Bola.com, Jakarta - Arab Saudi secara mengejutkan meraih kemenangan fantastis atas Argentina pada laga pertama mereka di Grup C Piala Dunia 2022, Selasa (22/11/2022) sore WIB. Pelatih Herve Renard patut mendapatkan pujian atas apa yang anak asuhnya raih pada pertandingan tersebut.
Argentina sebetulnya tampil mendominasi sejak awal pertandingan. Tim Tango bahkan memimpin lebih dulu pada menit 10' melalui titik putih, dan jika bukan karena VAR, mereka bisa menjauh lebih dari tiga gol.
Baca Juga
Reaksi Pelatih Arab Saudi soal Tekanan Suporter di GBK: Kami Sudah Biasa, tetapi Indonesia Negara Luar Biasa
Meski Keok dari Timnas Indonesia, Arab Saudi Pede Bisa Finis di Posisi Kedua Grup C R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026
VIDEO: Tak Mau Anggap Remeh, Pelatih Timnas Arab Saudi Sebut Timnas Indonesia Adalah Lawan yang Kuat
Advertisement
Arab Saudi kemudian bangkit pada babak kedua. Wakil Asia ini membukukan dua gol untuk berbalik memimpin hingga laga bubaran.
Buat Argentina, ini menghentikan 36 catatan tak terkalahkan di semua kompetisi. Sementara bagi Arab Saudi, ini adalah kemenangan keempat sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia.
Pelatih Herve Renard adalah sosok di balik kemudi Arab Saudi. Siapakah sosok satu ini? Mengapa ia dikenal karena suka membuat pemain gemetar seperti anjing? Kenapa dirinya suka mengenakan kemeja putih?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dari Prancis, Inggris, Lalu ke Vietnam
Herve Renard menghabiskan sebagian besar tahun-tahun awalnya sebagai pelatih di tim papan bawah. Dia mulai pada tahun 1999 di klub Prancis yang kurang dikenal SC Draguignan.
Setelah membantu mereka mendapatkan tiga promosi berturut-turut, dia mengambil alih Cambridge United yang saat itu berada di divisi ketiga sepak bola Inggris. Dari sana, karier pekerja harian membawanya ke Vietnam untuk melatih Nam Dinh. Setelah beberapa bulan di Asia Tenggara, dia kembali ke Prancis di mana dia bergabung dengan tim divisi lima AS Cherbourg.
Tidak peduli di mana dia berada atau level apa yang dia latih, Renard selalu mengembangkan gaya khasnya, yakni sepak bola berbasis penguasaan bola adalah yang terpenting. Ketika para pemainnya kehilangan penguasaan bola, pressing ketat langsung diterapkan.
Untuk bermain dengan intensitas seperti itu, dia sangat menekankan pada peningkatan kebugaran, dan kemanapun dia pergi, ada perubahan dalam budaya di luar lapangan, baik dalam hal makanan dan nutrisi atau pemulihan pasca-pertandingan.
Advertisement
Membuat Pemainnya Gemetar seperti Anjing
Menerapkan garis pertahanan tinggi membutuhkan fisik yang kuat. Ketika menghadapi Argentina, Arab Saudi benar-benar menunjukkan hal itu. Siapa lagi biangnya kalau bukan Herve Renard.
Dalam sebuah wawancara dengan Guardian, mantan pemain Cambridge United, John Ruddy, bercerita betapa Renard begitu keras saat memberikan porsi latihan kepada anak asuhnya.
"Salah satu kenangan terbesar yang saya miliki tentang Herve Renard adalah kecepatan kerja yang tidak hanya dia tuntut dari kami, tetapi juga menunjukkan dirinya di gym. Pramusim di bawahnya adalah dan masih merupakan yang tersulit yang pernah saya lakukan," kata Ruddy.
"Herve Renard dulu meminta kami di gym melakukan plank selama dua menit dan saya ingat dibikin gemetar seperti anjing. Yang dia lakukan hanyalah tertawa dan berteriak, 'Ayo John!' Dia juga biasa melakukan sit-up selama lima menit dan dalam kondisi yang luar biasa. Sepertinya dia masih suka begitu," katanya lagi.
Gacor saat Jadi Pelatih Tim Nasional
Menang atas Argentina adalah momen lain untuk pelatih yang sering mengubah underdog menjadi pemenang, terutama tim nasional. Renard tidak selalu sukses di level klub, di mana Sochaux yang dilatih Renard terdegradasi dari divisi teratas Prancis pada tahun 2014, dan pada tahun berikutnya, dia dipecat oleh Lille setelah 13 laga.
Tetapi dengan tim nasional, ceritanya berbeda. Dia adalah satu-satunya pelatih yang memenangkan Piala Afrika dengan dua negara berbeda. Pertama dengan Zambia pada 2012 dan tiga tahun kemudian dengan Pantai Gading.
Pada tahun 2016, Renard menjadi manajer dengan bayaran tertinggi di Afrika ketika dia menjadi pelatih Maroko, yang dia bimbing ke penampilan Piala Dunia pertama sejak 1998 pada 2018.
Advertisement
Takhayul Kemeja Putih
Bukan hanya seragam hijau milik Arab Saudi yang bertarung di lapangan, kemeja putih Renard sepertinya akan menjadi salah satu ikon sepak bola dunia. Kemeja putih yang dikenakan tanpa kancing di bagian atas adalah semacam takhayul bagi Renard.
Dia memberi tahu Espire bagaimana dan mengapa dia mulai mengenakan kaus itu selama pertandingan.
"Zambia bermain di pertandingan kedua Piala Afrika 2010 melawan Kamerun,” kenang Renard kepada Esquire. “Saya memakai baju biru muda, tapi kami kalah 2-3, jadi di pertandingan berikutnya, saya memakai baju putih. Kami menang dan finis pertama di grup, di depan Kamerun."
"Tentu saja, saya telah kalah dalam beberapa pertandingan sejak saat itu," kata pria Prancis itu sambil tertawa.
"Mungkin saya bahkan kalah banyak. Tapi saya juga memenangkan banyak. Saya suka gaya ini tapi menurut saya cuacanya harus bagus. Ketika saya melatih di Inggris, kemeja putih pada bulan Desember tidak memungkinkan. Atau mungkin inilah alasan saya tidak berhasil di Inggris!"
Liputan Khusus Piala Dunia 2022
Advertisement
Persaingan di Grup C Piala Dunia 2022
Video Keren
Advertisement