 2010.
Pada pertandingan terakhir musim 2011/2012, dia mendapatkan hukuman lain untuk kekerasan ketika dia menyerang tiga lawan di game yang sama. Periode 2008, ia dijatuhi hukuman enam bulan penjara karena penyerangan di pusat kota Liverpool dan menjalani 77 hari di balik jeruji besi.
Â
Vinnie Jones
Vinnie Jones begitu kejam di lapangan. Ketika masih memperkuat Wimbledon, para lawan menjuluki skuad itu sebagai "Gank Gila". Itu merujuk kepada permainan keras Jones.
Dia memang tipikal pemain keras dengan tekel-tekel horor. Tak jarang, akibat aksi tebas buasnya tersebut, terjadi kericuhan di lapangan. Jones tak peduli, sekalipun harus berujung kartu kuning atau diusir ke luar lapangan.
Tak pernah kapok. Namun, ulahnya berujung manis di luar lapangan. Dia kerap diajak bermain film dengan peran preman atau sosok yang antagonis.
Sumber: Bleacherreport
Advertisement