Bola.com, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti, mengatakan tunggal putri Indonesia butuh sekitar 2-3 tahun untuk menyusul ketertinggalan alias kembali ke persaingan papan atas dunia. Menurutnya, butuk komitmen, kerja keras, disiplin, dan program yang matang supaya tunggal putri Indonesia bisa berbicara kembali di tingkat dunia.
Advertisement
Baca Juga
Sektor tunggal putri bulutangkis Indonesia masih jadi pekerjaan rumah besar untuk PBSI. Jangankan berbicara banyak dalam perebutan gelar-gelar bergensi, Indonesia tak punya pemain tunggal putri yang mengisi peringkat 30 besar dunia.
Pemain putri Indonesia yang berperingkat terbaik adalah Fitriani yang menempati ranking 40 dunia BWF. Sedangkan Linda Wenifanetri yang sudah pensiun pada pekan lalu berada di peringkat 42. Dinar Ayu Asyustine bercokol di posisi ke 43, sedangkan Hanna Ramadini berperingkat 46.
"Tunggal putri kita memang harus ekstra kerja keras untuk menyusul ke atas. Step by step kami akan men-challenge mereka untuk juara. Naik level selangkah demi selangkah," kata Susy Susanti, saat ditemui di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta, Jumat (30/12/2016).
Susy mengaku dirinya tak bisa membuat keajaiban dengan mengangkat kembali sektor tunggal putri dalam sekejap. Membenahi sektor tunggal putri menurutnya butuh proses.
"Ya tidak mungkin saya bisa membenahi hanya dalam tempo 2-3 bulan. Untuk tunggal putri saya kira butuh waktu 2-3 tahun lagi. Yang muda-muda berprestasi diberi kepercayaan, mereka bisa menggeser senior-senornya. Tapi yang jelas butuh komitmen serius dari semua pihak, PBSI, pelatih, dan pemain. Dibutuhkan juga dispilin tinggi dan semangat yang besar," kata Susy Susanti.
Peta kekuatan di sektor tunggal putri kini semakin merata, tak lagi didominasi oleh China seperti pada beberapa tahun lalu. Peringkat pertama dunia ditempati oleh pemain Taiwan, Tai Tzu Ying, sedangkan pemain Spanyol, Carolina Marin, berada di urutan kedua. Posisi ketiga diduduki pemain Korea Selatan, Sung Ji-hyun, diikuti Sun Yu dari China. Sedangkan posisi kelima ditempati oleh Ratchanok Intanon dari Thailand.
Sektor tunggal putri sudah lama tak berbicara banyak di pentas dunia. Gelar bergengsi terakhir diraih Linda Wenifanetri saat meraih medali perunggu pada Kejuaraan Dunia 2015. Sedangkan masa keemasan tunggal putri tak lain saat Susy Susanti masih menjadi Srikandi bulutangkis Indonesia.