Sukses


Cover Story: Ganda Putri Indonesia Menantang Sejarah

Bola.com, Jakarta - Pebulutangkis ganda putri, Nitya Krishinda Maheswari berdiri sendirian di salah satu sisi lapangan bulutangkis Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta Timur. Raket tergenggam erat di tangannya.

Di seberang net, ada tiga pemain yang bersiap meladeni Nitya. Della Destiara Haris, Rizki Amelia Pradipta, dan Maretha Dea Giovani. Bakal ada permainan satu lawan tiga.

Sejurus Nitya menengok ke belakang.

“Kalau kena net bagaimana? Boleh?” Pertanyaan dilontarkan pebulutangkis putri Indonesia itu kepada sang pelatih, Eng Hian, yang sedang berbincang dengan Bola.com, Selasa (4/8/2015). Wajahnya tampak serius.

“Boleh,” jawab Eng Hian singkat.

Eng Hian melanjutkan obrolan dengan Bola.com, sedangkan Nitya yang mengenakan kaus berwarna oranye memulai latihan sesi kedua hari itu. Nitya lincah dan sigap menghadapi serangan beruntun dari tiga lawannya. Dia gesit mengejar shuttlecock ke berbagai sudut lapangan.

Di lapangan sebelah, pebulutangkis ganda putri pasangan Nitya, Greysia Polii, juga melahap porsi latihan serupa. Permainan satu lawan tiga. Tak berapa lama tubuh mereka bercucuran keringat setelah jatuh bangun menghalau serangan lawan.

Wajah mereka tampak lelah. Namun gurat semangat tergambar di sana. Nitya lalu mengganti kausnya, begitu juga Greysia. Beberapa kali mereka bergantian berbincang serius dengan sang pelatih.

Greysia Polii berdiskusi dengan Pelatih Eng Hian usai berlatih jelang Kejuaraan Dunia BWF 2015 di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Kamis (6/8/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Pasangan ganda putri andalan Indonesia tersebut posisinya hanya berjarak beberapa meter di depan awak Bola.com. Namun, hari itu mereka benar-benar tak terjangkau. Menjelang Kejuaraan Dunia BWF 2015, Greysia/Nitya diproteksi ketat.

Semua pemain ganda putri bebas diwawancarai media, kecuali mereka. Eng Hian punya alasan khusus. Dia tak ingin kedua anak asuhnya itu tertekan. Ada turnamen akbar yang menuntut konsentrasi level tertinggi. Wawancara media dan intervensi pihak luar jadi hal terakhir yang dibutuhkan Greysia/Nitya.

“Itu memang salah satu program saya. Saya mengurangi pressure untuk mereka di luar lapangan. Saya minta maaf ke rekan media. Saya cukup tahu kebutuhan dan kondisi pemain saya. Biar waktu yang mengajari mereka. Saat mereka berada di posisi teratas, mereka harus siap untuk interview dan diintervensi. Tapi untuk saat ini mereka belum siap,” beber pelatih yang biasa disapa Didi itu, menjelaskan alasan memproteksi ganda putri ranking kelima dunia itu.

Nitya Krishinda Maheswari dipasangi perban pada kakinya sebelum berlatih jelang Kejuaraan Dunia BWF 2015 di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Selasa (4/8/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Greysia dan Nitya mungkin butuh ketenangan. Setelah tampil menjanjikan di turnamen Indonesia Terbuka Super Series Premier 2015 dan Taiwan Terbuka Grand Prix Gold 2015, mereka memikul tanggung jawab besar di arena Kejuaraan Dunia, yang akan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, 10-16 Agustus 2015.

Eng Hian menuntut kedua anak asuhnya itu merebut medali, apa pun warnanya. Harapan lebih besar bahkan diapungkan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Rexy Mainaky. Dia ingin Greysia dan Nitya memberi kejutan: merebut medali emas!

“Setelah penantian yang begitu panjang, kali ini momen yang pas buat mereka (Greysia/Nitya) untuk jadi ganda putri pertama Indonesia yang jadi juara dunia. Persiapan mereka juga cukup baik, terakhir juara di Taiwan. Jika tidak sekarang, kapan lagi (juara)?” kata Rexy saat ditemui di Pelatnas Cipayung. 

Rekan mereka di pelatnas, ganda Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, juga berpendapat senada. Ganda putra terbaik Indonesia tersebut menilai kans Greysia/Nitya juga terbuka lebar. Gelar di Taiwan Terbuka bisa menjadi pendongkrak motivasi karena saat itu mereka membuktikan mampu melibas lawan-lawan tangguh. Mereka pun mengajak Gresya dan Nitya berbagi tanggung jawab. Mempersembahkan gelar juara untuk publik Indonesia.

“Semoga mereka bisa. Semoga tahun ini ganda putri bisa juara dunia,” ujar Ahsan dan Hendra, kompak.

Data Statistik Atlet Bulu Tangkis Ganda Putri Indonesia (Bola.com/samsul hadi)

Mengejar Sejarah Baru

Saat ini, bisa dibilang Greysia dan Nitya sedang menantang sejarah. Sejak kejuaraan dunia bergulir pada 1977, ganda putri menjadi satu-satunya nomor yang belum pernah mempersembahkan gelar juara untuk Indonesia.

Tunggal putra sudah enam kali juara, tunggal putri dua kali, ganda putra delapan kali, dan ganda campuran empat kali. Hanya empat negara yang pernah juara di sektor ganda putri. Tiongkok, Inggris, Korea Selatan, dan Jepang. Sebagai kekuatan tradisional bulutangkis dunia, fakta ini bagaikan noda yang perlu segera dibersihkan.

Prestasi terbaik ganda putri Indonesia adalah medali perak. Itu pun baru dua kali. Pasangan Imelda Wiguna/Verawaty Fajrin menjadi runner-up pada Kejuaraan Dunia di Jakarta 1980 dan pasangan Lili Tampi/Finarsih pada 1995.

Pada Kejuaraan Dunia 1980, nomor ganda putri lah yang menggagalkan kesempurnaan di kandang sendiri. Indonesia seharusnya bisa menyapu bersih gelar jika saat itu Imelda dan Verawaty tak kandas di final. Tapi sang nasib berkehendak lain. Setelah itu, prestasi terbaik ganda putri sebatas menjejak semifinal pada 1997 melalui pasangan Elizia Nathanael/Zelin Resiana.

Secercah harapan untuk mengakhiri 'kutukan' di nomor ganda putri muncul tahun ini. Performa Greysia sedang on fire. Grafik menanjak Greysia/Nitya diawali saat menjuarai Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Berstatus unggulan ketujuh, duet srikandi Indonesia ini membuat kejutan dengan menyegel medali emas setelah menundukkan ganda Jepang, Ayaka Takahashi/Misaki Matsumoto, dua gim langsung, 21-15, 21-9, di laga final.

Nitya Krishinda (kanan) dan Gresya Polii menyanyi Indonesia Raya ketika pengibaran bendera merah putih di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korsel, (27/9). (ANTARA FOTO/SAPTONO)

Greysia/Nitya kembali menyedot perhatian di ajang Indonesia Terbuka SSP 2015. Mereka memang gagal berpesta di podium tertinggi.

Bertarung melawan ganda Tiongkok, Tang Jinhua/Tian Qing, pasangan Greysia/Nitya takluk dengan skor cukup telak, 11-21 dan 10-21. Namun, ganda yang juga dikenal akrab di luar lapangan ini menjadi satu-satunya wakil Merah Putih yang menembus partai pamungkas, 7 Juni 2015 lalu.

Tapi, seorang juara sejati tahu caranya mengubah kegagalan menjadi pelecut semangat. Itulah yang dipertontonkan Greysia/Nitya.

Tepat 52 hari berselang, senyum Greysia/Nitya mengembang lebar di Taiwan Terbuka GPG 2015. Podium tertinggi dikuasai berkat kemenangan atas pasangan kembar Tiongkok, Luo Ying/Luo Yu, dengan skor 21-17 dan 21-17, di Stadion Taipei Arena. Sebuah modal ideal untuk menyambut kejuaraan dunia di kandang sendiri.

Eng Hian menyadari di relung hati terdalam Greysia/Nitya, cita-cita menjadi juara dunia pasti ada. Tapi, Eng Hian minta mereka juga berhitung matang. Mantan pebulutangkis yang pernah berpasangan dengan Flandy Limpele di nomor ganda putra itu mencoba realistis.

“Kalau ngomong juara semua pasti ingin. Tapi saya minta mereka melihat history dulu, sudah lama sekali ganda putri Indonesia tak dapat medali di kejuaraan dunia. Yang penting get the medal.  Saya tak menargetkan mereka juara, untuk mengurangi tekanan. Bicara yang realistis saja,” bebernya.

Greysia Polii beristirahat usai melakukan latihan keras jelang Kejuaraan Dunia BWF 2015 di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Kamis (6/8/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Eng Hian cermat menyusun program untuk kedua anak asuhnya. Mental Greysia dan Nitya dijaga hati-hati layaknya merawat keramik antik berharga miliaran rupiah. Mereka juga bekerja keras menganalisis calon lawan. Jangan sampai ada yang terlewat. Detail-detail kecil seringkali jadi pembeda antara sang juara dan pecundang.

