Bola.com, Jakarta - Ihsan Maulana Mustofa ingin segera melupakan memori buruk final Piala Thomas 2016. Terpilih turun pada laga penentuan, tunggal putra masa depan Indonesia itu tak kuasa menanggung beban berat yang dipikul.
Ihsan takluk dari Hans-Kristian Vittinghus dua gim langsung 15-21, 7-21 dalam waktu 40 menit. Kekalahan pemain berusia 20 tahun itu memastikan gelar direbut Denmark.
Advertisement
Baca Juga
Denmark mengukir sejarah dengan menjadi tim Eropa pertama dan negara kelima setelah Indonesia, China, Malaysia, dan Jepang yang menjuarai kejuaraan bulutangkis beregu putra paling bergengsi di dunia itu.
Sebaliknya, Indonesia harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa kembali merebut Piala Thomas yang terakhir diraih 14 tahun silam tepatnya pada 2002 di Guangzhou, China, dengan mengalahkan Malaysia 3-2.
Kenangan pahit di Negeri Tirai Bambu rupanya masih menghantui Ihsan. Bahkan, perasaan tak enak tersebut masih tersisa dalam benak pemain ranking 31 BWF itu meski sudah kembali ke Tanah Air.
"Sampai sekarang saya masih merasa bersalah. Saya menyesal karena ini momen terbaik Indonesia untuk merebut kembali Piala Thomas. Tapi mau bagaimana lagi. Rezekinya baru sampai final. Insya Allah 2018 Indonesia bisa juara," kata Ihsan setibanya di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Senin (23/5/2016).
Ihsan sebenarnya sudah berpengalaman turun di partai penentuan turnamen beregu. Dia dipercaya turun pada laga pamungkas SEA Games 2015 menghadapi Thailand dan mampu meraih kemenangan sekaligus memastikan emas menjadi milik Indonesia.
Namun, tampil di ajang sebesar Piala Thomas baru sekali dicicipi Ihsan. Dia pun mengaku tegang saat masuk ke dalam lapangan.
"Situasi final Piala Thomas jauh berbeda ketimbang SEA Games. Tegangnya luar biasa. Apalagi lawan di Piala Thomas jauh lebih baik dari segi teknik, fisik, dan mental. Saya kalah segalanya sehingga tak bisa keluar dari tekanan. Fisik saya sebenarnya bagus. Hanya, kalau mental sudah jatuh semua jadi serba sulit," ujar Ihsan.
Kini Ihsan bertekad bangkit. Dia tak mau terlalu larut dalam kesedihan. Hasil kurang baik di Piala Thomas dijadikan Ihsan pelajaran untuk menjadi pemain yang lebih baik.
"Dipercaya turun sebagai penentu pada turnamen sebesar Piala Thomas merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga. Semoga saya bisa memetik hikmah dari pengalaman pahit itu buat ke depannya," tutur Ihsan.
Ihsan siap menebus kegagalan di Piala Thomas pada turnamen berikutnya. Sebelum berlatih kembali, dia akan beristirahat terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi psikologis.
"Saya dapat libur sehari. Waktu rehat itu akan saya manfaatkan untuk mengembalikan keyakinan. Intinya saya ingin move on dari apa yang terjadi pada final Piala Thomas. Setelah itu, saya bertekad meraih hasil terbaik pada Indonesia Open," kata Ihsan Maulana Mustofa.