Bola.com, Jakarta - Muda, berbakat, energik, dan gokil. Empat kata tersebut rasanya pas untuk merangkum tiga pemain yang digadang-gadang bakal menjadi bintang bulutangkis masa depan Indonesia, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Anthony Sinisuka Ginting.
Advertisement
Baca Juga
Ketiga pemain yang sama-sama menghuni Pelatnas Cipayung sejak 2013 tersebut kini sedang naik daun. Hanya dalam tempo tiga tahun, kiprah mereka sudah diperhitungkan dalam pentas bulutangkis dunia. Ketiganya telah menembus ranking 25 besar dunia! Ihsan peringkat ke-20, Jonatan ranking ke-21, dan Ginting peringkat ke-23.
Pada usia yang masih sangat muda (Ihsan 20 tahun, Ginting 19 tahun, dan Jonatan 18 tahun), mereka juga telah menjadi tulang punggung Indonesia di pentas dunia. Bersama Tommy Sugiarto yang memilih berkarier di luar pelatnas, trio pemain muda tersebut masuk tim Piala Thomas Indonesia. Hasilnya tak terlalu mengecewakan. Pada perhelatan Piala Thomas 2016, bulan lalu, Indonesia menyabet medali perak. Ihsan Maulana Mustofa dkk. gagal menyabet medali emas seusai kalah 2-3 dari Denmark di final.
Saat di lapangan, trio pemain muda tersebut tak pernah main-main. Semua lawan dihadapi dengan semangat baja. Tak heran, pemain sekelas Lin Dan pun pernah takluk dari Jonatan Christie di ajang Indonesia Open 2016. Begitu juga Chen Long yang pernah takluk di tangan Anthony Ginting di Australia Terbuka 2016. Sesi latihan juga dijalani dengan serius. Meskipun hanya latihan, mereka tetap bermain ngotot dan tak mau menyerah dari sang lawan.
Tetapi, kesan serius langsung lenyap saat ketiganya sudah menepi dari lapangan. Jonatan, Ihsan, dan Ginting kembali menjelma menjadi remaja kebanyakan, suka bercanda, saling meledek, dan gokil! Mereka juga bukan hanya solid di lapangan, tapi juga bersahabat kompak di luar lapangan.
Momen Pertama
Lalu, apa suka duka persahabatan mereka hingga jadi seperti sekarang ini? Yang jelas panggilan masuk pelatnas pada 2013 bukan momen pertama kali mereka saling bertemu.
“Saya pertama kali ketemu Jojo (panggilan Jonatan) waktu masih anak-anak. Beberapa kali ketemu saat pertandingan. Dulu Jojo masih gendut, kalau sekarang berotot. Kalau sama Ginting ketemunya di Sirnas (Sirkuit Nasional). Kami sama-sama kecil, tapi saya lebih culun,” beber Ihsan panjang lebar saat diminta menceritakan momen awal pertemuan dengan Jonatan dan Ihsan, dalam sesi wawancara dengan Bola.com, Jumat (17/6/2016).
Ingatan Jojo juga tak kalah tajam. Pemain asal klub Tangkas, Jakarta, tersebut mengaku pertama kali berjumpa Ihsan dalam sebuah turnamen antarkota di Jakarta Timur, tapi lupa tanggal pastinya. Sedangkan perjumpaan pertama dengan Ginting terjadi pada Olimpiade Olaharaga Siswa Nasional (O2SN).
“Dulu sih belum kenal mereka, hanya sebatas tahu. Saya juga tidak kepikiran kami bisa seperti sekarang ini. Kalau yang saya ingat, Ginting lebih kurus daripada sekarang. Dia berkumis sejak kecil, awet tua,” ujar Jojo sembari tertawa lepas. Ginting hanya tersenyum-senyum menanggapi ledekan Jojo. Maklum, dari ketiganya Ginting memang terlihat paling pendiam dan kalem.
Momen Seru di Luar Negeri
Kenangan tampil di luar negeri pada awal-awal karier profesional mereka juga tak kalah seru. Mulai dari tugas memasak sendiri, naik mobil pikap saat menuju tempat pertandingan, hingga insiden kena WO akibat ketiduran!
“Kami pernah ikut turnamen Maldives (Maladewa) pada 2013 (Maldives International Badminton Challenge 2013). Saat itu kami bawa bahan makanan sendiri. Soalnya makanan di Maldives agak susah, takut tidak cocok untuk kami. Jadi di sana kami memasak. Mau main masak dulu, terus mau tidur juga masak dulu. Kan dulu masih main di turnamen level challenge, jadi tidak ada koki yang menyertai kami,” beber Ginting.
Ternyata, memasak makanan sendiri bukan momen terseru bagi ketiga pemain. Maldives benar-benar memberikan kenangan yang manis-manis pahit bagi Jonatan, Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa. Hal yang paling melekat dalam memori Jojo adalah pengalaman naik mobil pikap sejak dari bandara hingga venue pertandingan!
