Bola.com, Bandung - Sebelum bergulirnya Peparnas Jawa Barat 2016, sosok Muliyadi mungkin tak pernah diperhitungkan. Atlet asal Kalimantan Timur itu baru menjalani debut di ajang pesta olahraga nasional untuk difabel tersebut. Siapa sangka, dia justru menorehkan prestasi luar biasa di Tanah Legenda.
Advertisement
Baca Juga
Muliyadi berhasil meraih medali tiga emas dari cabang olahraga renang. Salah satunya pada nomor 100 meter gaya bebas S4 putra dengan waktu 1 menit 32 detik. Catatan waktunya mampu mematahkan rekor Peparnas dan ASEAN Paragames!
"Selama saya menjalani hidup, baru kali ini saya merasakan kebanggaan yang luar biasa. Ada hasil nyata dari kerja keras saya. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pelatih yang sangat mendukung saya," kata Muliyadi ketika berbincang dengan Bola.com, belum lama ini.
Muliyadi awalnya tak berpikir bakal meniti karier sebagai atlet. Dia sebenarnya sudah cukup nyaman dengan pekerjaannya di dunia percetakan. Namun, ajakan dari seorang teman membuatnya mulai tertarik dengan dunia olahraga.
"Saya bertemu teman yang habis ikut seleksi pelatnas Paralimpik. Dari situ saya coba-coba ikut latihan. Setelah itu, saya mulai serius karena mendapat dukungan juga dari teman," ungkap Muliyadi.
Pria berusia 24 tahun itu mengaku niatan untuk menjadi atlet mengalir begitu saja. Tak pernah muncul dalam benaknya bakal menjadi atlet difabel yang bisa menciptakan prestasi yang layak untuk dibanggakan.
Wajar bila sebelumnya Muliyadi tak pernah berpikir akan menjadi atlet. Sejak masih bocah, dia memiliki keterbatasan pada kakinya.
Muliyadi mengaku sejak kecil sering mengalami patah tulang. Namun dia tak tahu apa penyebabnya. "Jadi saat jatuh sedikit ada tulang yang patah. Itu semenjak dari kecil," cerita Muliyadi.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cibiran Menjadi Pelecut Motivasi
Kondisi ini membuat Muliyadi kerap diremehkan. Begitu juga saat dirinya bertekad untuk menjadi seorang atlet. Cibiran pun bermunculan, bahkan dari pihak keluarga.
Komentar miring itu tak menyurutkan tekad anak kedua dari tiga saudara tersebut. Keteguhan hatinya menuntun Muliyadi menuju kesuksesan.
"Saya sering sekali diremehkan. Ada yang bilang kenapa mau jadi atlet, emang ada hasilnya. Bagi saya itu menjadi motivasi. Itu menguatkan saya untuk membuktikan diri bahwa saya bisa," ujar Mulyadi.
"Saya baru bilang ke keluarga pada awal tahun, saat mendekati Peparnas. Saya bilang ke keluarga ingin terjun olahraga. Awalnya mereka meragukan, tapi seperti yang saya bilang, ejekan seperti itu menjadi motivasi untuk membuktikan diri. Apapun yang mereka bilang, saya tidak hiraukan. Saya yakin dengan pilihan saya," tambahnya.
Menorehkan prestasi gemilang di Peparnas tak lantas membuat Muliyadi jadi jemawa. Dia berharap rekan-rekannya sesama difabel tak lelah mengejar prestasi.
"Jangan pantang menyerah," ujarnya mencoba menyemangati semua orang. "Setiap orang pasti punya cobaan."
"Kalau memang ada keyakinan untuk menjalani suatu hal harus bersungguh-sungguh, tekadkan dalam hati, jangan pantang menyerah, berusaha, insya Allah pasti bisa. Tinggal keyakinan diri sendiri bahwa kita mampu, keterbatasan bukanlah halangan," imbuhnya.
Perjuangan Muliyadi belum berakhir. Masih ada mimpi-mimpi lain yang ingin dia capai. "Harapan ke depan saya bisa berprestasi di cabang renang. Saya ingin memecahkan rekor-rekor yang lain," tutur Muliyadi.
Selamat berjuang, Muliyadi!
Advertisement