Bola.com, London - Pelari Jamaika, Usain Bolt, menunjukkan dominasinya di Kejuaraan Dunia Atletik 2015 di Beijing, Tiongkok, dengan menjuarai lari nomor bergengsi 100 meter dan 200 meter. Di nomor 100 meter Bolt membukukan waktu 9,79 detik. Sedangkan di nomor 200 meter, dia mencatatkan waktu 19,55 detik.
Dominasinya di dua nomor bergengsi itu membuat Bolt berhak menyandang gelar sebagai manusia tercepat di dunia. Mengapa dia bisa berlari sangat cepat? Apa rahasianya?
Advertisement
Sejak Olimpiade Beijing 2008, Bolt berhasil memenangi setiap lomba lari yang diikutinya di Kejuaraan Dunia maupun Olimpiade. Kecuali satu kali, saat fans Manchester United tersebut kena diskualifikasi karena salah start.
Ketika seseorang yang bukan atlet ingin berlari cepat, mereka biasanya menyetel supaya kaki bisa berlari secepat mungkin. Tak heran jika banyak orang beramsumsi Bolt juga melakukan hal serupa saat membukukan rekor-rekor gemilang, yaitu membuat kakinya bergerak lebih cepat dibanding orang lain. Tetapi ternyata bukan seperti itu.
“Sprinter elite tidak mengayun kaki mereka lebih cepat daripada para pelari rekreasi,” kata Dr. Sam Allen dari Loughborough University, seperti dilansir BBC, Sabtu (29/8/2015).
Perbedaannya adalah para sprinter papan atas melangkah lebih panjang dan lebih bertenaga. Penelitian menunjukkan pelari amatir sering mencatatkan 50 hingga 55 langkah untuk melahap jarak 100 meter. Adapun sprinter elite mencatatkan sekitar 45 langkah.
“Atlet elite menghasilkan begitu banyak tenaga, karena faktanya mereka secara alamiah punya lebih banyak serat otot. Oleh karena itu, atlet elite jauh lebih sedikit menghabiskan waktu di tanah sebagai hasil dorongan ke ke depan yang lebih cepat,” beber Allen.
Berdasar studi yang dilakukan peneliti yang berbasis di Amerika Serikat, Peter Weyand, ditemukan fakta unik. Saat mencapai kecepatan terbaik, kaki sprinter elite biasanya hanya melakukan kontak dengan tanah selama 0,008 detik. Adapun para pelari amatir sekitar 0,12 detik.
Sam Allen menambahkan para sprinter dunia menghabiskan 60 persen waktu berlarinya di udara (waktu kaki tak menjejak tanah), sedangkan pelari amatir sekitar 50 persen.
Namun di antara para sprinter papan atas, Bolt paling gemilang. Hal itu dipengaruhi tinggi tubuhnya. “Secara genetik tinggi badan Bolt 195 cm. Itu artinya dia tidak bisa berakselerasi di awal lari. Di awal lomba, Anda pasti ingin mengambil langkah-langkah pendek untuk berakselerasi, namun karena begitu tinggi, dia (Bolt) tak bisa melakukannya. Tapi ketika mencapai kecepatan tertinggi, dia punya keuntungan besar dibanding orang lain karena dia melangkah lebih sedikit,” ujar mantan sprinter asal Britania, Craig Pickering.
Bolt biasanya melahap 100 meter dalam 40 langkah. Itu tiga atau empat langkah lebih sedikit dibanding rival-rivalnya. “Langkah panjang adalah perbedaan terbesar antara sprinter bagus yang bisa berlari di bawah 10 detik (di nomor 100 meter) dan sprinter yang tak bisa melakukannya,” imbuh Pickering.
Latihan rutin dan terprogram bagus memang bisa membantu atlet berlari lebih kencang, namun menurut Sam Allen sprinter terbaik selalu diuntungkan oleh kemampuan alamiah mereka. Beruntungnya, Usain Bolt punya itu semua.
Baca Juga:
Minta Maaf, Juru Kamera Penabrak Bolt Berikan Hadiah Ini
MU Ikut Bahagia Usain Bolt Kembali Jadi Manusia Tercepat
MU Ikut Bahagia Usain Bolt Kembali Jadi Manusia Tercepat