Insiden lucu tersebut juga terjadi saat mereka mengikuti turnamen di Maladewa pada 2013. Ceritanya, para pemain muda Indonesia baru tiba di Maladewa pada pukul 22.00 waktu setempat. Ternyata, saat keluar dari bandara, mereka harus melanjutkan perjalanan menggunakan feri, karena kontur Maladewa adalah pulau-pulau. Setelah itu, masih harus menyambung perjalanan dengan jalur darat. Namun, saat turun dari feri ternyata tak ada mobil jemputan untuk mereka. Setelah mencari-cari, akhirnya mereka menemukan juga kendaraan, sebuah pikap! Alhasil, mereka harus duduk di bak belakang pikap tersebut hingga hotel.
Peristiwa itu terulang setelah pertandingan pertama. Ada lima atau enam orang yang langsung kalah di babak pertama. Akhirnya mereka memutuskan bersantai sejenak mencari pantai yang bagus. Tapi, mereka kembali kesulitan menemukan kendaraan. Lagi-lagi mobil pikap jadi solusinya. “Ya sudah kami duduk di belakang, seperti kambing. Hahaha,” ujar Jonatan.
Lain lagi cerita dari Ihsan. Kali ini tentang pengalaman berlaga di Eropa, tepatnya di Ukraina. Ihsan mengaku kurang apa yang harus dibawa saat bertanding di Eropa. Dia khawatir tak bisa mencuci baju di sana. Solusinya, dia membawa banyak baju hingga dua koper besar! Padahal rekan-rekannya rata-rata hanya membawa satu koper besar dan satu koper kecil. Buntutnya, Ihsan kelebihan muatan di pesawat.
“Saya kena denda Rp 1 juta gara-gara kelebihan bawaan. Tapi itu masih mending, daripada saat itu Jojo kalah WO gara-gara ketiduran,” kata Ihsan meledek Jojo.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Saling Mengalahkan
Sebagai pemain seangkatan, ketiganya memang sering mengikuti turnamen yang sama. Kondisi ini ada keuntungan, namun kadang kala memicu dilema. Apalagi jika mereka harus harus saling jegal, seperti kala Jonatan bertemu Ihsan pada babak kualifikasi All England 2016. Pertandingan itu akhirnya dimenangi Jojo.
Ihsan mengaku situasi seperti itu sebenarnya membuatnya sedih. Sudah berlatih keras dan harus terbang jauh, malah saling jegal dengan teman sendiri. Padahal sebagai pemain tentunya tak ada yang ingin kalah. Tapi, saat ini mereka sudah mulai terbiasa dengan situasi tersebut.
“Memang rasanya sayang sekali kalau bertemu teman sendiri, tapi mau gimana lagi. Sekarang lebih mengerti. Kalau yang menang dia, berarti memang rezekinya dia. Nanti giliran siapa lagi yang menang, yang berarti risikonya orang itu,” timpal Jojo.
Ketiganya juga tak pelit membagi informasi soal lawan. Misalnya saat Anthony berjumpa Chen Long, dia akan sharing dengan Jojo yang pernah bertanding melawan tunggal China tersebut. Demikian juga sebaliknya. Masing-masing saling memberi dukungan supaya hasil yang diraih bisa maksimal.
Cerita Fans
Lalu bagaimana soal fans? Sebagai pemain muda yang tengah naik daun dan berparas menarik, trio pebulutangkis Indonesia itu memiliki banyak penggemar fanatik. Pengikut mereka di berbagai media sosial seperti Twitter dan Instagram mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu. Tentu ada-ada saja polah tingkah fans dalam mengekspresikan kecintaan terhadap sang idola. Hal itu diakui Ginting, Jonatan, dan Ihsan.
"Kadang ada yang datang ke rumah. Walaupun saya sedang tidur, ya ditungguin sampai bangun. Biasanya minta foto atau tanda tangan. Kalau kata keluarga di rumah, ya harus ditanggapi dengan baik. Membahagiakan orang lain kan juga dapat pahala," beber Ihsan mengenai fansnya.
Sementara itu, menurut Ginting ada fans yang nekat datang ke Pelatnas Cipayung. Namun tentu saja, mereka tidak bisa bertemu sang idola karena terbentur peraturan. Biasanya baru bisa bertatap muka di sebuah turnamen, seperti saat di Indonesia Open 2016.
Lain lagi dengan cerita Jonatan Christie. Dia menjadi salah satu pemain yang paling diincar fans, bahkan di China. Bahkan, Jojo pernah menjadi trending topic di Weibo, media sosial yang ada di Negeri Tirai Bambu.
"Ada yang datang jauh-jauh dari luar pulau hanya untuk minta foto doang atau nonton kami. Kasihan juga, apalagi mereka keluar duit sendiri. Ada yang minta baju yang habis dipakai main dan semacam itu. Kalau di China tidak tahu kenapa, tapi seperti berasa pulang kampung," kata Jojo sambil tertawa lepas.
Advertisement