Sukses


Kolom: Kenangan Spa-Francorchamps dan Kiprah Rio

Bola.com, Jakarta - Ricardo Zonta (BAR-Honda) tengah melaju, diapit dua driver sekaligus: Michael Schumacher (Scuderia Ferrari) dan Mika Hakkinen (McLaren-Mercedes) yang akan melakukan overlap dan tengah bersaing meraih puncak klasemen driver Formula One (F1) 2000. Peristiwa ini terjadi dalam race day, Fosters GP Belgia di Sirkuit Spa-Francorchamps, enam belas tahun lalu.

Sirkuit Pujaan 

Dalam sejarah saya meliput sebagai jurnalis motorsport, momentum ini tergolong paling seru. Terjadi di sebuah sirkuit klasik benua Eropa, jauh di jantung kawasan perbukitan, dengan tikungan-tikungan alam yang dahsyat. Disebutkan beberapa pengamat: trek Circuit de Spa-Francorchamps mampu membuat jet-jet darat melayang, sehingga driver harus mengeksekusi dengan cerdik.

Inilah salah satu sirkuit yang paling menantang di dunia. Dipuja-puja para driver, sekaligus menjadi lokasi tontonan menawan bagi fans mereka. Lebih lengkap lagi, di masa saya bertugas, bunyi mesin-mesin F1 masih meraung-raung dan menggelegar, berbeda dengan sekarang.

Ayrton Senna yang meraih gelar juara dunianya pertama kali pada 1988 mengungkapkan perlu usaha ekstra untuk menaklukkan Alain Prost di Spa-Francorchamps 1988, di tanggal yang sama dengan penyelenggaraan tahun ini.

Berbanding terbalik dengan karakter sirkuit, nama titik-titik di lintasannya terasa romantis saat dilafalkan dalam bahasa Prancis: Eau Rouge, Raidillon, Blanchimont, La Source. Juga kota-kota kecil sekitarnya: Spa, Francorchamps, Malmedy dan Stavelot, serta lokasinya sendiri: The Ardennes. Sebuah nama yang melekat dalam mini series terkenal: Band of Brothers, karena di sinilah pasukan para Tentara Sekutu menghimpun kekuatan dalam Battle of the Bulge melawan kekuatan Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua (PD II).

Bagaimana dahulu saya mencapai sirkuit ini? Backpacking lintas Eropa. Berkereta dari Amsterdam, Belanda, menuju Brussel di Belgia, dilanjutkan kereta lebih kecil melintasi Leuven dan Liege, lalu pindah lagi naik kereta mini mirip trem tujuan Verviers, Malmedy dan Stavelot. Dilanjutkan berjalan kaki, memanggul ransel yang sebagian besar kompartemennya dipakai untuk menyimpan kamera non DSLR, lensa, laptop, dan mini scanner.

Di luar banyaknya peranti kerja di masa "dinosaurus" itu, saya bersyukur mendapat penugasan di Spa-Francorchamps. Mewawancarai Mika Hakkinen dan Alexander Wurz di motorhome masing-masing, mencegat Ricardo Zonta dan Jacques Villeneuve, Jackie Stewart, Alain Prost, Bernie Ecclestone, Jean Todt dan Flavio Briatore, sampai berpotret bersama Patrick Head dan Sir Murray Walker. Juga ada kesempatan temu kangen dengan PR Manager Sauber-Petronas saat itu, Mrs Agnes Carlier, yang memberi waktu khusus untuk berbincang dengan Peter Sauber serta Mika Salo. Serta mempertemukan saya dengan kolumnis F1 senior, Gerard "Jabby" Crombac.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

1

Batal Nonton Rio Haryanto 

Tahun ini, sedianya saya ditemani pasangan tercinta ingin bernostalgia menonton GP belgia. Kebetulan, bersamaan hari balapan, di Britania Raya berlangsung bank holiday, sehingga ada ekstra libur. Saat niat itu muncul, belum ada tanda-tanda Rio Haryanto, pebalap pertama F1 asal Indonesia bakal absen di Circuit de Spa-Francorchamps.

Rencana akhirnya batal, saat Manor Racing mengumumkan pemutusan kontrak Rio sebagai driver. Ada penjelasan bahwa hal ini murni alasan pendanaan atau finansial, bukan mengacu pada keandalan atau prestasi.

Di satu sisi, kita diajak memahami, bahwa sebuah tim dengan kondisi keuangan biasa-biasa saja memerlukan bantuan pihak lain. Termasuk pasokan mesin, dengan konsekuensi boleh dititipi pebalap pilihan mereka. Namun di sisi lain, sebagai seseorang yang memiliki kebangsaan sama dengan Rio, saya mesti puas dengan kenyataan bahwa di antara sederet pit di sirkuit F1 tak ada lagi stiker bendera negara kita.

Tiada pula komentator asing yang menyebut nama "Haryanto". Dan sebagai pribadi saya juga terusik dengan sebuah portal motorsport asing yang membuat komentar: mobil saya mana, Dude?, di bawah satu potret apik Rio yang diabadikan Sutton Images--padahal beberapa saat sebelumnya saya cuitkan terima kasih kepada Sutton dan mereka memberikan respon "like". Tak dinyana, foto ini disalahgunakan oleh portal itu untuk menuangkan pernyataan yang tidak pada tempatnya.

Tetapi, kembali kepada Rio, melihatnya sudah berada di Spa-Francorchamps, melakukan inspeksi sirkuit bersama kru Manor Racing dan menerima tugas baru sebagai reserve driver, kekesalan akibat komentar si portal dan batalnya kami ke Belgia jadi terobati. Bila mau ditarik lebih jauh, empat tahun lalu di bulan yang sama di sirkuit ini, Rio merebut pole position GP2 di sesi kualifikasi Jumat. Catatan waktu 2:17.535 dalam kondisi hujan. Dengan kata lain, walau menggunakan tunggangan berbeda, Rio sudah pernah berlaga di Spa-Francorchamps. Pernah mencicipi sirkuit pujaan para driver ini.

Penghiburan yang lain, bisa meminjam perkataan mendiang Ayton Senna usai Australian GP 1993. Saat ditanya rival terberatnya, ia menyebut Terry Fullerton, seteru dari dunia karting, bukan F1. Senna mengingatnya sebagai kenangan yang sangat indah, karena "pure driving, pure racing" tanpa latar belakang uang maupun politik. Semoga Rio segera kembali ke pentas F1 membawa Merah Putih!

Ukirsari Manggalani

*Penulis adalag Travel writer, penulis cerpen, dan mantan editor sebuah media otomotif di Tanah Air. Saat ini bermukim di London.

Video Populer

Foto Populer