Bola.com, Solo - Sebanyak 195 atlet serta 50 ofisial National Paralympic Commitee (NPC) Indonesia tiba di Kota Solo, Kamis (12/12/2015) sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka baru saja bertarung dalam ajang ASEAN Para Games (APG) Singapura 2015, 3-9 Desember.
Tim Merah Putih harus puas di posisi kedua dengan torehan 81 emas, 74 perak, serta 63 perunggu di bawah sang jawara, Thailand.
Menggunakan pesawat carter Garuda Indonesia, rombongan atlet Para Games disambut keluarga yang sudah menanti di depan pintu kedatangan internasional Bandara Adi Soemarmo Solo. Staf Ahli Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga Kemenpora, Adiati Noerdin, ikut menyambut dengan pengalungan bunga. Tangis haru pecah ketika rombongan keluar dari ruang pemeriksaan barang.
Advertisement
Baca Juga
''Kami meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya pada masyarakat olahraga, bahwa kali ini hanya mampu berada di posisi kedua dalam perolehan medali. Namun kami bangga dengan perjuangan atlet di sana,'' kata Chef de Mission (CdM) NPC Indonesia, Faisal Abdullah.
Presiden NPC Indonesia, Senny Marbun menyebut hilangnya nomor andalan jadi biang kegagalan timnya di Singapura.
''Ada sekitar 16 nomor yang hilang terutama dari cabor atletik dan renang. Jika dikalkulasi ada potensi 20 emas yang harusnya didapat. Keberuntungan belum berpihak pada kita,'' kata Senny.
Sebenarnya, pencoretan banyak nomor di cabor tenis meja, serta tujuh di atletik sudah dikeluhkan sebelum terbang ke Negeri Singa. Penghapusan nomor tersebut diklaim pihak penyelenggara atas aturan dari Komite Paralimpiade Dunia atau International Paralympic Committee (IPC).
Selain penghapusan nomor, tim Merah Putih juga belum mendapat technical handbook APG Singapura hingga sepekan sebelum penyelenggaraan. Padahal, buku nomor lomba dan pertandingan sebagai acuan untuk memerinci siapa saja yang dijagokan menggenggam emas. Biasanya, buku tersebut sudah dipegang masing-masing kontingen maksimal 1,5 bulan sebelum penyelenggaraan.
''Ketentuan lain yang dijalankan juga merugikan tim seperti atlet tunagrahita diminta menunjukkan surat keterangan menderita kelainan itu sejak usia balita. Aturan itu tidak betul dan terkesan lucu yang dibuat-buat pihak panitia,'' ungkap Senny.