Bola.com, Jakarta - Pelatih Timnas Belanda, Louis van Gaal, mengungkapkan bahwa berbeda dengan Qatar dan Senegal, kekuatan Ekuador masih menjadi misteri baginya. Selain itu, ia juga ogah menanggapi isu-isu politik seputar Piala Dunia 2022.
Belanda satu grup dengan tuan rumah Piala Dunia 2022, yakni Qatar, kemudian Senegal dan Ekuador. Pasukan Oranje bisa bertemu Inggris di babak 16 besar.
Baca Juga
Advertisement
Van Gaal percaya skuadnya memiliki kualitas untuk menjadi juara dunia dan percaya lawan besok adalah rival terbesar mereka di Grup A.
"Saya percaya pada para pemain yang saya bawa," kata mantan pelatih Manchester United itu. "Pada 2014 kami berada di urutan ketiga dengan skuat yang kualitasnya lebih rendah dan dengan grup ini saya berharap lebih."
"Saya pikir Timnas Belanda bisa menjadi juara Piala Dunia tetapi ada skuat yang menurut saya berada di level yang lebih tinggi dari skuat saya. Ini tentang bagaimana skuat menghadapinya. Kami bisa menjadi juara dunia, apakah kami akan menjadi juara dunia adalah masalah kedua."
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Buta Kekuatan Ekuador
Menurut Louis van Gaal, masing-masing lawannya di Piala Dunia 2022 ini memiliki karakter dan kekuatan yang berbeda.
"Qatar saya yakin telah bekerja untuk persiapan Piala Dunia selama enam bulan dan ada banyak hal yang dapat Anda lakukan dalam enam bulan. Saya baru bekerja selama seminggu, jadi ada perbedaan besar di sana."
"Senegal adalah juara Piala Afrika. Mereka mengalahkan Mesir di final yang merupakan negara penting dengan pemain-pemain besar."
"Sekilas saya pikir Senegal akan menjadi lawan terberat. Senegal dan Qatar saya tahu tapi Ekuador bagi saya adalah misteri. Tapi saya pikir Senegal lebih kuat dari Qatar."
Advertisement
Ogah Komentari Politik
Van Gaal, 71 tahun, adalah salah satu pelatih yang paling blak-blakan. Ia sebelumnya pernah mengkritik keputusan untuk memberikan Qatar kesempatan menjadi tuan rumah, dan bahkan mengatakan dia ikut memboikot.
Tapi kali ini, ia menolak berbicara apapun soal isu politik seputar Piala Dunia 2022. Qatar diklaim bersalah terkait ribuan pekerja yang meninggal di sana. Belum lagi masalah LGBTQ.
"Saya tidak lagi akan berbicara tentang masalah politik, saya berbicara tentang pertandingan yang akan datang ini dan saya menghentikan semua masalah ini. Setelah saya mengundang para migran untuk menonton sesi latihan, saya meminta semua pemain kami untuk tidak bicara apa-apa dan fokus pada pertandingan melawan Senegal.
Liputan Khusus Piala Dunia 2022
Advertisement