Bola.com, Jakarta - Pada sesi tanya jawab dengan wartawan beberapa waktu lalu, Kylian Mbappe mendapat pertanyaan menohok. Isinya terkait kans Timnas Prancis di Piala Dunia 2022. "Kami akan pergi ke Qatar untuk kembali menjadi juara dunia," kata Mbappe, dilansir AFP.
Tak ada yang salah dengan pernyataan Mbappe. Sebagai juara bertahan, Les Bleus sah-sah saja percaya diri tinggi. Namun Mbappe dkk jangan sampai terlena, karena petaka mengintai dari semua arah.
Baca Juga
Advertisement
Seperti yang pernah mereka rasakan di Piala Dunia 2002. Berada di Grup A, Prancis mengawali petualangannya melawan tim underdog Senegal. Armada Roger Lemerre yang dimotori predator Thierry Henry memasuki lapangan pertandingan dengan kepala tegak. Mereka siap menenggelamkan Senegal. Sial, mereka justru kalah 0-1.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Di Luar Prediksi
Tak ada yang mengira, Senegal bakal memenangkan duel. Dibandingkan Prancis yang merupakan juara bertahan dengan segudang pemain berkelas, Senegal bukanlah siapa-siapa. Namun gol semata wayang Bouba Diop pada menit ke-30 kian mempertegas, segala sesuatu bisa terjadi di sepak bola.
Pada laga kedua dan ketiga, Prancis juga terkubur hidup-hidup. Bermain imbang 0-0 dengan Uruguay, kemudian takluk 0-2 dari Denmark. Karam di dasar klasemen, kampiun Piala Dunia 1998 itu tersingkir dengan cara yang tak masuk akal. Pedih!
Prancis bukanlah negara pertama dan terakhir yang merasakan betapa pahitnya sengatan tim-tim underdog. Tak percaya? Di bawah ini buktinya, dilansir sportstar.
Â
Advertisement
Kroasia 3-0 Jerman (1998)
Kroasia menantang Jerman di perempatfinal Piala Dunia 1998. Tak ada keraguan sedikit pun. Mereka siap merontokkan Panser Eropa.
Meski tak diunggulkan, justru itu yang membuat anak-anak asuh Miroslav Blažević bermain tanpa beban. Benar saja, Kroasia menang. Skornya gila-gilaan, tiga gol tanpa balas.
Robert Jarni, Goran Vlaović, dan Davor Šuker menjadi orang yang paling dibenci rakyat Jerman saat itu. Sebaliknya, ketiganya adalah pahlawan bagi rakyar Kroasia.
Â
Belanda 5-1 Spanyol (2014)
Fans Spanyol di seluruh dunia geleng-geleng kepala tak percaya. Bagaimana mungkin tim kesayangan dengan mudahnya bisa diremukkan Belanda dengan skor menohok 5-1.
Sama-sama berada di Grup B, keduanya sudah bersua di laga pembuka. Di atas kertas, Spanyol lebih dijagokan. Itu karena Tim Matador berstatus juara bertahan. Nyatanya, La Furia Roja tersungkur.
Tragisnya lagi, juara Piala Dunia 2010 terpuruk di fase grup.
Â
Advertisement
Bulgaria 2-1 Jerman (1994)
Sebagai pelatih, Dimitar Penev tahu betul apa yang tengah berkecamuk di dada anak-anak asuhnya. Di fase sebelumnya, Bulgaria tampil gemilang.
Kini, di perempat final, mereka bersua sang juara bertahan Jerman. Penev tak jemu-jemu memantikkan semangat pantang menyerah bagi Hristo Stoichkov dkk.
Hasilnya tokcer. Bulgaria menang 2-1 berkat gol Stoichkov dan Iordan Letchkov.
Â
Rusia 1-1 Spanyol (2018)
Berharap untung, eh malah buntung. Kasihan Spanyol. Sempat diuntungkan lantaran gol bunuh diri pemain Rusia, Spanyol akhirnya harus menenggak pil pahit.
Rusia mampu menyamakan skor menjadi 1-1. Laga babak 16 besar Piala Dunia 2018 itu pun harus dipungkasi via adu penalti. Spanyol kalah 3-4.
Â
Advertisement