Sukses


PON 2016: Ika Yuliana, Debat Panas di Rio dan Doa dari Tanah Suci

Bola.com, Bandung - Atlet Jatim, Ika Yuliana, terus menebar senyum setelah memastikan menyabet medali emas dari nomor perseorangan recurve putri PON Jabar 2016 di Lapangan Panahan si Jalak Harupat, Soreang, Bandung, Rabu (21/9/2016) siang. Ucapan selamat dari rekan-rekan setimnya juga dibalasnya dengan riang.

Ika mengaku lega satu dari dua target emas yang harus dipenuhinya di PON 2016 sudah terelisasi. Namun, atlet asal Bojonegoro, Jawa Timur, itu tak mau terlalu lama larut dalam kegembiraan. Dia langsung mengalihkan fokus untuk lomba nomor beregu putri yang juga dibebani target medali emas.

Kegembiraan dan kelegaan Ika seusai menyabet emas pertamanya di ajang PON ini bukan tanpa alasan. Emas tersebut setidaknya menjadi penebus kekecewaan setelah dia gagal membawa pulang medali dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Berharap banyak bisa mempersembahkan medali, langkah Ika di Olimpiade Rio terhenti di babak 16 besar.

"Tentu saja senang. Tapi jujur saja, main di PON atau Olimpiade deg-degannya sama. Tadi juga sempat grogi, tapi syukurlah berjalan lancar dan dapat emas," kata Ika saat ditemui wartawan seusai lomba.

Ika mengaku persiapan untuk PON ini tak terlalu maksimal. Dia hanya berlatih sekitar dua pekan, sebelum turun bertanding di ajang PON. Sepulang dari Rio de Janeiro, dia mendapat jatah liburan total selama lima hari.

Setelah itu dia baru bisa berlatih, itu pun tak bisa full karena sudah harus kembali masuk bekerja di sebuah bank di Bojonegoro Jatim. Pada pagi hari, Ika berlatih antara pukul 06.00 WIB hingga 08.30. Sedangkan pada sore hari melahap porsi latihan antara pukul 15.00 WIB hingga 18.00 WIB.

“Tapi saya menikmati semua prosesnya ini. Sebenarnya latihan untuk PON ini sudah dilakukan jauh-jauh hari juga, sekalian latihan untuk Olimpiade. Jadi setelah Olimpiade latihannya hanya menjaga kondisi. Syukurlah bisa menghasilkan emas,” beber atlet yang sudah mengoleksi emas dari ajang SEA Games, Kejuaraan Dunia maupun Asian Grand Prix ini.

Selain harus membagi waktu antara berlatih dan bekerja, Ika juga disibukkan dengan mengurusi rumah karena kedua orang tuanya sedang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Selama masa persiapan, dia mengaku terus berkomunikasi dengan orang tuanya. Begitu juga saat hendak berangkat ke PON, tak lupa Ika meminta doa dari orang tuanya. Ika yakin doa dan restu kedua orang tuanya punya andil besar dalam keberhasilannya kali ini.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

2

“Saat terakhir menghubungi orang tua, mereka berpesan supaya saya mengirim jadwal pertandingan. Mereka ingin mendoakan saat saya bertanding. Jujur tadi pagi saya lupa SMS untuk memberi tahu jadwal. Tapi, dalam hati saya berdoa ke Tuhan supaya pesan saya sampai ke bapak-ibu. Saya yakin emas ini juga berkat doa orang tua saya dari Tanah Suci,” lanjut Ika.

Sementara itu, menurut sang pelatih Endah Sulistyorini, penampilan meyakinkan Ika pada perorangan recurved putri ini tak lepas dari momen penting seusai pertandingan di Olimpiade Rio. Setelah dipastikan tersingkir, Ika dan pelatihnya berdebat panas di ruang ganti. Mereka beradu argumen tentang penyebab kegagalan Ika di babak 64 besar. Saat itu, Ika bahkan sampai menangis.

“Saat itu juga kami mengevaluasi penampilan Ika. Kami berdebat panas, saling memberikan argumen masing-masing. Tentu saja saya harus bisa menang debat dari Ika, karena saya pelatihnya. Saking panasnya perdebatan, sampai ada petugas kebersihan yang menghampiri dan bertanya. Tapi, dia tidak bisa bahasa Inggris, jadi ya sudah,” kata Endah, sembari tertawa.

Dari perdebatan itulah diketahui Ika memang sangat tertekan selama bertanding di Olimpiade Rio sehingga hasilnya tak maksimal. Peraih medali emas di SEA Games 2013 dan 2015 tersebut mengaku terbebani memberikan prestasi terbaik karena sudah tiga kali tampil di Olimpiade.

“Dari kejadian itu, Ika mendapat pelajaran berharga. Dia harus lebih tenang sehingga emosinya terjaga, tidak labil seperti saat di Olimpiade Rio. Makanya dia bisa tampil lebih tenang tadi dan berhasil meraih emas,” kata pelatih yang sudah sudah memoles Ika sejak sang atlet berusia 12 tahun tersebut.

 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer