Bola.com, New York - Pelatih Serena Wiliams, Patrick Mouratoglou, mengatakan petenis putri nomor satu dunia tersebut menepi sementara waktu dari lapangan karena sedang memulihkan diri dari depresi dan cedera lutut. Depresi tersebut dipicu kegagalannya menjadi juara di ajang Grand Slam Amerika Serikat(AS Terbuka), September lalu.
Advertisement
Baca Juga
Langkah Serena kandas di babak semifinal AS Terbuka. Imbasnya, dia gagal mewujudkan ambisinya mencatat Calender Slam, alias menyapu bersih empat turnamen Grand Slam dalam semusim.
“Dia depresi. Reaksinya sangat kuat. Dia sangat, sangat terpengaruh. Saya rasa itu normal jika Anda adalah seorang Serena,” kata Mouratoglu, seperti dilansir Guardian, Rabu (4/11/2015).
“Dia selalu melakukan semuanya dengan sepenuh hati, 100 persen. Jadi, Anda bakal lebih kecewa jika apa yang diinginkan tak tercapai. Apalagi, dia punya level harapan yang lebih tinggi daripada siapa pun,” imbuh sang pelatih.
Di luar dugaan, Serena disingkirkan petenis Italia, Roberta Vinci, di babak semifinal AS Terbuka. Kekalahan itu sangat mengejutkan karena sejak awal Serena diprediksi bakal mulus merengkuh gelar, sekaligus menggenapi trofi Australia Terbuka, Wimbledon, dan Prancis Terbuka, yang diraihnya pada musim tersebut.
Menurut Mouratoglu, setelah kejadian tersebut mereka tidak berbicara selama dua pekan. Sang pelatih membiarkan Serena menenangkan diri.
“Dia tak ingin bicara saat depresi. Tapi itu lebih baik. Saya merepresentasikan tenis. Ketika Anda memulihkan diri dari sesuatu seperti itu, Anda harus bertemu dan melihat seseorang yang tidak merepresentasikan tenis,” kata dia.
“Anda harus mengubah pikiran Anda. Jika tidak, Anda malah harus memikirkannya. Saya tak memaksanya melakukan apa pun. Saya mengenalnya dan saya memahami dia butuh istirahat. Tak masalah.”
Pelatih asal Prancis itu juga menyatakan Serena dibekap cedera lutut, mirip dengan cedera yang membuat karier Rafael Nadal menukik tajam tahun ini.
“Sama seperti yang menimpa Rafa. Setelah bermain selama bertahun-tahun, tulang rawannya hilang. Bukan semuanya, tapi sebagaian besar. Jadi tulang-tulangnya saling berbenturan,” tukas Mouratoglou.
“Cederanya bisa bertambah buruk dan di usia seperti dirinya, hal itu bisa membahayakan kariernya. Saya bukan dokter. Tapi saya tahu, tanpa istirahat tak ada kans sembuh,” imbuh dia.