Bola.com, Jakarta - Sebelum Piala Dunia 2022 bergulir di Qatar, 20 November-18 Desember 2022, beberapa negara anggota UEFA telah merencanakan untuk mengenakan ban kapten "One Love" selama turnamen empat tahun sekali itu sebagai bentuk dukungan terhadap hak-hak LGBTQIA+.
Piala Dunia dianggap sebagai momen pas untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak LGBTQI+.
Baca Juga
Advertisement
Namun, FIFA melarang kampanye LGBTQIA+ pada Piala Dunia 2022 di Qatar dan memberikan hukuman kartu kuning kepada pemain yang ngotot menggunakan ban kapten "One Love" selama pertandingan.
Negara Eropa peserta Piala Dunia 2022 yang ingin menyuarakan hak tersebut adalah Wales, Inggris, Denmark, Swedia, Belanda, Norwegia, Prancis, Jerman, Swiss, dan Belgia.
Kapten timnas Inggris, Harry Kane, yang semula ngotot untuk mengenakan ban kapten "One Love" jelang melawan Iran (21/11/2022), terpaksa membatalkan niatnya.
Belgia juga diminta menghilangkan kata 'love' dari jersey kedua mereka, begitu pula Denmark yang diminta menghilangkan kata 'Human Rights for All' dari jersey yang dikenakan di Piala Dunia 2022.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mempertimbangkan Meninggalkan FIFA
Kebijakan FIFA tersebut telah menuai pro dan kontra. Bagi negara-negara di Eropa seperti disebutkan di atas, seperti diketahui, mereka berkeberatan.
Denmark, yang merasa mulai gerah dengan arah kebijakan FIFA, mengungkap akan ada rencana pertemuan dengan negara anggota UEFA lainnya setelah Piala Dunia 2022 berakhir untuk mempertimbangkan kemungkinan beberapa negara anggota keluar dari FIFA.
Jesper Moller, ketua Asosiasi Sepak Bola Denmark (DBU), mengungkap sikap pihaknya sudah jelas, dan terkait arah kebijakan FIFA yang dianggap sudah tak sejalan, telah didiskusikan di antara negara-negara di kawasan Nordik sejak Agustus lalu.
"Kami harus memulihkan kepercayaan terhadap FIFA, kami harus menilai apa yang telah terjadi, dan kemudian kami harus membuat strategi, bersama rekan-rekan di kawasan Nordik," ujar Moller.
Sebagai informasi, saat ini sebanyak 211 negara tergabung dalam FIFA. Banyak negara besar di Eropa yang memegang kekuatan, kekuasaan, dan uang dalam organisasi.
Bisa jadi, Presiden FIFA, Gianni Infantino, akan dipaksa melakukan reformasi atau menghadapi "pemberontakan" dari negara-negara Eropa tersebut.
Sumber: Sportbible, Football Espana
Advertisement
Liputan Khusus Piala Dunia 2022