Sukses


Cerita 2 Pemain Berjilbab di Tim Proliga Gresik Petrokimia

Bola.com, Yogyakarta - Saat bertanding menghadapi Jakarta Elektrik PLN, di laga final four Proliga 2016 di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Jumat (7/5/2016), tim putri Gresik Petrokimia menurunkan dua pemain yang mengenakan jilbab, Shinta Ainni Fathurrahmi dan Helda Gustiara Amanda.

Kaus seragam yang dikenakan keduanya tak berbeda dengan milik rekan-rekannya, sama-sama berlengan pendek. Shinta mengenakan kaus berwarna hijau yang sama dengan anggota tim lainnya, sedangkan Helda mengenakan kaus kuning karena posisinya adalah libero. Yang membedakan, keduanya mengenakan manset yang menutupi tangan hingga pergelangan, celana pendek disambung manset, plus jilbab berwarna hitam polos.

Tampil dengan pakaian tertutup tak mengurangi kelincahan Shinta dan Helda di lapangan. Hal itu diakui keduanya saat berbincang dengan bola.com seusai pertandingan.

“Tidak ada bedanya kok, mengenakan jilbab atau tidak saat bermain di lapangan. Rasanya biasa saja,” kata Shinta.

Namun, ada cerita menarik yang diungkapkan Shinta mengenai seragam yang dikenakan oleh dirinya dan Helda. Meskipun tampak sama, ternyata seragam keduanya dibuat terpisah dari tim. Mereka harus membuat sendiri seragam yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Beruntung Shinta dan Helda memiliki saudara yang usahanya bergerak di bidang konveksi. Berkat bantuan mereka, pembuatan seragam khusus tersebut tak terkendala apapun dan bisa diterima oleh tim. “Yang penting bahannya sama, warnanya juga. Paling tambahannya manset dan jilbab,” kata Helda.

Shinta menambahkan untuk jilbab dipilih yang berbahan katun dan bisa melar, supaya bisa menyerap keringat dan fleksibel saat dipakai. Syarat lainnya, warna jilbab yang dipakai saat bertanding harus seragam. “Jadi saya dan Helda warna jilbabnya harus sama. Warna apapun boleh, asal sama,” kata Shinta.

Awalnya Tak Mudah

Shinta mengungkapkan baru musim ini dia memutuskan mengenakan jilbab di kompetisi Proliga. Keputusan tersebut langsung disampaikan ketika Gresik Petrokimia mengajaknya bergabung masuk tim pada awal tahun ini. Ternyata, pihak klub tak keberatan. Begitu juga dengan Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB PBVSI). Shinta pun akhirnya mantap untuk mengenakan jilbab saat bertanding.

“Dulu sebenarnya sudah pakai jilbab kalau untuk sehari-hari di luar lapangan. Tapi saat main jilbab dibuka. Awalnya ragu-ragu, karena belum tahu aturannya boleh atau enggak. Saya juga sempat ragu, takut sulit dapat job kalau pakai jilbab. Tapi pada satu titik saya memutuskan musim ini tak boleh seperti itu terus. Makanya saya bilang ke Gresik Petrokimia kalau ingin pakai jilbab dan PBVSI juga tak masalah soal itu,” beber atlet kelahiran 21 September 1992 tersebut.

Shinta mengakui awalnya tak mudah tampil berbeda dengan rekan-rekannya. Apalagi sebelum itu tak pernah ada pemain yang tampil berjilbab di ajang Proliga. Ada juga beberapa komentar yang kurang mengenakan tentang penampilan barunya, khususnya melalui media sosial. Namun, seiring berjalannya waktu kini tak ada lagi komentar negatif yang muncul. Shinta dan Helda malah merasa semakin banyak rekan-rekan yang memberikan dukungan.

“Kalau saya mantap pakai jilbab saat bermain karena terinspirasi Kak Shinta. Melihat Kak Shinta sudah pakai saya juga mantap berjilbab. Sekarang komentar-komentar yang tak mengenakkan sudah tak ada lagi. Malah teman-teman mendukung,” kata Helda yang berdomisili di Bandung tersebut.

Kondisi tersebut membuat mereka tetap optimistis menatap masa depan di voli. Seperti para pemain lain, Shinta dan Helda punya impian bisa memperkuat tim nasional Indonesia. Mereka yakin keputusan mengenakan jilbab tak akan memengaruhi jalan menuju tangga kesuksesan.

“Prestasi itu kan datang dari seberapa besar usaha dan tekad kita. Lagipula pemain berjilbab di tingkat internasional kan juga ada, misalnya para pemain timnas Iran. Jadi kami akan terus berusaha agar bisa membela timnas, itu kan impian semua pemain,” ujar Shinta.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer