Sukses


    Deretan Pemain yang Kebanyakan Duduk Manis tapi Raih Gelar Piala Dunia

    Bola.com, Jakarta - Akhirnya, ya akhirnya. Paulo Dybala tampil juga di Piala Dunia 2022. Kesempatan emas itu dia dapatnya saat masuk sebagai pemain pengganti dalam kemenangan 3-0 Argentina atas Kroasi di semifinal beberapa waktu lalu.

    Dybala sebelumnya hanya duduk manis di bangku cadangan, menanti kesempatan dari sang pelatih Lionel Scaloni. Penantian panjang pemain kepunyaan AS Roma itu terjawab pada menit ke-74. Dybala masuk menggantikan juniornya, Julian Alvarez.

    Belum bisa dipastikan, apakah Dybala akan kembali mendapat kesempatan di partai final, dimana Argentina akan menantang juara bertahan Prancis pada Minggu (18/12) malam WIB.

    Tampil di pentas sepak bola terakbar empat tahunan menjadi impian semua pemain. Soalnya, selain bangga menjadi duta bangsa di ajang paling bergengsi, ini juga menjadi momen pemain untuk TTP alias tebar-tebar pesona. Siapa tahu ada klub tajir melintir yang naksir.

    Mau tahu siapa saja pemain yang tak berkeringat sama sekali namun menyandang gelar Piala dunia?

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 8 halaman

    Ronaldo (1994)

    Pada edisi ini, Ronaldo masih bocah 17 tahun. Meski berjuluk bocah ajaib di Brasil, tapi dia tak mendapat kesempatan tampil sepanjang Piala Dunia 1994.

    Meski begitu, orang-orang tak terlalu mempersoalkan. Membawa pemain muda ke ajang paling bergengsi tentu saja punya pertimbang matang. Carlos Alberto Parreira selaku juru taktik mahfum betul soal itu.

    Brasil kemudian tampil sebagai juara. Di final, Selecao menggebuk Italia 3-2 via adu penalti setelah bermain tanpa gol hingga babak perpanjangan waktu.

    Ronaldo ikut angkat piala. Dia terlihat begitu senang.

    Beberapa tahun berselang, Ronaldo menjelma menjadi bintang kedigdayaan Tim Samba di Piala Dunia 2002. Empat tahun sebelumnya, "Fenomeno" juga sosok penting membawa Brasil ke final walau akhirnya harus puas sebagai runner-up.

    3 dari 8 halaman

    Pepe Reina (2010)

    Iker Casillas tak tergoyahkan. Pesonanya masih begitu kuat di bawah mistar La Furia Roja. Yang lain minggir dulu.

    Demikianlah, Casillas tak tergantikan dalam kemenangan bersejarah di Piala Dunia 2010. Tak hanya itu, legenda Real Madrid itu juga jadi andalan di Euro 2008 dan 2012.

    Pepe Reina hanya bisa pasrah. Dia sebenarnya berharap bisa eksis di panggung terakbar. Namun, dia hanyalah kiper cadangan yang berada di bawah bayang-bayang sang Casillas.

    4 dari 8 halaman

    Adil Rami (2018)

    Jangan salahkan kalau Rami sama sekali tak beraksi di Piala Dunia 2018. Sebagai pemain, dia tentu saja siap tempur. Namun, itu semua berpulang kepada keputusan pelatih.

    Sampai Prancis mengalahkan Kroasia di final dan Les Bleus tampil sebagai juara untuk kali kedua di Rusia, Rami magabut atau makan gaji buta.

    Didier Deschamps masih lebih percaya kepada pemain lain menjaga lini belakang Prancis ketimbang mantan pemain AC Milan yang kini berusia 36 tahun itu.

     

    5 dari 8 halaman

    Dida (2002)

    Di mana pun, nasib kiper cadangan sama saja. Mereka akan tampil jika kiper utama cedera atau memang mendapat perintah khusus dari pelatih.

    Hal tersebut juga menerpa Dida, saat Brasil tampil di Piala Dunia 2002 Korea Selatan - Jepang.

    Dida hanya sebagai penghangat bangku cadangan sembari menyaksikan rekan-rekannya beraksi.

    Meski begitu, kehadiran Dida sangat penting disaat genting. Ya! Beberapa saat sebelum bentrok kontra Jerman di final, striker andalan Selecao, Ronaldo, tiba-tiba gelisah.

    Dia kemudian curhat ke Dida. Ronaldo merasa trauma final 1998 melawan Prancis menghantuinya. Dida berhasil menenangkan sekaligus meyakinkan Ronaldo.

    Benar saja, di final melawan Jerman, Ronaldo tampil buas degan dua gol yang membawa Brasil ke singgasana juara.

     

    6 dari 8 halaman

    Erik Durm (2014)

    Setelah menanti sekian lama, Jerman akhirnya kembali ke jalur juara. Di final Piala Dunia 2014, Panser Eropa mengalahkan Argentina 1-0.

    Masih adakah yang mengingat, Durm? Jelas tidak ada. Saat itu, Durm bukanlah pilihan utama di lini belakan skuad besutan Joachim Löw.

    Dalam tujuh laga yang dimainkan Jerman, Durm tak ubahnya seorang penonton di bangku tribun. "Bahkan hari ini, saya tidak berpikir bahwa saya adalah juara dunia," keluhnya.

     

    7 dari 8 halaman

    Franco Baresi (1982)

    Dia dijuluki "libero yang sempurna". Namun, di Piala Dunia 1982, dia sama sekali tak tampil.

    Enzo Bearzot, pelatih Gli Azzurri kala itu, lebih condong kepada libero kepunyaan Juventus, Gaetano Scirea.

    Apa daya, kapten yang juga legenda AC Milan itu hanya sebatas "pelengkap". Italia keluar sebagai kampiun usai melumat Jerman Barat 3-1 di partai puncak.

     

    8 dari 8 halaman

    Daniel Passarella (1986)

    El Gran Capitan, itulah julukan Passarella. Dia adalah kapten saat Argentina memenangkan Piala Dunia 1978.

    Di edisi 1986, situasi berubah. Ban kapten diambil alih Diego Maradona. Maradona dan kawan-kawan kemudian mengulang sejarah delapan tahun sebelumnya. Di partai puncak, La Albiceleste meremukkan Jerman Barat 3-2.

    Passarella sama sekali tak beraksi di Meksiko. Serangan enterokolitis (Infeksi usus) membuatnya terbaring di tempat tidur. Posisinya sebagai bek digantikan oleh Jose Luis Brown.

    Sumber: Squawka

    Lebih Dekat

    Video Populer

    Foto Populer