Bola.com, Beijing - Lin Dan kerap dianggap sebagai pebulutangkis terbaik sepanjang masa. Julukan Super Dan melekat pada dirinya. Semua gelar bergengsi di ajang bulutangkis sudah pernah dimenanginya. Namun, Lin Dan belum puas.
Sang bintang asal China tersebut masih punya satu keinginan besar. Dia ingin mewujudkan ambisi mengukir hattrick juara saat tampil pada ajang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Misi yang berat tapi tak mustahil diraih.
Advertisement
Baca Juga
Modal Lin Dan sangat mentereng. Seperti dilansir situs Olympic.org, dia menjadi satu-satunya pebulutangkis tunggal putra yang mampu mempertahankan medali emas di ajang Olimpiade serta lima kali menyabet gelar juara dunia antara 2006 dan 2013. Lin Dan juga satu-satunya pemain dalam sejarah bulutangkis yang mampu memenangi Super Grand Slam, dengan memenangi sembilan titel utama: Olimpiade, World Championships, World Cup, Piala Thomas, Sudirman Cup, Super Series Masters Finals, All England, Asian Games, dan Kejuaraan Asia.
Dia memenangi semua itu dengan menyuguhkan salah satu rivalitas terketat melawan bintang bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei. Keduanya juga bertemu saat Lin Dan merebut medali emas kedua di ajang Olimpiade pada 2012 di London, Inggris. Itu adalah pertemuan ke-14 kedua pemain di final turnamen utama. Final-final tersebut menciptakan memori indah yang akan dikenang fans bulutangkis di seluruh dunia.
Lin Dan sudah mengantongi dua gelar juara dunia dan berbagai turnamen bergengsi lainnya ketika tampil di ajang Olimpiade Beijing 2008. Itu adalah olimpiade yang kedua baginya. Tampil di depan publik sendiri, Super Dan mendapat dukungan penuh dan melaju mulus menuju babak final.
Dia nyaris tak ada lawan, kecuali Lee Chong Wei. Namun, bintang Malaysia itu pun tak kuasa mengadang jalan Lin Dan dan kalah dua gim langsung 12-21, 8-21, di partai final. Super Dan menyudahi pertandingan itu dengan sebuah smes keras. Usai meraih poin penentu kemenangan, Lin Dan langsung menjatuhkan diri ke lantai dan kemudian berlari menuju penonton untuk memeluk fansnya.
Kemenangan itu terasa lebih spesial berkat fakta Lin Dan merupakan pemain pertama yang menjadi unggulan nomor satu dan akhirnya memenangi medali emas olimpiade nomor tunggal putra.
Saling Memuji
Momen bersejarah di Olimpiade itu semakin terasa lengkap setelah Lin Dan kembali merebut gelar juara dunia pada 2009 dan 2011.
Ketika Lin Dan bertemu rival abadinya, Lee Chong Wei, pada final Olimpiade London 2012, pertandingan berjalan ketat. Lee, yang menempati unggulan pertama mampu memenangi gim pertama dengan skor 21-15. Namun, Lin Dan mampu memenangi gim kedua 21-10. Laga pun harus dilanjutkan dengan gim ketiga. Pertarungan pada gim penentuan sangat ketat, hingga tercipta skor 19-19.
Lin Dan kemudian menciptakan match point dengan sebuah drop shot. Pada posisi kritis itu Chong Wei malah melakukan kesalahan sendiri sehingga medali emas kembali ke pelukan Lin Dan.
“Hanya ada satu Lin Dan di dunia. Kami terus membangun pertemanan yang baik selama bertahun-tahun,” kata Lee Chong Wei mengomentari karier fantastis Lin Dan.
Pujian itu dibalas Lin Dan dengan sanjungan balik. “Lee adalah rival yang brilian. Saya mensyukuri kesempatan yang kami miliki untuk bertanding satu sama lain. Siapa yang menyangka kami akan saling jegal dalam tempo empat tahun itu? Tapi dalam satu hal, kami menjadi sahabat baik,” ujar Lin Dan.
Lin Dan kembali menundukkan Lee Chong Wei untuk merebut gelar juara dunia kelima di depan publiknya sendiri, yaitu di Guangzhou, China, pada 2013. Namun, pertarungan itu berakhir prematur saat Lee mundur pada gim terakhir. Pada tahun berikutnya, Lin Dan menjuarai Asian Games untuk kali keempat di Incheon, Korea. Kemudian, pada November 2015, bintang China tersebut mendapat kehormatan untuk hadir dalam event uji coba Olimpiade di Rio de Janeiro.
“Persaingan (meraih tempat untuk Olimpiade) di China sangat ganas. Saya akan sepenuhnya fokus ke Olimpiade. Saya mencintai bulutangkis dan mewakili China adalah kehormatan bagi saya,” kata Lee.
Ya, persaingan merebut tiket Olimpiade pada edisi ini memang lebih berat. Masing-masing negara maksimal hanya boleh mengirimkan dua pemain di tiap nomor. Di China, aturan ini menjadi tantangan berat. Negeri Tirai Bambu memiliki banyak pemain hebat.
Pada April 2016, Lin Dan berhasil mengalahkan kompatriotnya sekaligus pemain nomor satu dunia saat itu, Chen Long, di final China Masters. Itu kali keenam Lin Dan memenangi turnamen berlabel Grand Prix Gold tersebut. Kemenangan tersebut membantunya merebut ranking ketiga dunia yang dipublikasikan pada 5 Mei 2016. Itu adalah batas terakhir penentu jatah tiket ke Olimpiade.
Ranking tersebut sudah cukup menggaransi Lin Dan merebut satu tiket ke Olimpiade Rio de Janeiro. Kans mengukir hattrick juara pun terbentang di depannya. Mampukah Lin Dan mewujudkan ambisinya di Rio de Janeiro?