Bola.com, Jakarta - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara tegas menyebutkan kendali Timnas Indonesia U-17 akan diserahkan kepada Bima Sakti. Pelatih berusia 44 tahun itu dianggap memiliki kapabilitas yang mumpuni.
Sebelumnya, Indonesia ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023. Indonesia menggantikan Peru yang mengundurkan diri, karena tak mampu menyediakan infrastruktur yang ideal untuk menjadi tuan rumah.
Baca Juga
Ahmed Zaki Woles Tidak Menerima Gaji dari PSSI sebagai Manajer Timnas Indonesia U-17 dan U-20
Gelandang Tim Pelajar Indonesia Ingin Curi Hati Nova Arianto: Punya Mental Tangguh, Skill Nggak Kalah dari Timnas Indonesia U-17
Pelatih Tim Pelajar Indonesia Sodorkan 2 Pemain Berbakat Kepada Nova Arianto: Bisa Jadi Amunisi Baru Lini Tengah Timnas Indonesia U-17
Advertisement
Namun, penunjukan Indonesia terbilang sangat mendadak. Sebab, turnamen itu rencananya bakal bergulir mulai 10 Novermber hingga 2 Desember 2023.
Secara infrastruktur, mungkin Indonesia sudah siap menyambutnya. Beberapa venue telah mendapatkan renovasi besar-besaran untuk menghadapi Piala Dunia U-20 2023, yang urung digelar di Tanah Air.
Namun secara teknis, Timnas Indonesia U-17 wajib mengejar ketertinggalan secepat mungkin. Berikut ini pekerjaan rumah yang kudu diselesaikan Bima Sakti sebelum Tim Garuda Asia berlaga di Piala Dunia U-17 2023.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Scouting Pemain
Problem tim kepelatihan Garuda Asia sangatlah kompleks. Mereka harus segera mendapatkan pemain yang tepat untuk menghiasi posisi starting XI.
Masalahnya, tak ada kompetisi usia muda resmi yang digelar PSSI dalam beberapa tahun terakhir. Itu berarti, jajaran pelatih Timnas Indonesia U-17 harus mulai blusukan mencari pemain ke daerah-daerah.
Cara seperti ini juga pernah dilakukan pelatih Indra Sjafri saat membentuk Timnas Indonesia U-19 pada 2003 lalu. Namun perlu diingat, bila turnamen kali ini tak cuma sekelas ASEAN saja.
Â
Advertisement
Pemusatan Latihan Jangka Panjang
Masalah masih tetap rumit andai Bima Sakti dan para pelatih berhasil mendapatkan bibit-bibit pemain muda terbaik di seluruh pelosok Nusantara. Lagi-lagi, ketiadaan kompetisi jadi penyebabnya.
Tanpa pertandingan rutin, kondisi para pemain akan jadi pekerjaan rumah utama. Tak hanya masalah taktik, tetapi juga kondisi fisik mereka jadi tanda tanya besar.
Melakukan pemusatan latihan jangka panjang, rasanya jadi solusi instan yang pas. Namun mereka juga harus berhitung agar pemain berada dalam peak performa saat turnamen nanti.
Â
Uji Coba di Luar Negeri
Pemusatan latihan saja tak akan cukup menghadapi turnamen sebesar Piala Dunia. Mereka harus mulai menghadapi lawan selevel untuk mengukur kemampuan diri.
Uji coba di luar negeri menghadapi akademi terbaik di dunia akan sangat membantu Arkhan Kaka dkk. Dengan cara itu, mereka bisa pelan-pelan merasakan atmosfer pertandingan yang sesungguhnya.
Cara tersebut juga akan efektif meningkatkan mentalitas para pemain. Diharapkan, mereka tak akan ciut nyali sebelum bertanding menghadapi lawan dengan level yang lebih tinggi.
Â
Advertisement
Jangan Malu Gunakan Diaspora
Kontroversi sempat menghampiri Timnas Indonesia U-16 usai menjadi jawara Piala AFF U-16 2022 lalu. Tim ofisial dan kepelatihan meneriakkan kata 'local pride' yang merujuk kehebatan mereka merengkuh gelar juara.
Namun, ucapan tersebut juga bisa diartikan sindirian kepada pelatih Shin Tae-yong yang belum juga mempersembahkan 'prestssi'. Ataupun kepada PSSI yang terus menggaungkan program naturalisasi.
Namun, menghadapi turnamen bergengsi seperti ini, tim kepelatihan mungkin harus menurunkan sedikit ego mereka. Indonesia membutuhkan pemain terbaik sekalipun itu adalah diaspora.