Bola.com, Jakarta - Panggung sepak bola, termasuk Piala Dunia, keberadaan komentator menjadi bagian yang tak terpisahkan. Di Piala Dunia 2022 Qatar, yang rencananya akan dimulai pada 20 November, kita tak hanya melahap duel-duel seru dari 32 negara peserta tapi juga komentar dari para komentator.
Ngemeng-ngemeng soal komentator, tak banyak dari mereka yang kemudian menjadi legenda. Mereka dikenang lantaran gaya bicara serta teriakan hiperbola yang membuat para penonton hanyut dalam pertandingan yang tengah berlangsung.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Berikut lima komentator kelas dunia yang pernah mengomentari laga Piala Dunia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
David Coleman
Legend! Coleman bukan komentator sembarangan. Dia hadir dalam dua final Piala Dunia, 1974 dan 1978. Pada Piala Dunia 1974 yang mempertemukan Belanda vs Jerman Barat, Coleman bertindak sebagai komentator.
Dia ikut menjadi saksi betapa kekalahan itu sangat menyesakkan Belanda. Berada di atas angin dengan revolusi total tootball, Johan Cruff dkk takluk 1-2.
Empat tahun berselang, Coleman kembali dipercaya sebagai komentator saat Belanda bersua Argentia di partai puncak Piala Dunia 1978. Di edisi inipun, Belanda tumbang 1-3.
Selain itu, Coleman juga pernah mengomentari sederet duel bergengsi lainnya seperti final Piala Eropa 1973 dan 1975 serta final Piala FA dari 1972 hingga 1976.
Coleman yang merupakan pelopor sejati komentator kesohor dengan teriakan khasnya yakni "Satu Nol!". Itu dia ucapkan saat gol pembuka terjadi. Dia mampu "menghadirkan" pertandingan ke rumah para pendengar atau pemersia BBC di seluruh dunia saat itu.
Coleman yang fenomenal di balik layar itu berpulang pada Desember 2013, pada usia 87 tahun.
Advertisement
Kenneth Wolstenholme
Seperti Coleman, Wolstenholme juga komentator top asal Inggris. Ketika Inggris meremukkan Jerman Barat 4-2 di final Piala Dunia 1966, Wolstenholme adalah komentator untuk BBC.
Tak kalah semangat dari pemain-pemain Inggris yang bertarung, Wolstenholme juga hanyut dalam emosi. Sebagai orang Inggris, dia jelas berada di belakang para penggawa Tiga Singa. Komentarnya membuat penonton senang sekaligus tegang.
Wolstenholme spontan berteriak histeris ketika Geoff Hurst, bintang kemenangan Inggris saat itu dengan hat-trick, mampu melewati lawan dan kemudian mencatak gol.
"Ini dia Hurst. Bintang kesayangan kita. Mereka, Jerman Barat, pikir semuanya akan segera berakhir. Ayo cetak gol lagi. Tambah golnya," teriak Wolstenholme lantang.
Komentator yang awalnya seorang jurnalis itu berpulang pada Maret 2002 di usia 81 tahun.
Barry Davies
Inggris dan Argentina saling berhadapan di perempat final Piala Dunia 1986. Setelah 1966, Inggris tak pernah lagi juara. Pun begitu dengan Argentina, setelah 1978 mereka tak pernah lagi menjadi yang terbaik.
Barry Davies, sang komentator BBC ikut tegang. Dia tentunya berharap Gary Lineker dkk bisa mengalahkan Argentina yang dimotori Diego Maradona. Namun, Inggris menenggak pil pahit. Tiga Singa kalah 1-2.
Dua gol kemenangan Tim Tango diborong Maradona, satu di antaranya gol kontroversial sepanjang masa "Hand of God". Pendukung Inggris mengamuk bukan karena menolak kalah, tapi gol curang Maradona.
Sial bagi Davies, dia justru mengomentari gol Maradona sebagai gol yang luar biasa. Tak pelak, rakyat Inggris berbalik marah kepada sang komentator kelahiran 24 October 1937 itu.
Advertisement
Jonathan Pearce
Pada 1996, Inggris dipercaya sebagai tuan rumah Piala Eropa. Namanya juga tuan rumah, Inggris tak mau jadi pecundang di kampung sendiri. Apalagi mereka belum pernah menjadi yang terbaik di Benua Biru.
Tapi, Inggris terhenti di semifinal. Armada Terry Venables harus puas sebagai peringkat ketiga. Di edisi ini, Jermanlah juaranya.
Satu di antara laga yang paling bekesan adalah ketika Inggris melinggis Belanda 4-1 dalam laga terakhir Grup A lewat Teddy Sheringham serta Alan Shearer. Masing-masing menyumbang dua lesakan.
Jonathan Pearce yang jadi komentator, menjadi orang yang paling dibenci Belanda saat itu. Komentarnya bikin kubu lawan terintimidasi menahan emosi.
"Belanda tidak siap. Pertahanan mereka tidak stabil. Ayo...ayo Teddy (Sheringham), kau memang pemain tua tapi penampilanmu sangat oke," komentar Pearce.
John Motson
Di Inggris, khususnya yang gokil balbalan, pastilah mengenal kakek 77 tahun ini. Motson sudah "karatan" sebagai komentator sepak bola. Kalau anak zaman now bilang, Motson adalah legend!
Ketika Inggris mengalahkan Jerman 4-1 di kualifikasi Piala Dunia di Munchen, Motson ikut memberikan kontribusi. Berada di belakang layar sebagai komentator, pendukung Inggris senang mendengar diksi atau pernyataan yang dilontarkan Motson.
"Emile Heskey. Mungkinkah dia mencetak lima gol?," komentar komentator TalkSport itu, seolah-olah jadi pelatih.
Sumber: Bleacherreport
Advertisement