Bola.com, Bandung - Lifter andalan Indonesia, Triyatno, sejak awal berangkat ke PON Jabar 2016 memang mengusung misi ganda. Selain berusaha menyumbangkan medali emas untuk Kalimantan Timur, pria berusia 28 tahun tersebut juga ingin mendukung perjuangan istrinya, Riska Anjani Yasin, yang kebetulan sesama lifter.
Yang menarik, meskipun berstatus suami istri, kedua atlet angkat besi tersebut membela daerah berbeda. Triyatno mengusung panji-panji Kalimantan Timur, sedangkan sang istri membela Jawa Barat. Namun, hal itu tak menghalangi mereka untuk saling mendukung.
Advertisement
Baca Juga
Saat Triyatno bertanding di kelas 69 kg putra di GOR Sabilulungan Si Jalak Harupat, Soreang, Bandung, Rabu (21/9/2016), sang istri mendukung dari tribune penonton. Dia mengajak buah hati mereka, Verro Alexi Olimpian. Sayangnya, impian Riska melihat sang suami menyabet medali emas gagal terealisasi. Triyatno harus puas meraih medali perak setelah kalah dengan rekan sesama Olimpian, Deni.
Triyatno hanya mencatatkan total angkatan 320 kg, sedangkan Deni membukukan total angkatan 328 kg. Namun, kegagalan itu tak membuat Triyatno larut dalam kekecewaan. Dia tetap menebar senyum saat pengalungan medali dan memberikan ciuman jauh untuk istri dan anaknya di tribune penonton.
"Deg-degan luar biasa tadi waktu melihat (Triyatno) dari tribune. Sampai keluar keringat dingin saking deg-degannya. Apalagi angkatannya mepet, itu tambah bikin deg-degan," kata Riska membeberkan perasaannya menyaksikan perjuangan sang suami.
"Kalau seperti itu yang bisa saya lakukan hanya berdoa. Kadang saking deg-degannya tidak berani melihat saat dia mengangkat," imbuh Riska.
Triyatno mengaku kehadiran keluarga kecilnya di PON 2016 sangat berarti bagi dirinya. Keberadaan mereka melecut semangat peraih medali perak di Olimpiade London 2016 tersebut untuk mempersembahkan hasil terbaik. Sayangnya, ambisi merebut emas gagal direalisasikan.
"Jelas tambah semangat, keberadaan anak yang baru berusia setahun dan istri menjadi pembeda," kata Triyatno.
Setelah rampung menunaikan tugasnya, Triyatno beralih melakoni misi lainnya, yaitu menyemangati sang istri yang turun di kelas 75 kg putri. "Saya pasti mendukung dan akan berteriak paling keras," tegas lifter kelahiran Lampung tersebut. Sayang, Riska juga gagal merebut medali untuk tim Jabar. Dia bahkan gagal membukukan angkatan clean and jerk.
Lalu, seperti apa interaksi suami istri yang sama-sama berprofesi sebagai lifter ini? "Kami memang beda daerah, jadi komunikasi harus selalu jalan. Setiap hari kalau bisa video call. Kadang kalau ketemu latihan bareng, juga diskusi soal teknik-teknik," ujar Triyatno.
Sebagai pasangan yang besar di angkat besi, Triyatno dan Riska, tentu secara tidak langsung menurunkan bakat mereka kepada sang buah hati. Namun, keduanya tak akan memaksa sang putra untuk menekuni karier di dunia angkat besi. Verro bakal dibebaskan memilih jalannya sendiri.
"Tapi sepertinya dia tertarik dengan angkat besi. Apalagi Verro sudah biasa main di tempat latihan karena ada sasana di dekat rumah. Mungkin memang tertarik dengan angkat besi," beber Triyatno sembari tertawa.