“Kalau bisa melaju sampai ke perempat final, Greysia dan Nitya pasti ketemu lawan yang berat. Apalagi sekarang mereka masih di luar ranking empat besar. Pasti di perempat final kemungkinan bertemu pasangan berperingkat 1-4, yang kualitasnya terbaik,” ujar Eng Hian.

“Tugas tim pelatih menyiapkan mereka untuk siap ketemu siapa pun lawannya. Yang pasti kami harus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, menganalisis, mempersiapkan taktik dan strategi,” imbuh dia.

Mampu Bikin Kejutan?

Di Kejuaraan Dunia 2015, Greysia/Nitya yang menempati unggulan ketujuh mendapat bye di babak pertama. Perjuangan mereka baru dimulai pada babak kedua.

Menengok hasil drawing, mereka bakal berjumpa pemenang duel antara pasangan Malaysia, Yin Loo Lim/Meng Yean Lee dan ganda Singapura, Yu Yan Vanessa Neo/Shinta Mulia Sari. Bukan bermaksud meremehkan, tapi di atas kertas Greysia/Nitya berpeluang menang.

Nah, baru di babak ketiga kemungkinan Greysia/Nitya berjumpa unggulan ke-14 asal Jepang, Shizuka Matsuo/Mami Naito. Jalan semakin terjal setelah itu. Unggulan pertama asal Jepang, Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi, berpeluang jadi batu pengganjal bila Greysia/Nitya mampu melangkah hingga perempat final. Bukan tantangan mudah.

Step by step dulu saja. Jalani setiap step dengan penampilan maksimal,” pesan Eng Hian untuk anak didiknya.

Rexy Mainaky meniupkan optimisme meskipun perjuangan Greysia dan Nitya tak bakal mudah. “Peluang (juara) mereka memang below 50 persen, tidak seperti Ahsan/Hendra atau Tontowi/Liliyana yang peluangnya 50 persen. Kondisi seperti ini kadang malah menguntungkan. Mereka jadi kurang diperhatikan, tapi malah punya kans besar membuat kejutan,” kata Rexy dengan keyakinan tinggi.

Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari dengan penuh semangat mengikuti latihan bersama jelang Kejuaraan Dunia BWF 2015 di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Kamis (6/8/2015). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Nasihat legenda ganda putri bulutangkis Indonesia di era 1960-an, Retno Kustiyah, tampaknya juga perlu diresapi Greysia dan Nitya. Kepada Bola.com beberapa waktu lalu, pengoleksi medali emas Asian Games dan All England saat berpasangan dengan Minarni Sudaryanto itu membagi resep kesuksesannya.

“Seorang juara harus punya sikap ngotot, jangan mau kalah. Keinginan kuat jadi juara adalah kuncinya,” kata Retno.

“Ganda putri Indonesia sekarang sudah kompak. Tetapi mesti dibina terus biar tambah bagus. Yang penting bermain ganda itu harus klop. Permainannya juga hatinya," lanjutnya.

Sulit menebak apa isi benak Greysia/Nitya saat ini. Membaca raut wajah mereka mungkin membantu. Ada aroma optimisme di sana.

Menengok sedikit ke belakang, Greysia pernah mengungkapkan ambisinya di kejuaraan dunia. Hal itu terungkap dalam sebuah foto di akun Instagramnya @greyspolii. Tiga pekan lalu dia mengunggah fotonya dan Nitya saat berdiri di podium seusai menjuarai Taiwan Open. Medali emas terkalung di leher mereka. Caption panjang menyertai di bawahnya.

Pernyataan Greysia menumbuhkan bibit-bibit harapan. Tersirat ambisi mereka mencicipi status juara dunia. Menorehkan sejarah baru untuk Indonesia. Bukankah sejarah selalu menyediakan lembaran-lembaran kosong untuk ditulisi? Momennya juga sangat tepat. Tak ada yang lebih manis dbanding menorehkan tinta emas di depan publik sendiri. Ayo Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari, kalian pasti bisa!

 

Baca Juga: 

Visa Ditolak, Pebulutangkis Israel Gagal Turun di Kejuaraan Dunia

Kejuaraan Dunia: Chong Wei Sebut Tak Ada Favorit di Tunggal Putra

Kejuaraan Dunia 2015: Ahsan / Hendra Nilai Istora Tidak Angker

 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer