Bola.com, Jakarta - Satu di antara pemain muda yang sangat dinantikan aksinya di Piala Dunia 2022 Qatar adalah Darwin Nunez. Sejak kepindahannya ke Liverpool musim ini, tombak berusia 23 tahun itu selalu jadi sorotan.
Sejauh ini, Nunez sudah mengantongi lima gol. Terkini, dia menjadi penentu kemenangan The Reds di Anfield dalam lanjutan Premier League 2022/2023 kontra West Ham United yang berakhir dengan skor 1-0, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Di Qatar nanti, Uruguay juga berharap banyak kepada Nunez. Namun, itu semua bergantung penuh kepada pelatih Diogo Alonso. Artinya, bermain tidaknya Nunez sepenuhnya menjadi kewenangan Alonso sebagai pelatih.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sosok Lain
Selain itu, dari sederet bintang yang menghiasi La Celeste, di lini depan masih terdapat dua veteran yakni Luis Suarez dan Edinson Cavani. Fakta tersebut bukan tak mungkin kian memperkecil kans Nunez unjuk gigi di pentas tertinggi empat tahunan ini.
Pada edisi-edisi sebelumnya, banyak pemain yang tak mendapat kesempatan tampil atau cuma merasakan secuil menit bermain di Piala Dunia. Mau tahu siapa saja?
Advertisement
Miguel Oviedo
Waktu yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Pelatih Argentina di Piala Dunia 1978, César Luis Menotti, memainkan Miguel Oviedo pada menit ke-85. Saat itu, Argentina bentrok kontra Peru di putaran kedua Grup B yang berakhir dengan kemenangan telak 6-0.
Pada fase sebelumnya dan saat Argentina mengalahkan Belanda 3-1 di final, Oviedo sekadar penghias bangku cadangan. Jadi, duel melawan Peru merupakan kesempatan pertama dan terakhirnya. Itupun cuma bermain selama lima menit.
Roque Junior
Kendati tak semoncer Roberto Carlos, Cafu, Ronaldinho, Ronaldo, dan Rivaldo, Junior juga punya kontribusi cukup besar di balik keperkasaan Brasil di Piala Dunia 2002. Namun, kenapa namanya tenggelam dan hilang dari ingatan?
Usai memenangkan Piala Dunia 2002, bek Milan itu kemudian dipinjamkan ke Leeds United (2003-2004). Liga Inggris ternyata sangat keras bagi Junior. Dia dibekap cedera.
Setelah pulih, dia mencoba peruntungan ke Jerman, bergabung dengan Bayer Leverkusen (2004-2007). Di klub barunya tersebut, Junior tak berkembang. Dia lalu mengembara dari ke klub lain dan terakhir memperkuat klub antah berantah Ituano pada 2010.
Advertisement
Jenilson Angelo de Souza
Dia biasa disapa Junior. Ketika Piala Dunia 2002, Junior bermain bersama klub Italia Parma. Di edisi ini, Brasil kembali menjadi yang terbaik.
Di panggung final, Tim Samba mengalahkan Jerman 2-0. Semua bergembira, termasuk Junior. Meski hanya tampil sekali sepanjang turnamen, Junior tetap bangga.
Claudio Borghi
Sepintas, postur Borghi mirip Diego Maradona. Tapi nasib keduanya bak langit dan bumi. Keduanya memang masuk daftar skuad Argentina di Piala Dunia 1986.
Hanya saja, Borghi cuma sebatas penghangat bangku cadangan. Sementara itu, Maradona, selain didapuk sebagai kapten juga menjadi motor serangan. Toh begitu, Borghi ikut angkat trofi dan foto bareng usai Tim Tango mengalahkan Jerman Barat di final.
Sumber: Thesportster
Advertisement