Bola.com, - Sebuah cita-cita bisa dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan upaya untuk mengejarnya atau mencoba mewujudkan, sehingga pada titik kulminasi tercapailah keinginan itu. Berbincang soal MotoGP Goes to Sentul juga senada. Kalau Indonesia (akhirnya) bisa benar-benar menggelar balapan ini, kok ya mongkok (Jawa = menggembung) dan bungah (Jawa = bahagia) hati ini. Apalagi kalau rider kita bisa turun sebagai wakil tuan rumah. Rasanya super lengkap!
Lewat Sedikit dari Mimpi
Advertisement
Tahun 1996, saat pemegang rekor lima kali juara dunia MotoGP, Mick Doohan, memenangi kelas 500cc di Sentul, saya masih bertugas di desk non-balap. Setahun kemudian, kantor menyiapkan kelahiran sebuah tabloid lagi. Kami melakukan brainstorming dan saya menyumbangkan satu nama rubrik--terdengar konyol akronimnya, tetapi mitra kerja yang seluruhnya pria, tertawa dan langsung setuju.
Bos besar melayangkan ide rubrikasi. Masih terngiang, "Jadi, ada yang namanya liputan utama. Tentang kejuaraannya sendiri, taruhlah MotoGP sekian kolom. Lalu tentang profil pembalapnya, seperti Mick Doohan, ada di kolom lain. Soal kakinya yang banyak banget dipasangi pen, taruh di boks. Cerita ringan, misalnya pacarnya pipis di rerumputan Sentul, juga masuk ke boks lainnya. Dia (menunjuk saya) biasanya suka membuat boks buat hal-hal menarik di luar artikel utama."
Bagi sebagian orang--termasuk mitra kerja saya --"contoh soal" pacar Doohan bukanlah peristiwa penting. Tetapi saya melihatnya sebagai cara pandang berbeda: bagaimana "memotret" Sentul dengan unik, menjadikannya "tempat bermain ", sekaligus kenyataan bahwa saat itu sekitar sirkuit masih kaya tetumbuhan, ijo royo-royo. Inilah "rumah kita" buat mengakomodasi balapan, mulai tingkat nasional, regional sampai kelas dunia.
Sayangnya, setelah Max Biaggi (kelas 250cc) serta Valentino Rossi (kelas 125cc) juara di Sentul pada 1997, MotoGP tidak mampir lagi ke Indonesia. Meski ada "gejala" sebuah balap roda dua kelas internasional bakal diadakan, yaitu saat saya mewawancarai rombongan FIM (Fédération Internationale de Motocyclisme) meninjau Sirkuit Sentul untuk akreditasi dan homologasi. Sayangnya, rencana balapan internasional ini tidak terealisasi.
Itu sebabnya, 20 tahun kemudian, saat sirkuit Sentul menjadi salah satu kandidat penyelenggaraan MotoGP 2017-2019, seorang kawan lama langsung mengirimi foto rider favorit kami, Valentino Rossi, dibubuhi tulisan "Akankah ia tampil di Sentul kita, Sob?" Saya juga punya mimpi sama, Sob. But, just like that? Kita mesti menelaah secara realistis.
Letter of Intent (LOI) antara Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dan Dorna Sports, S.L. (pemegang hak komersial untuk olahraga otomotif MotoGP) sudah dikantongi. Berikutnya, nota yang menyebutkan bahwa urusan administrasi dengan Dorna mesti diselesaikan sebelum akhir bulan ini.
Artinya, bila ada kejadian mangkir atau butir-butir persyaratan tidak dipenuhi, bakal ada sanksi. Sayangnya, sampai hari ini Keputusan Presiden (Keppres) soal MotoGP belum ditandatangani. Ada tiga hal beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum Presiden bersedia menandatangani Keppres.
Deadline hingga Museum
Sekumpulan surat perjanjian dan putusan tadi, melahirkan deadline yang mengerucut kepada kesiapan tuan rumah. Hal paling mendasar adalah menyiapkan kelayakan Sirkuit Sentul untuk kejuaraan kaliber MotoGP.
Sekali lagi, Mick Doohan, Max Biaggi, dan Valentino Rossi serta banyak rider MotoGP pernah beraksi di lintasannya. Tetapi harap dicatat, kejadiannya sudah puluhan tahun silam. Paling baru, dua tahun lalu Jorge Lorenzo mencicipi tarmac-nya sebelum final road race Asia Tenggara.
Sirkuit Sentul mesti direnovasi agar laik pakai untuk hajatan ini. Mr Hermann Tilke sudah diundang untuk mendesain ulang trek karyanya dahulu--yang ada sekarang merupakan versi "terpotong" dari desain awal. Ini sekaligus menjadi jawaban bila ada pertanyaaan: mengapa kita belum bisa menggelar F1 di Sentul. Padahal untuk balap formula lainnya, seperti A1 Grand Prix, Formula BMW Asia, Asian Formula Three Championship (AF3) serta Formula V6 Asia sudah pernah dilangsungkan.
Spesifikasi teknis Sentul International Circuit yang baru nantinya: panjang lintasan 4,4 kilometer, lebar 15 meter dan memiliki 14 tikungan. Mumpung segera dipugar, bisakah desainer dititipi pesan--lagi-lagi saya teringat "contoh soal" dari mantan boss saya--buat memasukkan kantong-kantong atau kawasan hijau yang ditanami jenis-jenis tanaman keras? Tujuannya sebagai penyaring gas buang dari kegiatan balap, sekaligus menjadi wahana rekreasi hijau.
