Bola.com, Jakarta - Grand Prix Jepang atau GP Jepang yang baru saja rampung di Sirkuit Suzuka International Racing Course, Minggu (9/10/2016), meninggalkan "tugas lanjutan". Yaitu protes yang sempat dilontarkan Mercedes AMG Petronas F1 Team kepada FIA soal Max Verstappen (Red Bull) yang dianggap menghalangi laju Lewis Hamilton dalam meraih posisi kedua.
Advertisement
Baca Juga
Sebelum kejadian yang disebabkan taktik dan gaya menyetir Verstappen, 27 tahun lalu kejadian hampir senada namun berbeda--karena terjadi antarpebalap yang sama-sama menempati klasemen papan atas--pernah mewarnai GP Jepang.
Aksi Kontroversi Prost-Senna
GP Jepang 1989 tercatat sebagai salah satu seri paling terkenal dalam sejarah F1. Pasalnya, Ayrton Senna dan Alain Prost yang sama-sama membela team McLaren-Honda, melakukan aksi kontroversial.
Prost melakukan start dengan cantik, dan selepas lap ke-46 mendekati Casio chicane, Senna membayangi dan siap memotong, namun Prost tidak memberikan ruang. Saat tunggangannya selesai melahap tikungan bagian pertama dari chicane, Prost menabrak Senna yang tengah mengambil posisi. Kedua jet darat sama-sama keluar trek dengan kondisi ban saling mengunci. Marshall segera meminta dua mobil ini diamankan agar tidak membahayakan lintasan.
Saat Prost melangkah meninggalkan kendaraannya--apapun hasil balapan nanti, poin dia sudah lebih unggul--, Senna memberi kode agar jet daratnya didorong masuk lintasan dan ia melaju lagi setelah menghidupkan mesin--tanpa peduli kondisi wing depan rusak. Dia lalu masuk pit untuk mengganti moncong kendaraan dan berhasil menyentuh garis finis terdepan. Sayangnya, FIA menjatuhkan diskualifikasi atas kemenangan Senna dan gelar juara dunia 1989 jatuh ke tangan Prost.
Pada GP Jepang tahun berikutnya, 1990, penonton disuguhi "sequel" tabrakan Prost - Senna. Bila di Suzuka 1989 Prost (kini di team Ferrari) unggul atas Senna dengan 16 poin, sekarang giliran Senna unggul 9 poin dibanding Prost. Juga kebalikan dengan aksi kontroversial sebelumnya yang terjadi di tengah balapan, kali ini saat bendera start baru berkibar, di tikungan pertama, Senna yang menempati pole position telah membentur jet darat Prost yang start di grid 2. Keduanya sama-sama keluar trek dan dinyatakan retired. Gelar juara dunia 1990 pun diraih Senna.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Digelar "Menyambut" Badai
Sebelum peristiwa Prost - Senna di GP Jepang, pebalap generasi sebelumnya, James Hunt (McLaren-Ford) dan Niki Lauda (Ferrari) juga menampilkan kisah menarik di GP Jepang pertama, yang digelar di Sirkuit Fuji Speedway, Shizouka, 1976.
Kebalikan dari kejadian Senna - Prost yang saling beradu jet darat, Lauda justru meninggalkan trek saat bendera start baru saja dikibarkan. Padahal ia hanya unggul 3 poin atas Hunt dari seri-seri sebelumnya hingga mesti mengejar bila ingin tetap unggul atas rivalnya itu.
Bagi fans, pemirsa atau pengamat, hal ini mungkin disayangkan, apalagi bila mengingat kegigihan Lauda sebelumnya. Ia mengalami nahas di GP Jerman, di mana jet daratnya terbakar. Mulai kepala, telinga sampai sebagian mukanya mengalami luka bakar, dan ia hanya menyetujui operasi plastik di bagian kelopak mata agar bisa berfungsi seperti semula. Setelah rehat hanya enam pekan, ia sudah turun lagi di GP Italia dengan wajah masih dibebat verband.
Tetapi, di GP Jepang 1976, Lauda lebih mendengarkan kata hatinya, karena saat itu air mengalir di beberapa bagian lintasan, angin bertiup kencang dan turun kabut sebagai bagian dari awal terbentuknya super typhoon Louise di Lautan Pasifik.
Lauda mampu membuktikan bahwa keputusan yang diambilnya di GP Jepang bukanlah pertanda ia jeri akan petaka GP Jerman. Setahun kemudian ia merengkuh gelar juara dunia kedua kali (1977) bahkan ketiga kalinya (1984).
Move On
Bermacam drama di pentas GP Jepang dari masa ke masa, tentulah menjadi kenangan bagi para driver pun penikmat F1. Empat puluh tahun sejak GP Jepang pertama, meski Hunt adalah seteru terbesarnya, Lauda mengenang sosok ini sebagai: sedikit dari orang yang sangat kusukai, termasuk daftar terbatas dari yang kuhormati, bahkan menjadi satu-satunya orang yang bisa membuatku iri.
Bagaimana dengan akhir drama GP Jepang 2016? Selain polemik tentang Verstappen, seri ini telah mengantar Mercedes AMG Petronas F1 Team menjadi juara konstruktor, dan prestasi ini berhasil disandang tiga tahun berturut-turut. Syukuran dihadiri Lauda yang menjabat sebagai non-executive chairman team.
Di sisi lain, Nico Rosberg membukukan kemenangannya yang pertama di Sirkuit Suzuka. Apakah rivalitasnya dengan Hamilton (lagi-lagi mengingatkan kisah pada Senna - Prost yang juga satu tim) akan semakin memanas mengingat Rosberg kini unggul 33 poin atas Hamilton? Artinya, kalau pun Rosberg hanya meraih posisi kedua di seluruh sisa balapan 2016, ia tetap bisa merebut gelar juara dunia.
Ukirsari Manggalani
* Travel writer yang menuliskan beberapa perjalanan pribadinya untuk National Geographic Traveler dan berbagi pandangan seputar F1 dan MotoGP di Boladotcom. Saat ini bermukim di London bersama pasangan hidupnya.
Advertisement