Sukses


Museum Olah Raga: Representasi Penghargaan Sejarah Negeri Singa

Bola.com, Singapura - Singapore Sports Hub (Pusat Olah Raga Singapura) tidak hanya berisi venue pertandingan. Sebagai sebuah kesatuan, Sports Hub yang diresmikan pada 2014 itu juga memiliki fasiltas lain, seperti pusat perbelanjaan, pusat jajan, museum, perpustakaan, dan stasiun MRT. Semuanya terintegrasi dengan sempurna.

Berada di lingkungan olah raga, museum dan perpustakaan yang terdapat di Sports Hub juga bertemakan olah raga. Perpustakaan menyediakan lebih dari 60 ribu koleksi baik berupa buku, biografi, majalah, novel, hingga rekaman audio yang bisa dipinjam maupun dibaca dan didengarkan ditempat dengan gratis.

Buat Anda yang menggemari biografi atlet-atlet ternama dari semua cabang olah raga, bisa mengunjungi perpustakaan ini karena koleksinya sangat lengkap. Koleksi lawas maupun baru tersedia di sini.

Anda juga bisa memperoleh referensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan makalah atau tesis, karena koleksi buku-buku di perpustakaan ini sangat menunjang untuk hal itu.

Perpustakaan di Sports Hub terdiri dari dua lantai dan terbilang nyaman dengan dilengkapi peralatan audio visual. Di sebelah bangunan perpustakaan, terdapat Museum Olah Raga Singapura.

Museum Olah Raga Singapura tidak begitu luas. Namun, terlihat jelas bagaimana Singapura sangat menghargai dan bangga dengan sejarah olah raga bangsanya.

Sejumlah peristiwa yang jadi titik tolak kebangkitan olah raga Negeri Singa, seperti rekam jejak atlet yang saat ini sudah berstatus legenda, diruntuhkannya Stadion Nasional untuk dibangun lagi, hingga Olimpiade Remaja Musim Panas 2010, terekam dan diabadikan dengan baik untuk generasi masa mendatang.

Salah satu koleksi mempertegas status Fandi Ahmad sebagai atlet legendaris sekaligus pujaan warga Singapura. Kiprah penyala api kaldron di pembukaan SEA Games, Jumat (5/6) itu, dipaparkan dengan gamblang termasuk kala membela Niac Mitra dan Pelita Jaya.

Walau bicara soal masa lalu, konsep penyajian di Museum Olah Raga Singapura dikemas dalam kemasan modern sesuai karakteristik Singapura sebagai negara maju. Tidak hanya bersifat satu arah seperti mayoritas museum di Tanah Air, Museum Olah Raga Singapura memberi kesempatan kepada pengunjung untuk "berinteraksi" meski melalui kecanggihan teknologi.

Ingin bermain games atau mencari tahu lebih banyak soal koleksi tertentu? Tinggal klik panel berteknologi di koleksi bersangkutan.

Seorang petugas museum mengungkapkan koleksi berharga di museum ini termasuk medali-medali era awal Asian Games dan pin peserta Olimpiade Remaja Musim Panas 2010.

Bola.com menyambangi Museum Olah Raga Singapura dalam momen SEA Games 2015. Suasana museum tak terlalu ramai, tapi juga tak sepi sekali. Ketika itu ada segerombolan pelajar, sepasang kekasih, orangtua dan putranya, ibu dan putrinya, serta solo traveler. Mereka terlihat menikmati dan menyelami berbagai koleksi yang dipajang.

Selain mendirikan museum, keseriusan Singapura menghargai sejarah diwujudkan dengan menggratiskan tiket masuk ke museum bagi warga lokal. Harapannya tentu agar makin banyak yang mengunjungi museum, yang kerap mendapat stigma sebagai lokasi membosankan.

Sementara bagi warga asing seperti Bola.com, diwajibkan membayar 10 dolar singapura (Rp98 ribu). Sekadar mengingatkan, Indonesia juga memiliki museum olah raga. Lokasinya ada di Kompleks Taman Mini Indonesia Indah.

Hanya, sudah sepantasnya Museum Olah Raga Indonesia mendapat perhatian lebih lagi. Teringat pidato mendiang Presiden Soekarno: "Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya."

Bila dibandingkan dengan sejarah olah raga Singapura, Indonesia jelas memiliki sejarah yang lebih dahsyat. Bila Singapura bisa memiliki museum yang mengemas dan merepresentasikan sejarah olah raga mereka dengan apik, mengapa Indonesia tidak bisa seperti itu?

Baca Juga:

Menikmati Lengkapnya Perpustakaan Olah Raga Singapura

Kontingen Indonesia Kembali Dulang Medali Emas

Kemenangan Emosional Tim Perahu Naga SEA Games 2015 Singapura

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer