Bola.com, Jakarta - Pelatih matang pengalaman Louis van Gaal dibuat putar otak lebih keras saat Timnas Belanda bersua Argentina pada fase perempat final Piala Dunia 2022 di Stadion Lusail, Qatar, Sabtu (10/12/2022). Duel sengit antarakedua kubu berlangsung hingga adu penalti.
Van Gaal dikenal sebagai pelatih pragmatis. Di Piala Dunia 2022 ini ia memporak-porandakan sistem permainan sepak bola indah Total Football yang jadi DNA Belanda. Frenkie de Jong cs. bermain defensif dengan formasi lima bek 3-5-2 atau 3-4-3.
Advertisement
Strategi ini mapan hingga fase 16 besar. Namun kena batunya saat bersua Argentina.
Lionel Scaloni menduplikasi sistem permainan Van Gaal. Argentina meladeni Belanda dengan strategi lima bek. Hanya saja permainan bertahan mereka lebih efektif. Tim Oranye dibuat setengah mampus menembus batu karang Argentina.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Batu Karang
Dengan jenius Lionel Scaloni menyumbat permainan lini kedua Belanda. Ia memasang tiga gelandang agresif Alexis MacAllister, Rodrigo De Paul, Enzo Fernandez.
Ketiganya jadi batu karang yang menyumbat kreativitas Belanda. Playmaker Belanda, Frenkie De Jong tak pernah diberi ruang buat menyodorkan umpan-umpan terukur. Setiap gelandang-gelandang Belanda memegang bola selalu ditempel ketat trio gelandang Argentina. Mereka melakukan banyak intersep yang membuat pasokan bola ke sektor depan De Oranje mampet.
Trio penyerang, Memphis Depay, Steven Bergwijn, Cody Gakpo benar-benar dibuat mati angin. Mereka jarang dapat ruang buat mengeksploitasi kecepatan lewat pasokan bola-bola daerah dari lini kedua.
Advertisement
Van Gaal Pintar Baca Situasi
Namun, bukan Van Gaal namanya, kalau ia tidak cermat membaca situasi pertandingan. Begitu Belanda tertinggal 0-2 lewat gol Nahuel Molina dan Lionel Messi (penalti), ia melakukan perombakan ekstrem.
Belanda bermain lebih direct dengan mengandalkan fisik pemain-pemain pengganti yang menjulang. Para pemain pengganti De Oranje, Wout Weghorst, Luke de Jong, Teun Koopmeiners, sukses mengerek permainan Belanda.
Di sisi lain, keputusan Scaloni menarik Rodrigo De Paul membuat lini tengah Argentina melempem. Leandro Paredes tak sedisplin Paul mempressing gelandang-gelandang Belanda.
Tim Kincir Angin secara dramatis sukses memaksakan perpanjangan waktu lewat gol Weghorst memanfaatkan kecerdikan Koopmeiners melakukan tendangan bebas. Pada menit ke-83 juga mencetak gol buat menipiskan keadaan.
Justru Kendur saat Extra Time
Tanpa Cristian Romero yang ditarik keluar dan digantikan German Pezzella pada menit ke-78 menciptakan lubang menggangga di lini pertahanan Arentina. Pemain-pemain jangkung Belanda merajalela di 10 menit akhir waktu normal.
Ketika skor 2-2, sejatinya Timnas Belanda sudah menang psikologis. Hanya entah mengapa, sistem permainan ofensif mereka mendadak hilang di perpanjangan waktu.
Ada kesan negara finalis Piala Dunia 1974, 1978, dan 2010 itu sudah senang dengan skor imbang. Mereka berharap lewat babak adu penalti.
Argentina justru bermain lebih agresif menguber kemenangan. Masuknya Angel De Maria membuat Argentina lebih menekan pertahanan lawan.
Advertisement
Emiliano Martinez Menggila
Keyakinan Louis van Gaal Belanda bakal melindas Argentina dalam drama tos-tosan tak sesuai harapan.
Kiper Tim Tango, Emiliano Martinez, mementahkan dua tendangan awal De Oranje: Virgil van Djik dan Steven Berghuis.
Belanda sejatinya sudah tidak punya eksekutor-esekutor handal di babak adu penalti. Memphis Depay, Steven Bergwijn, Cody Gakpo, penyerang yang punya insting menceploskan bola saat penalti semuanya sudah keluar lapangan.
Belanda hanya berharap ketangkasan kiper Andries Noppert, yang sayangnya tak tampil cemerlang dalam adu penalti.
Argentina melaju ke semifinal dengan skor akhir 4-3 (2-2). Lionel Messi cs. bakal bersua Kroasia.
Liputan Eksklusif Bola.com
Advertisement