Bola.com, Los Angeles - Momen yang paling menakutkan fans Los Angeles (LA) Lakers ada di depan mata. Hal itu akan terjadi saat bintang pujaan mereka, Kobe Bryant, bakal melakoni laga pamungkas, sebelum mengucapkan salam perpisahan, mundur sebagai pebasket di NBA.
Laga bersejarah sebagai penanda akhir karier Bryant akan tersaji di Staples Center, Los Angeles, AS, Rabu (13/4/2016) atau Kamis (14/4/2016) pagi WIB. Ia akan berjibaku bersama rekan-rekannya untuk menundukkan tim tamu, Utah Jazz.
Advertisement
Baca Juga
Pertandingan tersebut dipastikan menyedot perhatian dunia. Mereka, terutama para saksi hidup saat Bryant menjalani debut berkostum LA Lakers, tak percaya periode karier sang bintang sudah memasuki fase akhir.
Pada 23 November 1996, sosok Bryant tampil tak terlalu menonjol saat menjalani debut di NBA. Kala itu Lakers bersua Minnesota Timberwolves. Bryant hanya bermain 6 menit, dan menyelesaikan pengalaman perdananya dengan nir-poin, 1 rebound, tanpa assist, 1 blok, 1 kesalahan, 1 pelanggaran dan hanya sekali melakukan tembakan.
Dua hari berselang, saat Lakers bersua New York Knicks, barulah nama Bryant masuk ke daftar pencetak angka. Ia melakoni laga kedua dalam 3 menit dengan satu angka. Kondisi tersebut membuat setiap orang tak menyangka, dua dekade berikutnya, sosok berpostur 198 cm ini muncul menjadi penembak jitu ke jaring tim lawan.
Tercatat, sebelum laga kontra Utah Jazz, ia sudah mengoleksi total 33.583 poin. Koleksi tersebut berada di atas sosok legendaris lainnya, Michael Jordan (32.292 poin) dan Wilt Chamberlain (31.419 poin). Bryant hanya kalah dari Kareem Abdul-Jabar (38.387 poin) dan eks forward Utah Jazz, Karl Malone (36.928 poin).
Potensi menjadi 'goal getter' sudah terlihat saat Bryant bergabung kali pertama ke Lakers, usai didapat dari Charlotte Hornets. Pada laga pramusim, saat usianya baru 17 tahun, ia langsung mengoleksi 27 poin kala bersua Detroit Pistons. Pelatih Pistons saat itu, Alvin Gentry sudah menebak, sang pemilik nomor 32 pada musim pertama Lakers itu, akan menjadi megabintang.
"Saya tak pernah melihat pemain dengan kualitas tinggi seperti Bryant. Dia tampil luar biasa, dan sangat ajaib karena usianya baru 17 tahun. Dia akan menjadi sosok legendaris," sebut Gentry. Kini, prediksi pria yang kini berstatus pelatih New Orleans Pelicans tersebut, menjadi kenyataan.
Secara statistik, raihan Kobe Bryant tergolong tinggi. Pada kompetisi reguler, ia sudah bermain 1.345 partai, dengan 1.197 di antaranya berstatus starter. Rata-rata menit bermain ada di angka 36,1 dan rata-rata poin per gim mencapai 25. Belum lagi catatan rebound 5,2 per gim, lalu 4,7 assist per gim, blok (0,5 per gim) dan turnover sebanyak 3 kali per partai.
Pada fase play-off NBA, Bryant sudah bermain dalam 220 laga, dengan 200 berstatus starter, rata-rata menit bermain 39,3 dan rata-rata poin ada di angka 25,6. Statistik lain saat tampil di play-off, pemain kelahiran Philadelphia ini mengoleksi 5,1 rebound per gim, lalu 4,7 assist per gim, steal (1,4 per gim), blok (0,7 per gim) dan turnover (2,9 per gim).
Deretan angka-angka tersebut berjalan lurus dengan rangkaian prestasi gemilang, termasuk lima cincin juara NBA. Bryant pensiun sebagai pencetak angka terbanyak ketiga sepanjang sejarah NBA. Bryant pernah mencetak 81 poin dalam satu laga.
Faktor kesetiaan menjadi satu di antara titik terpenting dalam karier Bryant di NBA. Ia tercatat sebagai satu-satunya pemain yang membela satu tim selama 20 tahun. Pada laga terakhir hari ini, pemain berusia 37 tahun itu bertekad memberikan kado perpisahan manis bagi fans.
"Bisa menutup karier di kandang sangat berarti bagi ku. Saya lahir dan tumbuh besar sebagai penggemar berat Lakers. Sebuah pencapaian mimpi yang menjadi kenyataan bisa bermain untuk tim favorit selama 20 tahun. Tak ada tempat yang paling sempurna buat menutup karier selain di Los Angeles," kata Bryant.
Legitimasi The Black Mamba
Hari ini, Bryant kembali akan mencetak sejarah. Ia bakal menutup karier di dunia basket dengan elegan. Tak heran, laga terakhir sang megabintang menyedot atensi penggemar NBA di seluruh dunia.
Tiket pertandingan sudah ludes terjual. Fans hanya bisa mencari tiket lewat resale market. Itu pun dengan harga selangit. Mereka yang tak mendapatkan kursi akan memberikan dukungan dengan berkumpul di pusat kota.
Wajar jika seisi Los Angeles mencintai Bryant. Dia tipikal pekerja keras, petarung, dan selalu memberikan prestasi demi Los Angeles. Saat beraksi di lapangan, Bryant selalu terlihat mencolok, percaya diri, cerdas, agresif, ambisius, berani, dan menghibur. Tak heran jika publik memberikan julukan istimewa, The Black Mamba.
Bryant pernah mengalami masa kelam. Pada 2003, dia didakwa melakukan pelecehan seksual terhadap seorang karyawan hotel di Colorado. Ia meminta maaf kepada publik. Akan tetapi, dia ditinggalkan sponsor dan penjualan jerseynya menurun. Apa yang terjadi setelah itu? Kabar tersebut lenyap dan Kobe bertahan di Lakers.
Ujian kesetiaan tak pernah berhenti. Pada musim panas 2007, Kobe meminta manajemen untuk menjualnya atau menukar dengan pemain lain. Ia melakukan itu karena marah disalahkan atas kepergian O'Neal. Selain itu, kualitas para roster Lakers menjadi berkurang. Kata-kata terkenalnya adalah dia lebih memilih bermain di Pluto ketimbang Lakers. Apa yang terjadi setelah itu? Pluto kehilangan status sebagai planet dan Lakers mendatangkan Pau Gasol. Kobe? Dia bertahan di Lakers.
Antara 2008 dan 2010, Bryant bermain untuk Lakers di bawah asuhan pelatih bertangan dingin, Phil Jackson. Alumni SMA Lower Merion ini memimpin Lakers tiga kali masuk final NBA dan meraih dua gelar juara. Apa yang terjadi setelah itu? Jackson pergi dan Kobe bertahan di Lakers.
Performa Bryant mulai menurun setelah mengalami sobek tendon Achilles pada 2013 dalam usia 34 tahun. Akibat cedera itu, dia hanya bermain dalam 41 gim selama dua musim. Apa yang terjadi setelah itu? Lakers memperpanjang kontrak Bryant dan dia tetap bertahan.
Bryant pernah mengungkapkan pencapaian terbesar dalam kariernya bukan meraih lima cincin juara NBA. Ia justru merujuk pada kemampuan untuk bangkit dari cedera yang memaksanya mengakhiri musim lebih cepat pada 2013-2014.
Namun, Bryant akhirnya menyerah kepada usia. Merasa sudah tak lagi kompetitif, pada 29 November 2015 dia mengumumkan pensiun pada akhir musim ini lewat kata-kata indah dalam surat terbuka di situs Players Tribune. Kobe akhirnya meninggalkan Lakers.
"Saya tumbuh sebagai pebasket di hadapan publik Los Angeles sejak berusia 17 tahun. Beberapa wajah yang saya lihat di tribun pada laga pertama bersama Lakers masih ada di sana. Anak kecil yang dulu menonton di sini, sekarang hadir membawa anak mereka. Hal itu sangat spesial," ujar Bryant.
Akhir Manis
Laga terakhir Bryant bersama Lakers dirayakan sebagai Mamba Day. Sebagai penghormatan untuk pemain yang masuk sebagai pilihan ke-13 ronde 1 saat draft NBA tahun 1996. Ia memastikan bakal memakai sepatu khusus bercorak tanggal bersejarah dalam kariernya..
Pelatih Lakers, Byron Scott, menginginkan cerita indah. Dia memprediksi Bryant akan bermain selama 37 menit dan seluruh rekan setimnya bakal memberikan bola kepadanya. Ia terbukti masih bisa diandalkan. Sepanjang April, dia dua kali mencetak lebih dari 30 angka.
"Sangat sulit bisa tetap hebat selama 19 atau 20 tahun. Saya respek kepadanya karena mampu menjaga level permainan di level tertinggi selama itu. Dia mengalami cedera serius, tapi mampu bangkit dan jadi lebih kuat," kata bintang Miami Heat dan rekan setim Bryant di tim nasional AS, Dwyane Wade.
Bryant tak bisa menutup karier sebagai juara layaknya ikon NBA lain seperti Peyton Manning, David Robinson, atau Bill Russell. Bahkan, Bryant bisa dibilang menutup karier di titik terendah. Skuat Lakers tahun ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah dengan catatan 16 menang dan 65 kalah.
Namun, Bryant tetap berusaha menikmati momen-momen terakhirnya di lapangan. Pada beberapa laga terakhir, pemain lawan berbaris untuk bersalaman dan memeluk serta bergantian menjaga Bryant. Pada musim terakhirnya, ia hanya ingin bermain.
"Saya ingin bermain melawan Utah yang tampil serius. Karena bagiku, itulah arti kompetisi. Saya ingin laga terakhir saya kompetitif dan keras. Itulah basket yang sebenarnya," ujar Bryant.
Byron Scott lantas mengungkapkan momen impian yang diharapkan seluruh fans terjadi pada laga terakhir Bryant.
"LA Lakers menang dengan Kobe Bryant memasukkan bola pada detik terakhir saat kedudukan imbang lewat fadeaway jumper yang menjadi ciri khasnya. Itu akan menjadi akhir kisah yang sangat indah seperti dalam dongeng," kata Scott.
Akankah fantasi itu menjadi kenyataan?