Bola.com, Jakarta - Menjelang turnamen Grand Slam Australia Terbuka 2016, dunia tenis dihantam rumor skandal pengaturan pertandingan (match fixing).
Berdasarkan data dari dokumen yang dibocorkan whistleblower kepada BBC dan BuzzFeed News, ada bukti yang mengindikasikan skandal match fixing terjadi di level atas, termasuk turnamen sekelas Grand Slam Wimbledon.
Advertisement
Baca Juga
Sebanyak 70 pemain diduga punya kaitan dengan sindikat judi di Rusia, Italia Utara, dan Sisilia untuk mengalah dalam pertandingan dengan imbalan hingga sebesar 35.000 poundsterling atau senilai Rp 699 juta. Salah satu yang dicurigai adalah seorang peraih titel grand slam yang masih aktif bermain.
Namun, nama bintang tenis dunia yang dilaporkan terkait dengan skandal match fixing tersebut tak dipublikasikan karena kurang bukti.
Dunia tenis sudah tak asing dengan skandal pengaturan pertandingan. Beberapa pemain pernah mendapat hukuman berat karena terlibat dalam kasus tersebut. Siapa saja mereka?
1. Daniele Bracciali (Italia)
Bracciali diduga sengaja mengatur pertandingan melawan petenis AS, Scoville Jenkins, dalam turnamen di Newport, Rhode Island, AS, pada 2007. Penyidik pengadilan Cremona, Italia, kemudian menemukan bukti rekaman percakapan Skype antara Bracciali dan seorang akuntan yang kemudian ditangkap pada 2011.
Pada Agustus 2015 Federasi Tenis Italia memberikan hukuman larangan bertanding seumur hidup kepada Bracciali plus denda sebesar 40 ribu euro.
2. Potito Starace (Italia)
Starace dicurigai menjual laga final turnamen di Casablanca, Maroko, pada 2011. Pada laga tersebut, Starace kalah 1-6, 2-6 dari Pablo Andujar (Spanyol). Penyidik mengetahui kasus tersebut dari seorang pemilik rumah taruhan di Italia yang mendengar Starace setuju mengalah di final.
Starace akhirnya dihukum seumur hidup oleh Federasi Tenis Italia pada Agustus 2015 plus denda sebesar 20.000 euro (Rp 300 juta). Pemilik rumah taruhan yang membocorkan informasi juga ditangkap.
3. Daniel Koellerer (Austria)
Koellerer merupakan petenis berperingkat tertinggi yang pernah dihukum terkait kasus pengaturan pertandingan. Petenis Austria yang pernah duduk di ranking 55 dunia itu terbukti bersalah melanggar tiga peraturan anti-korupsi Federasi Tenis Dunia dalam rentang Oktober 2009-Juli 2010.
Dia dihukum larangan tampil seumur hidup dan denda 100.000 dolar AS (Rp 1,3 miliar) pada 2011. Koellerer sempat mengajukan banding tapi ditolak oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
4. David Savic (Serbia)
Savic terbukti bersalah melanggar tiga aturan anti-korupsi Federasi Tenis Dunia, termasuk mengajak pemain lain untuk mengatur hasil pertandingan, dalam sebuah turnamen pada Oktober 2010.
Dia dihukum larangan bertanding seumur hidup pada September 2012 dan denda sebesar 100.000 dolar AS (Rp 1,3 miliar). Bandingnya ditolak, tapi hukuman dendanya dicabut.
5. Andrey Kumantsov (Rusia)
Kumantsov dilarang tampil seumur hidup oleh Federasi Tenis Dunia pada Juni 2014 karena melanggar aturan tekait betting (taruhan) dan match fixing. Pelanggaran itu dilakukan Kumantsov selama tiga tahun pada 2010-2013.