Bola.com, Jakarta - Gelandang Manchester City, Phil Foden, menyimpan satu memori yang sangat indah jika berbicara soal Piala Dunia U-17. Dia menjadi salah satu pemain bintang yang lahir dari kejuaraan ini.
Jauh sebelum mencapai titik seperti saat ini, Phil Foden pernah menjadi salah satu pemain yang paling dibicarakan, terutama jika mengulas kiprah Timnas Inggris U-17 saat menjadi kampiun Piala Dunia U-17 2017.
Baca Juga
Advertisement
Kiprah Phil Foden saat itu menang luar biasa. Dia akhirnya diganjar penghargaan Golden Ball sebagai penanda bahwa pemuda kelahiran 28 Mei 2000 ini merupakan pemain terbaik di kejuaraan tersebut.
Salah satu penampilan terbaiknya tersaji pada partai final Piala Dunia U-17 2017 yang berlangsung di India itu. Bagi pemain berusia 23 tahun itu, ini adalah salah satu laga terbaik sepanjang kariernya di dunia sepak bola.
“Sejujurnya, ini adalah sesuatu yang selalu saya pikirkan hampir setiap hari. Jika saya merasa bosan, saya akan menyaksikan ulang pertandingan tersebut,” kata Phil Foden dikutip dari laman resmi FIFA.
==
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Situasi Sulit di Final
Jika berbicara soal kontribusi gol, jumlah yang dibukukan Foden memang tak begitu mentereng. Sepanjang turnamen, dia memang hanya bisa mengepak tiga gol untuk Timnas Inggris U-17.
Jumlah ini masih kalah dari striker yang kini bermain untuk Sheffield United, Rhian Brewster, yang sukses menyabet penghargaan Golden Boot alias Top Scorer Piala Dunia U-17 2023 dengan koleksi sembilan gol.
Namun, tanpa Foden, skuad junior The Three Lions tampaknya sulit meraih gelar ini. Pasalnya, saat berjumpa Spanyol di partai final, mereka sempat tertinggal dua gol yang dicetak oleh Sergio Gomez (10’ dan 31’).
Advertisement
Keyakinan untuk Menang
Foden mengakui, timnya tak memulai pertandingan dengan baik. Tertinggal dua gol adalah situasi yang sangat menyulitkan bagi seluruh pemain Timnas Inggris U-17. Namun, optimisme ternyata tetap menyala di benak Foden dkk.
“Mereka unggul 2-0 dan saya berpikir, ‘Ya ampun, apa yang terjadi di sini?’. Tapi kami selalu yakin bisa comeback. Kami tahu bakat yang kami miliki,” ujarnya.
“Saya bisa melihat sekeliling tim kami dan melihat setidaknya empat pemenang pertandingan. Ketika Anda memiliki rekan satu tim seperti itu, Anda tahu bahwa Anda selalu terlibat, apa pun yang terjadi.”
Jadi Juru Selamat
Setelah sempat mencetak satu gol satu menit jelang turun minum lewat Rhian Brewster (44’), Inggris akhirnya sukses menyamakan kedudukan pada menit ke-58 lewat gol Anthony Gibbs-White.
Di sinilah kehadiran Foden menjadi penting. Dia mampu membawa tim muda Tiga Singa berbalik unggul pada menit ke-69. Marc Guehi menambah keunggulan ini pada menit ke-84.
Foden pun mencetak gol untuk ‘Kill The Game’ pada menit ke-88. Skor 5-2 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan wasit.
“Saya teringat selebrasi gila saya setelah gol terakhir tersebut. Saya tidak percaya apa yang telah terjadi saat itu. Sebab, saya tahu tim ini punya keyakinan besar untuk menang,” katanya.
“Saya merasa bahwa selebrasi itu saya lakukan untuk seluruh orang, tak hanya untuk saya. Rasanya sangat luar biasa bisa mencetak gol di partai final dan membantu tim meraih apa yang kami layak dapatkan,” tambahnya.
Sumber: FIFA
Advertisement