Agar kental rasa kebersamaan memiliki sirkuit kita, para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) bisa diajak menanam dan merawat pepohonan ini, sebagai salah satu bentuk dari program CSR (Corporate Social Responsibility) mereka. Lantas, fasilitas pendukung sirkuit, seperti hospitality, klinik, press room sampai tribune penonton juga bisa didesain ulang dengan konsep hijau. Yaitu memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangan utama, baik secara langsung, atau diolah setelah ditangkap lebih dahulu lewat panel surya. Jadi bisa tampil mutakhir, hemat energi, dan efisien serta peduli lingkungan.
Satu lagi, bila dibuatkan sebuah museum balap Indonesia, akan lebih mantap lagi. Bagi pengunjung yang tercatat sebagai warga kita, bisa menjadi kebanggaan sekaligus motivasi untuk terjun ke dunia balap, sedang bagi warga asing dapat memberikan panduan sejarah tentang sport otomotif negeri kita.
Semisal rider kita yang wafat dalam latihan di kejuaraan roda dua di Republik Ceska, pembalap formula pertama kita yang berguru kepada Sir Stirling Moss, sampai rider dan driver berbagai cabang otomotif, mulai motocross, road race, rally, touring, drag race dan drag bike, karting serta balap formula.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Pendanaan dan Kompetisi
Bicara soal renovasi, otomatis menyinggung pendanaan atau segi finansial. Anggaran diperkirakan mencapai Rp 200 miliar. Apakah pengadaannya bisa berlangsung mulus sehingga tidak melewati tenggat waktu? Kurun dua tahun (awal 2016 - sampai menjelang akhir 2017) bukanlah waktu lama untuk pengerjaan proyek sebesar ini.
Kembali kepada anggaran, angka tadi hanya mencakup Sirkuit Sentul--meski disebutkan prasarana nantinya bakal sangat lengkap, termasuk hotel dan fasilitas terkini sebuah sirkuit.
Sekarang, coba kaitkan nilai relevansi ini: saat trek dan kompleks sirkuit direnovasi, seluruh aktivitas balap ditiadakan buat sementara. Apakah semua rangkaian balap reguler yang biasa dilangsungkan di sini juga harus ikut mandek sementara? Mestinya tidak, tetapi harus dicarikan sirkuit alternatif dan mau tidak mau akan muncul sebuah pembiayaan baru. Harapannya, akan ada antisipasi yang tetap berpihak kepada kebutuhan balap nasional di Sentul.
Sekarang sedikit berandai-andai: bila proses pemugaran sekaligus peremajaan Sirkuit Sentul berjalan tepat waktu, serta tidak ada event otomotif yang biasa dilangsungkan di sini terabaikan. Kita pun masih harus melalui tahapan selanjutnya, yaitu uji kelayakan lalu menunggu putusan final badan penyelenggara (Dorna). Apakah hanya ada nama Sentul di agenda mereka? Masih ada lainnya, seperti Kymi Ring Circuit di Finlandia.
Kalau sudah begini, semangat berkompetisi secara positif diperlukan. Siapapun tampil terbaik, pasti akan ditunjuk. Walau kita juga dapat mengungkap beberapa fakta bahwa ada untungnya bila Dorna memilih Sirkuit Sentul--yang sudah "disulap" jadi mutakhir tentunya. Seperti lokasi Indonesia, yang berdekatan dengan Malaysia (GP Sepang) dan Australia (GP Phillip Island), membuat beaya transportasi sirkus MotoGP (rider, mekanik, tim sampai tunggangan dan motorhome) tetap efisien atau tidak melambung tinggi.
Kondisi sirkuit Sentul yang khas tropis, bisa dijadikan challenge bagi ketahanan fisik para rider. Belum lagi suasana khas sebuah negara archipelago atau kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki begitu banyak destinasi wisata untuk dinikmati para pelaku MotoGP sampai para penontonnya.
Meski demikian, perlu dijelaskan pula: saking luasnya Indonesia, kita memiliki tiga zona waktu berbeda, dan terbang dari titik paling barat ke titik paling timur Nusantara perlu waktu tidak kurang dari sembilan jam.
Kalau pun tidak mau jauh-jauh dari Sentul, mereka bisa jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor yang tetap bertahan ijo royo-royo, menikmati taman rekreasi hijau Sirkuit Sentul (dari hasil desain ulang), sampai menjelajahi Taman Nasional Gunung Halimun dan Gede-Pangrango.
Bagi Indonesia sendiri, kembalinya MotoGP ke sirkuit Sentul sudah pasti membawa nilai positif. Ini sebuah promosi besar tentang negara dan bangsa kita. Tetapi sebelum itu, mari kita awasi bersama deadline awalnya: apakah deadline administrasi yang jatuh temponya akhir bulan ini bisa tepat waktu? Kalau tidak, ya kita mesti realistis. Menunggu saat yang lebih tepat bagi MotoGP Goes to Sentul.
Ukirsari Manggalani
*) Penulis adalah jurnalis freelance dan travel writer, mantan editor sport media otomotif di Indonesia, saat ini bermukim di London.
Advertisement