Bola.com, Jakarta - Musim balap F1 2016 memunculkan banyak kejutan dan cerita untuk penggemar ajang balap jet darat di berbagai belahan dunia. Mencuatnya Rio Haryanto sebagai pebalap pertama asal Indonesia yang tampil di F1 cukup banyak menyita perhatian publik Tanah Air.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa pebalap lain seperti Max Verstappen juga muncul sebagai salah satu fenomena pada musim balap F1 2016. Driver asal Belanda itu kerap memicu kontroversi dengan gaya membalapnya sekaligus menorehkan prestasi sebagai pebalap termuda yang memenangi seri balapan F1, tepatnya pada GP Spanyol.
Musim balap F1 juga memunculkan persaingan ketat antara dua pebalap Mercedes, Nico Rosberg dan Lewis Hamilton. Keduanya bahkan harus menunggu kepastian menjadi juara dunia hingga seri pamungkas di GP Abu Dhabi.
Selain persaingan di lintasan balap, rivalitas antara Rosberg dan Hamilton juga dibumbui kontroversi di luar lintasan. Beberapa kali Hamilton dan Rosberg terlibat perselisihan meski keduanya merupakan rekan setim.
Ada cukup banyak momen terbaik dan terburuk pada musim balap F1 2016. Rio Haryanto bahkan masuk ke dalam salah satu dari 6 daftar momen terbaik dan terburuk F1 2016 versi The Guardian berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1
Tim Terbaik
Mercedes tanpa diragukan lagi menjadi tim terbaik pada musim balap F1 2016. Kedua pebalap Tim Panah Perak yakni Nico Rosberg dan Lewis Hamilton hampir selalu naik podium pada setiap seri.
Mercedes mengunci gelar juara dunia konstruktor musim 2016 pada GP Jepang. Meski musim menyisakan empat seri lagi, perolehan poin tim asal Jerman tersebut tak bisa dikejar Red Bull yang menjadi pesaing terdekat saat itu.
Meski meraih kesuksesan selama tiga tahun berturut-turut, Mercedes sejatinya tengah merugi. Tim Panah Perak total mencatat kerugian bersih sebesar 22,3 juta poundsterling atau sekitar Rp 356 miliar pada F1 2015.
Walau demikian, keadaan ini sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya ketika Mercedes rugi hingga 76,1 juta poundsterling (Rp 1,2 triliun).
Advertisement
2
Tim Terburuk
Jika membicarakan tentang tim terburuk, tentu banyak yang beranggapan bahwa Manor atau Sabuer yang pantas mennyandang predikat tersebut. Namun, anggapan itu salah jika melihat Ferrari sebetulnya tampil sangat buruk pada musim balap F1 2016.
Berbeda dengan Manor atau Sauber yang tak memiliki banyak dana, Ferrari merupakan tim besar dengan segudang pengalaman dan sumber daya yang tak terbatas. Namun, hal itu tetap tak mampu membuat Tim Kuda Jingkrak tampil maksimal pada musim 2016.
Ferrari memang kembali kalah dari Mercedes dalam perebutan gelar juara dunia konstruktor. Tim Panah Perak sudah mengukuhkan diri sebagai juara dunia konstruktor pada pada F1 GP Jepang. Gelar tersebut menjadi yang ketiga secara beruntun untuk Mercedes sejak 2014.
Ferrari mengalami kemunduran prestasi pada beberapa musim belakangan. Padahal tim Kuda Jingkrak sudah menargetkan untuk menjadi juara sejak 2015.
Beberapa perubahan dilakukan demi mewujudkan hal tersebut, termasuk merekrut pebalap andal seperti Sebastian Vettel yang menjadi juara dunia F1 empat kali ketika masih membalap untuk tim Red Bull Racing. Namun, hingga saat ini prestasi pabrikan asal Italia itu tak kunjung membaik dan cenderung semakin tertinggal dari Mercedes.
3
Aksi Balap Terbaik
Jika membicarakan Max Verstappen, tentunya tak bisa lepas dari prestasinya menjadi pebalap termuda yang berhasil menjuarai seri balap F1. Namun, bukan hal itu yang menjadikannya masuk ke dalam salah satu daftar momen terbaik F1 2016.
Verstappen melakukan aksi luar biasa pada GP Brasil setelah finis ketiga di belakang duo Mercedes, Lewis Hamilton dan Nico Rosberg, di Sirkuit Interlagos. Kala itu, Verstappen mampu merangsek dari urutan ke-16 hingga finis di posisi ketiga, yang membuatnya masuk daftar nominasi untuk penghargaan FIA Action of the Year.
Gaya membalap Max Verstappen juga sempat menjadi sorotan akibat insiden dengan duo pebalap Ferrari, Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel, di GP Belgia. Keduanya mengaku kecewa karena merasa jalan di lintasan dihalangi Verstappen dengan cara agresif.
Advertisement
4
Seri Balap F1 Terbaik di 2016
Balapan F1 GP Brasil menjadi seri terbaik pada musim balap F1 2016. Sempat berjalan membosankan dengan hadirnya safety car di lintasan akibat hujan yang mengguyur, GP Brasil dalam sekejap berubah menjadi tontonan paling menarik di sepanjang musim.
Penonton yang menyaksikan GP Brasil disuguhi aksi luar biasa Hamilton yang sempat memiliki predikat Raja Hujan di F1. Driver asal Inggris membuktikan kelasnya sebagai driver andal dengan keluar sebagai juara di GP Brasil sekaligus membuat peluangnya menjadi juara dunia tetap terjaga saat itu.
Acungan jempol layak diberikan kepada Verstappen di GP Brasil. Sempat terpuruk di posisi ke-15, pebalap Red Bull itu mampu merangsek hingga posisi keempat. Saat balapan tersisa dua lap, Verstappen sukses menyalip Sergio Perez untuk menempati posisi ketiga.
5
Pebalap Terbaik
Musim balap F1 2016 memang boleh dibilang menjadi milik Nico Rosberg. Pebalap asal Jerman itu sukses keluar sebagai juara dunia F1 2016, dan merupakan gelar pertama sepanjang kariernya.
Bersaing ketat dengan Hamilton hingga seri pamungkas di GP Abu Dhabi, Rosberg mampu membuktikan kapabilitasnya sebagai salah satu pebalap papan atas F1. Tak hanya persaingan di lintasan, Rosberg juga dipusingkan dengan beberapa tuduhan yang menyebut dirinya menyabotase dan melakukan kecurangan terhadap Hamilton.
Rosberg kemudian memutuskan pensiun setelah menerima trofi juara dunia F1 di Wina, Austria, Jumat (2/12/2016). Rosberg mengungkapkan keputusan ini diambil karena dirinya sudah mewujudkan mimpi masa kecilnya, yaitu menjadi juara dunia F1. Dia pun tak ingin berkomitmen lebih banyak sehingga memutuskan pensiun pada usia 31 tahun.
Advertisement
6
Pebalap terburuk
Guardian menempatkan pebalap Manor Racing asal Indonesia, Rio Haryanto, sebagai pebalap yang paling buruk penampilannya pada balapan F1 musim 2016. Salah satu penyebab utama Rio disebut sebagai pebalap terburuk tak lepas dari insiden yang melibatkan dirinya dan Romain Grosjean pada sesi latihan bebas GP Australia. Pada saat balapan, Rio juga gagal finis karena mobilnya mengalami kerusakan mesin pada lap ke-18.
Saat itu Rio diberi hukuman tiga grid penalti dan pengurangan dua poin di lisensi membalapnya. Selain insiden itu, Guardian juga mengganggap kondisi Rio Haryanto yang hanya tampil setengah musim sebagai kegagalan di musim balap F1 2016.
Selama 12 seri tampil di F1 2016, Rio Haryanto tak bisa mendulang poin. Dia kalah dari rekan setimnya, Pascal Wehrlein yang berhasil menyumbangkan satu poin untuk Manor.