Sukses


KOLOM: Hiburan Bernama Pertandingan

Bola.com, Jakarta - Lebron James dilanggar dengan cukup keras, ia terjatuh namun cepat bangkit untuk bersiap mengeksekusi lemparan bebas bagi timnya, Cleveland Cavaliers. 

Malam itu Lebron datang ke Madison Square Garden (MSG) dan dijamu oleh tuan rumah New York Knicks di kompetisi NBA (National Basketball Association). Bintang NBA era terkini ini bersiap dengan santai, tanpa banyak "halangan" basa-basi, ia mampu melesakkan dua bola ke dalam keranjang sekaligus membalikkan keunggulan lawan menjadi milik timnya.

Demikian mudahnya? Bagi saya iya, karena praktis tak ada teror bagi Lebron saat coba mengeksekusi bola mati, pula saat ia dan kawan-kawannya balik membombardir pertahanan lawan lewat berbagai metode serangan.

 

Keunggulan tiga bola yang dimiliki Knicks sejak awal kuartal ketiga permainan, kini berbalik menjadi keunggulan 2,5 bola bagi sang tamu. Pada akhir pertandingan, Cavs (demikian Cleveland Cavaliers disebut) berhasil membawa pulang poin penuh dengan kemenangan 101-94.

Saya memahami NBA lewat media televisi selama ini, praktis saya mengikuti segala perkembangannya hanya saat sebuah televisi swasta nasional rutin menyiarkan pertandingan penting kompetisi basket ini secara langsung.

Sampai akhirnya saya duduk di deretan kelas 3 atau 4 kursi MSG, saya masih berpikir bahwa saya akan menyaksikan sebuah "pertandingan" layaknya apa yang pernah saya saksikan di arena olahraga lainnya.

Mulai bola tangan, Basket Liga Eropa, tinju sampai tentu saja sepak bola di tanah Eropa atau belahan dunia lainnya adalah arena pertandingan. Tempat para jagoan menentukan siapa yang terbaik, lalu para penontonnya adalah para pendukung yang datang atas nama olahraga tersebut sembari berteriak bahwa tim tuan rumah adalah identitas mereka.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

Di Eropa, sebuah pertandingan sepak bola kelas atas bisa mengubah kota jadi sepi dalam seketika. Aktivitas dihentikan sementara dan toko-toko tutup lebih cepat karena pendukung tim tamu akan melewati ruas jalan yang dipenuhi toko-toko atau perkantoran tersebut.

Aparat keamanan bersiap dengan kuda mereka yang besar-besar itu, tameng sampai senjata ringan pembubar massa demi antisipasi pecahnya kekacauan di jalan. Terutama sepak bola, olahraga adalah tempat pelepasan bagi banyak masyarakat dunia mulai Eropa sampai ke Asia Tenggara di Nusantara.

Olahraga bagi banyak bangsa apalagi jika ia sudah menjadi sangat populer seperti sepak bola, kemudian akan menjadi identitas bagi masing-masing entitas.

Di India perseteruan di lapangan kriket bisa berubah menjadi pertarungan politik, di Eropa partai keras sepak bola bisa membuat permusuhan yang berlarut-larut, di Afrika sepak bola bisa menjadi ladang pembantaian. Sementara di Karibia, sepak bola bisa membuat dua negara saling klaim tapal batas seterunya.

Olahraga permainan kemudian memang menjadi katup representatif berbagai kelompok. Sebuah klub sepak bola seperti St Pauli di Jerman bisa menjadi simbol perlawanan kelas. Juga FC United di Manchester yang tegas menyatakan bahwa mereka adalah simbol kemapanan industri olahraga.

Di Amerika Serikat pemahaman seperti itu seperti hilang luntur, tak ada aura permusuhan atau bahkan situasi sebuah pertandingan antara dua kekuatan terasa di penjuru MSG yang tentunya mayoritas adalah pendukung tuan rumah Knicks.

Para pendukung ini datang bukan dengan semangat mendukung identitas mereka yang sedang bertarung, mereka datang karena sedang ada hiburan bernama Bola Basket dengan pertandingan antara New York Knicks vs Cleveland Cavaliers sebagai materinya. Kebetulan saja Knicks adalah tuan rumah, jadi dukungan datang ke sana.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Bangsa Amerika adalah bangsa yang praktis baru, mereka lahir dan tercipta oleh arus imigrasi yang terjadi pesat sejak abad 18 sampai puncaknya di sekitar pertengahan abad 20. Kesadaran mereka jelas, bahwa sebuah bangsa butuh identitasnya sendiri. Mereka jauh lebih heterogen ketimbang negeri-negeri yang lahir akibat imigrasi lainnya di benua Amerika.

"Setelah kemenangan melawan Inggris 1-0 di Piala Dunia 1950, kami sadar bahwa itulah momentum untuk semakin membesarkan permainan ini. Lalu kami sadar, bahwa bangsa ini masih muda dan kami butuh identitas. Kami tak ingin tetap menjadi Bangsa Eropa jika masih saja memainkan sepak bola seperti mereka, maka kami ciptakanlah permainan milik kami sendiri,” ujar Henry Kissinger, seorang anak imigran Jerman yang pernah menjabat berbagai jabatan di pemerintahan negeri Paman Sam.

Demikian mereka menciptakan numerikal mereka sendiri, yang praktis memaksa para pendatang untuk menghafal lagi cara mereka mengukur lewat inch, yards, feet, dan seterusnya. Mereka kembangkan baseball, basketball sampai American Football yang praktis memang cuma dimainkan di negeri mereka. Dengan mudah mereka menyebut kompetisi NFL (National Football League) sebagai kejuaraan dunia, karena memang tak ada lagi bangsa yang memainkan permainan itu.

Lewat kampanye media dan berita-berita yang dibentuk sedemikian rupa, bangsa baru ini kemudian mempopulerkan permainan-permainan milik mereka itu. Permainan yang kemudian praktis menjadi identitas diri mereka dan memang hanya mereka atau yang pernah tinggal di sana saja yang mampu membicarakannya.

Pemerintah lewat media dan berbagai kampanye komunikasi lainnya praktis tidak membuat basket, American Football atau baseball sebagai sebuah aksi tanding perseteruan. Tapi, diarahkan menjadi sebuah hiburan tingkat tinggi yang dikemas secara meyakinkan.

Di MSG atau kemudian Yankees Stadium beberapa hari kemudian, saya kehilangan atmosfer atau aura perseteruan panas para pendukung. Teror penonton yang menakutkan, aksi provokatif pendukung yang bisa saja melempar pisang saat melihat pemain berkulit hitam sedang menguasai keadaan, atau gesture-gesture tak senonoh yang secara frontal ditujukan pada lawan.

Tempat-tempat pertandingan di New York, saya yakin demikian juga di negara bagian lain, saya lihat tak lebih dari sebuah lokasi hiburan papan atas yang dikemas dengan sentuhan populer dan menyenangkan. Tak ada penonton yang tidak tampak senang, bahkan saya yang sama sekali tidak paham apa itu basebal, terhibur, senang, terpuaskan dan tentu saja lupa bahwa baru saja merogoh sampai 485 dolar amerika untuk sebuah pertandingan olahraga yang sama sekali saya tidak pahami.

Andibachtiar Yusuf
Filmmaker & Traveller
@andibachtiar

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer