Bola.com, Kudus - Grand final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015 memasuki tahap terakhir, Minggu (6/9/2015). Pagi ini seluruh peserta menjalani tes fisik sebagai bagian penilaian pelengkap. Hasil penilaian teknik dan tes fisik digabungkan untuk menentukan siapa saja atlet yang lolos ke fase karantina.
Tes fisik yang diterapkan untuk 62 grand finalis audisi berupa beep test. Test ini meliputi berlari terus menerus di antara dua garis yang berjarak 20 meter selama terdengar suara beep yang sudah direkam sebelumnya. Gunanya untuk mengukur Vo2Max, yaitu kapasitas maksimum tubuh seseorang menyalurkan dan menggunakan oksigen selama olahraga berintensitas tinggi. Fungsi Vo2Max guna menunjukkan kondisi kebugaran dan endurance (ketahanan) fisik atlet.
Advertisement
Setiap sesi beep test diikuti lima atlet. Mereka berdiri belakang garis pertama menghadap ke garis kedua, kemudian berlari sesuai aba-aba dari CD atau tape. Kecepatan pada start sangat lambat. Atlet terus berlari di antara kedua garis, berbalik arah bila terdengar suara beep yang sudah terekam. Sesudah sekitar satu menit, kecepatan suara beep akan bertambah, dan tenggang suara beep menjadi lebih cepat.
Beep test ini terdiri atas beberapa level. Level pertama terdiri atas tujuh kali mencapai garis, setelah itu akan terus bertambah di level-level selanjutnya. Atlet dinyatakan gugur jika tiga kali berturut-turut gagal menginjak garis sesuai aba-aba beep.
Saat sesi pertama, dari lima atlet putri U-15 yang menjalani tes, empat orang gugur di level kedelapan. Satu orang mampu bertahan hingga level sembilan, yaitu Sesa Rahmawati Putri Prieras asal Solo, Jawa Tengah.
“Untuk atlet seusai mereka, idealnya harus mencapai level 10. Kalau belum sampai ya harus digenjot lagi,” kata Pelatih Fisik PB Djarum, Tjia Hwie Gwan, saat ditemui Bola.com, di GOR Djarum Kudus.
Sang pelatih menyatakan pada fase seperti ini jarang ada pebulutangkis yang mampu mencapai level 10. Tahun lalu, rata-rata para peserta hanya bertahan hingga level 7-9. Biasanya butuh waktu tiga hingga enam bulan untuk membuat mereka bisa mencapai level ideal. Caranya dengan latihan fisik, berupa lari jarak jauh dan sprint.
“Asal anaknya mau sedikit maksa, bisalah mencapai standar ideal dalam tiga bulan. Tapi pola makan juga berpengaruh, terutama untuk recovery mereka,” imbuh sang pelatih.
Pelatih kepala PB Djarum, Fung Permadi, mengatakan hasil tes fisik menjadi bahan masukan untuk menentukan peserta yang berhak lolos karantina. Setelah karantina, nanti ada lagi eliminasi pamungkas untuk menentukan penerima beasiswa bulutangkis PB Djarum.
“Sebenernya ini cuma buat masukan. Kadar penilaiannya tidak sampai 10 persen (dari maksimal 100 persen) dari keseluruhan. Penilaian utama dari sesi kemarin. Kami semalam sudah rapat untuk menentukan siapa saja yang lolos. Tes fisik ini buat tambahan. Kalau fisiknya jelek sekali ya tidak bisa lolos,” kata Fung.
Baca Juga:
Beasiswa Djarum: Kisah Senar Raket Putus dan Nasihat Sang Idola
10 Anak Absen Grand Final Audisi Beasiswa Djarum, Ini Alasannya
Saat Dua Bocah Gorontalo Bermimpi Menembus Pelatnas