Bola.com, Solo - Ajang seleksi bibit-bibit atlet bulutangkis kembali digelar PB Djarum Kudus. Berlangsung di GOR Sritex Arena Solo, Minggu (10/4/2016), calon pebulutangkis masa depan Indonesia beradu kemampuan untuk memperebutkan super tiket guna mendapatkan Beasiswa Bulutangkis Djarum 2016.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya para atlet yang tertantang mendapat ''super tiket'' demi mendapatkan kesempatan menimba ilmu di PB Djarum. Namun, tantangan besar juga dirasakan para pelatih yang ditugasi mencari bakat-bakat apik dari para peserta audisi, salah satunya Maria Kristin. Mantan tunggal putri andalan Indonesia itu mengaku selalu merasa tertantang mendapatkan pemain berkualitas, kemudian memoles kemampuannya di PB Djarum, hingga bisa tampil apik dan bermental juara.
''Selain kemampuan, mental para atlet juga harus dibentuk. Kadang ada yang lupa tujuan mereka ketika lolos audisi dan akhirnya saat di karantina semangat mereka menurun. Padahal mental-mental semacam itu yang harus dihilangkan sejak kecil. Bakat bukan satu-satunya faktor untuk memuluskan langkah atlet ke jenjang lebih tinggi,'' ungkap pebulutangkis bernama lengkap Maria Kristin Yulianti tersebut.
Peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 di nomor tunggal putri itu menjelaskan sistem penjaringan atlet dengan cara audisi umum dianggap lebih efektif. Apalagi efek dari sistem audisi sudah benar-benar dirasakannya. Pelatih kelahiran Tuban 25 Juni 1985 itu menyebut stok atlet potensial tak henti-hentinya mengalir.
''Saat saya masih kecil, kesempatan untuk melangkah ke jenjang lebih tinggi sangat berat karena akses ke sana sangat terbatas. Dengan sistem audisi seperti ini semua atlet bisa kapan saja bersaing menunjukkan kualitas. Dengan berlangsung di banyak kota membuat atlet potensial mudah terlacak,'' ujar perempuan berusia 35 tahun tersebut.
Hal senada diungkapkan mantan juara dunia ganda putra 1995, Hastomo Arbi. Pelatih kelahiran Kudus 5 Agustus 1958 itu menyebut banyak atlet yang menonjol dalam setiap penyelenggaraan audisi umum. Meski demikian, jenjang mereka menuju kesuksesan masih sangat panjang. Oleh karena itu, Arbi berpesan agar mereka selanjutnya ditempa sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya.
''Mereka masih muda dan punya jenjang waktu yang bertahap untuk berlatih. Jangan terlalu diforsir. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting dan harus diseimbangkan antara olahraga dengan pendidikan. Ya kalau besok mereka jadi atlet, kalau tidak kan repot jika pendidikan tak dipedulikan,'' tutur Arbi yang juga menjadi salah satu tim pencari bakat dalam Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis Djarum 2016 tersebut.