Sukses


Showtime: Jangan Pernah Ragukan King James

Bola.com, Oakland - Dua tahun lalu, LeBron James memutuskan pulang ke Ohio, menuju Cleveland Cavaliers. Tim tersebut pernah dibelanya sejak 2003 hingga 2010, namun tak ada gelar juara yang dipersembahkannya untuk publik Cleveland.

Saat kembali pada 2014--seusai bertualang bersama Miami Heat dan berujung dua gelar juara NBA--small forward berjuluk King James tersebut telah menjelma lebih dewasa, lebih bijak, dan menjadi pemain yang lebih baik. James berani mengucap janji sensasional.

"Saya akan membawa Cavs juara NBA untuk kali pertama sepanjang sejarah klub!" ujar James. Pada Minggu (20/6/2016) waktu setempat, janji itu berhasil ditepati King James.

Hebatnya, Cavs menjuarai NBA dengan mendaki jalan terjal. Boleh saja orang ngotot menyebut basket adalah permainan tim. Namun, King James lah yang menjadi sosok kunci di balik keberhasilan Cavaliers mengakhiri puasa gelar juara kota Cleveland di berbagai event olahraga dalam 52 tahun terakhir. 

Itu adalah pencapaian yang sangat penting untuk seorang pemain yang menghabiskan masa kecilnya di Akron, Ohio, hanya 30 mil dari pusat kota Cleveland. James benar-benar menyadari kemenangan tersebut bakal sangat berarti untuk kota dan juga penduduknya yang sudah lama mendambakan kesuksesan semacam ini. 

Yang jelas, kepergiannya ke Miami Heat pada 2010 punya andil besar dalam kesuksesan King James kali ini. Setelah tujuh tahun selalu gagal memberikan gelar juara untuk Cavs, dia butuh perubahan dan pembelajaran. Semua itu didapatkannya di Heat. James belajar cara memimpin, dan dia juga belajar dari Dwyane Wade, Erik Spoelstra, Pat Riley serta Micky Arison. Dia mencontoh hal-hal terbaik dari mereka, menambahkan ke permainannya dan membuat dirinya menjadi pemain yang lebih baik. 

James tak pernah mencicipi bangku perguruan tinggi. Namun, seperti seorang mahasiswa muda, dia pergi selama empat tahun dan kembali ke rumah dengan mengusung harapan ingin membuat kotanya menjadi lebih baik. 

"Saya tahu apa yang saya pelajari selama empat tahun. Saya juga tahu apa yang harus dilakukan. Saat kembali saya punya cetak biru untuk membantu klub ini menuju ke tempat yang belum pernah kami jejaki," kata James.   

“Saya kembali (ke Cleveland) karena suatu alasan, yaitu memberikan gelar juara untuk kota Cleveland, bagian timur laut Ohio, dan seluruh Ohio, serta seluruh fans Cavaliers di dunia. Saya tak sabar naik pesawat, memeluk trofi itu, dan melihat fans kami di terminal bandara. Terus menjadi inspirasi bagi kota adalah segala-galanya bagi kami," imbuh King James dengan emosional seusai Gim 7, seperti dilansir Yahoo Sport

 LeBron James dan rekan-rekannya merayakan gelar juara NBA usai menaklukan Golden State Warriors di Oracle Arena, AS, Senin (20/6/2016) WIB. Cavaliers menang 4-3 atas Warriors. (Reuters/Gary A. Vasquez-USA TODAY Sports)

Sebenarnya, seberapa berat tantangan yang harus ditaklukkan James dan Cavaliers hingga bisa merebut mahkota juara NBA? 

Yang jelas, lawan yang dihadapi Cavs adalah Warriors, yang merupakan best shooting team of all time di NBA. Musim ini, mereka dengan mudah mengelabui lawan, menembakkan bola, dan meraup kemenangan. Warriors juga berhasil mematahkan rekor Chicago Bulls era Michael Jordan sebagai tim dengan kemenangan terbanyak dalam semusim.

Warrios juga memecahkan rekor mereka sendiri dalam urusan tembakan tiga angka. Bagi Warriors, kemenangan datang dengan begitu gampang. Lawan dengan mudah dikalahkan, meski kadang tanpa sokongan sang bintang, Stephen Curry. Warriors tampak mustahil dipatahkan. Namun, King James sukses mematahkan mereka. Pada gim 7 yang jadi penentuan di Oracle Arena, Cavaliers berhasil menaklukkan Warriors dengan skor 93-89.   

