Bola.com, Jakarta - Cedera adalah hantu buat atlet di cabang olah raga apapun. Prestasi seorang atlet yang tengah gemilang mendadak bisa redup, bahkan tamat, jika cedera datang tiba-tiba.
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut dialami oleh beberapa pebulutangkis Indonesia yang tergabung dalam pelatnas PBSI. Meski bukan merupakan cabang olah raga yang membuat atlet harus melakukan kontak fisik, tetap saja cedera bisa dialami oleh pebulutangkis.
Saat menderita cedera, para pebulutangkis ini memang tak langsung dicoret dari pelatnas. PBSI selalu berusaha melakukan usaha untuk membuat atlet bisa pulih.
Namun jika cedera tersebut tak kunjung sembuh, prestasi sang atlet bisa menjadi mandek. Biasanya hal ini yang akhirnya membuat pebulutangkis keluar dari pelatnas. Bisa mengundurkan diri atau terpaksa dicoret.
Siapa saja pebulutangkis pelatnas PBSI yang menderita cedera berkepanjangan dan akhirnya keluar dari pelatnas? Berikut tiga diantaranya:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
2
1. Bellaetrix Manuputty
Bellaetrix Manuputty menderita cedera lutut kala memperkuat tim Indonesia di ajang Piala Sudirman, Mei 2015. Kala itu Bella cedera saat menghadapi pemain China, Li Xuerui.
Pemain berusia 27 tahun itu didiagnosa menderita cedera ligamen otot Anterior Cruciate Ligamen yang sobek. Ia masih sempat berada di pelatnas dan menjalani program pemulihan selama beberapa bulan. Bella kemudian terhitung tak lagi berada di pelatnas sejak Maret 2016.
Peraih medali emas nomor tunggal putri SEA Games 2013 ini lalu menjalani operasi di RSPAD Gatot Subroto, Senin (13/6/2016). Selain ACL yang putus, Bella juga menderita kerusakan meniscus (bantalan) sendi lutut. Diperkirakan ia harus menjalani pemulihan selama sembilan bulan setelah operasi.
Advertisement
3
2. Adriyanti Firdasari
Adriyanti Firdasari menghuni pelatnas PBSI selama 11 tahun. Firda, sapaan akrabnya, pernah menjadi andalan buat Indonesia di nomor tunggal putri.
Namun cedera lutut yang dialami Firda membuat penampilannya kerap tak bisa maksimal. Selama bermain, prestasi tertinggi Firda adalah menjadi juara SEA Games 2005, Indonesian Masters 2014, Belanda Terbuka 2006, dan Selandia Baru Terbuka 2005.
Pertandingan terakhir Firda dilakoni di Indonesian Masters 2015. Kala itu ia kalah dari pemain China, Chen Yufei. Firda tak sampai selesai menjalani laga karena ia mundur akibat cedera pada kedudukan 12-21, 4-9.
Akibat cedera itu, Firda memutuskan untuk gantung raket dan beralih profesi menjadi pelatih. Ia pensiun dalam usia baru mencapai 29 tahun, setelah 20 tahun menjalani profesi sebagai pebulutangkis.
4
3. Sony Dwi Kuncoro
Sony Dwi Kuncoro sempat diharapkan untuk menjadi penerus kejayaan bulutangkis Indonesia di nomor tunggal putra setelah era Taufik Hidayat. Saat Taufik meraih medali emas di Olimpiade Athena 2004, Sony meraih medali perunggu.
Namun kenyataan berjalan lain. Sony menderita cedera punggung yang kerap kambuh. Akibatnya prestasi pebulutangkis asal Surabaya itu kerap tak stabil.
Sony kemudian terdegradasi dari pelatnas pada 2014. Namun Sony tak putus asa dan memutuskan untuk meneruskan karir sebagai pemain non pelatnas. Ia didampingi sang istri, Gading Safitri, sebagai pelatih merangkap manajer.
Pemain berusia 31 tahun itu bangkit dan memetik hasil manis ketika menjuarai turnamen Singapura Terbuka Super Series, April 2016, meski harus merangkak dari babak kualifikasi. Gelar ini adalah yang pertama buat Sony setelah ia menang di turnamen yang sama enam tahun lalu.
7 Pebulutangkis Terkaya Sepanjang Masa by Slidely Slideshow
Advertisement