Jadi Pembeda 

Hebatnya, Cleveland menyegel gelar juara pada Gim 7 di kandang lawan. Kali terakhir tim yang mampu melakukan aksi heroik itu adalah Washington Bullets, yang menang di kandang Seattle Supersonics pada 1978. Setelah itu tak ada lagi tim yang mampu mengulanginya. Sulit dibantah, James ada di balik misi hampir mustahil tersebut.

LeBron James jadi pembeda pada laga ini. King James mencetak 27 poin, 11 rebound, 11 assist, 3 blok, dan 2 steal untuk merebut gelar MVP Final. Total sepanjang tujuh laga final, James rata-rata mencetak 29,7 poin, 11,3 rebound, 8,9 assist, 2,6 steal, dan 2,3 blok.
James mengungguli semua pemain di final dalam kategori torehan poin, assist, rebound, block, dan steal. Dia menjadi pemain pertama yang memimpin seri final dalam lima kategori sekaligus. Kobe Bryant dan Michael Jordan pun belum pernah melakukan hal tersebut.

Setelah dikritik karena dianggap kurang menginspirasi rekan setimnya dalam empat gim awal final dan tertinggal 1-3, James langsung mengubah penampilannya. Hasilnya:  41 point, 16 rebound, 7assist, 3 steal  dan 3 blocks pada Gim 5; 41 point, 11 assist, 8 rebound, 4 steal, dan 3 block pada Gim 6; dan 27 point, 11 rebound, 11 assist, 3 block, dan 2 steal pada Game 7. James menjadi pemain ketiga dalam sejarah NBA yang mampu membukukan triple-double pada Game 7, setelah James Worthy pada 1988 dan Jerry West pada 1969.

King James (Bola.com/Adreanus Titus)

Kredit istimewanya, dia melakukan hal hebat tersebut melawan Warriors, tim yang bisa dibilang punya rekor terhebat dalam sejarah NBA. Stephen Curry boleh saja menyabet gelar Most Valuable Player (MVP) dengan suara mutlak pada musim ini. Tapi, untuk gelar MVP final, tak ada yang lebih layak merengkuhnya dibanding King James.

James adalah salah satu pebasket terbaik NBA sepanjang masa. Dia juga merupakan pemain terbaik NBA yang dominan dalam satu dekade terakhir.Tujuh partai final pada musim ini menunjukkan dia masih menjadi yang terbaik. James bagaikan kereta cepat, pemain paling tak terbendung dalam laga final. Tak ada tanda-tanda performanya menurun meskipun sudah 13 tahun berkiprah di ajang NBA.  

Tengok saja rekor LeBron James. Pria yang lahir pada 30 Desember 1984 tersebut tampil di final dalam enam musim beruntun, empat kali bersama Miami Heat dan dua kali dengan Cavs. Tiga di antaranya berujung trofi juara. Hebatnya, dia menjadi pemain terpenting dalam sejarah dua klub tersebut. Dia lolos ke final secara beruntun, lebih sering dibanding pemain mana pun.

Seri final NBA tahun ini menjadi hal paling impresif yang pernah dilakukan James. Pria berusia 31 tahun tersebut bisa saja kalah, toh fans juga bakal maklum. Meladeni Golden State Warriors yang sangat brilian, butuh kerja keras, keajaiban, dan mungkin juga keberuntungan. Namun, alih-alih menyerah, James memilih menantang kemustahilan dan berhasil.

"Ketika Anda melihatnya di lapangan, Anda akan melihat seorang pemain basket berbakat. Caranya mengontrol pertandingan dan mengambil alih permainan sungguh luar biasa. Tapi, hal terbesar dari LeBron serta alasan dia berhak mendapatkan semua ini adalah karena dia memiliki hati yang besar. Dia selalu memberi. Dia memberi kepada semua orang. Dan ini bukan hanya tentang basket. Semua ini tentang dia sebagai seorang manusia dan sesuatu yang hebat terjadi pada seseorang yang hebat pula," kata Tyronn Lue, pelatih Cavaliers, mengenai King James. 

Momen kemenangan Cavaliers pada Minggu malam tentu saja tak akan serta merta mengakhiri berbagai kritikan maupun keraguan kepada James. Sejumlah orang hanya menghargai kesempurnaan, dan James bukan pemain sempurna. Lompatannya agak rapuh dan kadang sangat buruk. Dia juga sering kalah dalam pertandingan. Ya, dia hanya seorang pemain basket yang brilian, bukan Tuhan yang sempurna. Tapi satu yang perlu diingat: jangan pernah meragukan James. Dia akan menjawab keraguan bukan dengan kata-kata, tapi bukti nyata di lapangan. 

Sumber: dari berbagai sumber. 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer