Bola.com, Jakarta - Peta bulutangkis dunia menunjukkan perkembangan menarik pada 2016. Para pemain Eropa menunjukkan perkembangan pesat, sehingga semakin bersaing ketat dengan para pemain Asia yang selama ini mendominasi peta bulutangkis dunia.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu bukti makin bersinarnya bulutangkis Eropa adalah keberhasilan Denmark meraih Piala Thomas 2016. Berikutnya ada sosok Carolina Marin yang berhasil merebut medali emas Olimpiade Rio 2016. Di final, Marin menundukkan pemain muda asal India, PV Sindhu.
Pemain Eropa lain yang mencuri perhatian adalah Viktor Axelsen. Pemain berusia 23 tahun yang menempati peringkat ketiga dunia tersebut meraih medali perunggu Olimpiade dan menjuarai BWF Super Series Final di sektor tunggal putra.
Di sektor ganda putra, Rusia pun juga mampu berbicara setelah wakil mereka, Valdimir Ivanov/Ivan Suzunov, menjuara All England 2016. Bulgaria, negara yang bulutangkisnya menjadi olahraga asing juga patut diperhitungkan setelah duo kakak beradik Gabriella/Stefani Stoeva bisa menembus peringkat 14 dunia.
Namun, Asia juga tak berhenti memunculkan pemain-pemain muda berbakat dan bermaterikan juara. Sepanjang 2016, tercatat ada beberapa pemain muda Asia yang mampu unjuk gigi dan mencuri perhatian publik bulutangkis dunia. Keempatnya juga diprediksi masih bakal bersinar pada musim 2017. Siapa saja mereka?
Berikut Bola.com merangkum pemain muda asia potensial yang digadang-gadang bakal makin bersinar di pentas bulutangkis dunia pada 2017:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kevin Sanjaya Sukamuljo
Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kini berusia 21 tahun memiliki dikenal penuh percaya diri, energik, dan dikenal selalu ngotot ingin memenangi pertandingan. Kevin mengawali karier bulutangkis sebagai tunggal putra di klubnya saat itu, Djarum Kudus. Lantaran penampilannya dianggap tidak berkembang, Kevin mencoba peruntungan di sektor ganda, meski saat itu masih berkeyakinan mampu berkembang jika diberikan waktu bermain yang lebih banyak.
Namun, pelatihnya saat itu lebih jeli melihat bakat Kevin yang bergerak sangat atraktif saat bermain. Kevin pun terus konsisten bermain di sektor ganda.
Kevin memang talenta yang spesial. Meskipun hanya berpostur 170 cm, dia punya smash yang mematikan. Dengan permainan yang sedikit mengadopsi gaya tunggal putra yang penuh skill dan trik, tak sedikit lawan nya tertipu dengan bola-bola pukulan Kevin.
Kevin pernah mencoba peruntungan bermain di sektor ganda campuran. Berpasangan dengan Masita Mahmudin yang saat ini didepak dari Pelatnas, ganda muda tersebut menjuarai gelar selevel World Junior Championships pada 2013. Dia juga pernah berpasangan dengan Greysia Polii di ajang Indonesia Open 2014. Meski gagal meraih juara namun pasangan dadakan tersebut sukses mengulung ganda campuran nomor satu dunia saat itu, Zhang Nan/Zhao Yunlei, pada babak perdelapan Final.
Namun, posisi utama Kevin tetap di ganda putra. Kini, dia pun telah mengunduh berbagai prestasi gemilang di sektor ganda putra.
Berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon, Kevin kini menduduki peringkat kedua dunia BWF di sektor ganda putra. Mereka juga menahbiskan diri sebagai pasangan ganda putra nomor satu pelatnas. Ini jadi loncatan prestasi besar mengingat pada 2015, Kevin/Marcus hanya berada di peringkat 115 dunia.
Kevin merupakan pemain Pelatnas Cipayung dengan raihan gelar terbanyak pada 2016, perinciannya empat gelar bersama Marcus (Malaysia Masters, India Terbuka, Australia Terbuka, dan China Terbuka) dan satu gelar dari Indonesia Masters bersama Wahyu Nayaka. Tak heran, dia menjadi salah satu tumpuan di sektor ganda putra Indonesia.
Melihat prestasi apik Kevin/Marcus pada 2016, publik pun berharap banyak pada pasangan ini. Kevin/Marcus diprediksi bakal semakin matang dan punya potensi makin bersinar pada tahun 2017.
Advertisement
Chen Qingchen
Pemain muda potensial China, Chen Qingchen, unjuk gigi sepanjang 2016. Chen yang kini berusia 19 tahun awalnya hanya diplot sebagai pemain ganda campuran lini kedua China, yang saat itu masih diisi nama macam Zhao Yunlei dan Ma Jin. Namun, kini dia benar-benar menjadi andalan China dengan turun di dua nomor sekaligus, ganda putri dan ganda campuran.
Perkembangan pesat ditunjukan pemain berpostur 164 cm pada tahun lalu. Dengan umur yang baru menginjak 20, Chen mampu membawa pulang gelar-gelar bergengsi dan beberapa kali mengalahkan ganda-ganda senior. Pasangan senior dunia yang lebih berpengalaman ditaklukan oleh pemain kelahiran Guangdong tersebut.
Di sektor ganda putri, Chen QingChen yang berpasangan dengan Jia Yifan jadi momok utama para ganda putri Indonesia pada tahun lalu dan juga pada 2017 ini. Pasangan Chen/Jia ini punya modal memadai berkat tampilan apik pada 2016, antara lain juara di Makau Terbuka dan Prancis Terbuka. Kini Chen Qingchen/Jia Yifan bertengger di peringkat enam dunia sekaligus membuat mereka menjadi ganda putri nomor satu China per Januari 2017.
Di ganda campuran, Chen Qingchen lebih berbahaya, berpasangan dengan Zheng Siwei, Chen menciptakan banyak kejutan dengan menaklukkan finalis Olimpiade Rio 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, di final Thailand Terbuka Grand Prix Gold 2016 dan juga menjuarai Prancis Terbuka.
Pasangan tersebut juga dua kali mengalahkan pasangan nomor satu dunia saat itu Ko Sung Hyun/Kim Ha Na di Jepang Terbuka Super Series 2016 dan Prancis Terbuka Super Series 2016. Kedua pemain telah menduduki peringkat satu dunia dengan raihan 81.400 poin, unggul 5.000 poin atas ganda campuran nomor satu Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang berada di peringkat ketiga dunia.
Prestasi Chen paling gemilang adalah saat merebut dua gelar sekaligus di ajang BWF Super Series Finals 2016, baik di nomor ganda putri maupun ganda campuran.
Kegemilangan kiprah Chen Qingchen, baik di sektor ganda putri dan ganda campuran, diprediksi berlanjut pada tahun 2017.
Akane Yamaguchi
Tunggal putri Jepang mendapat perhatian kala Nozomi Okuhara menggondol gelar All England pada awal 2016 setekah mengalahkan tunggal putri China, Wang Shixian. Hasil tersebut juga membawa Nozomi naik ke peringkat empat dunia saat itu.
Setelah itu, Nozomi dirundung cedera dan gagal mengulangi penampilan impresifnya. Pada saat Jepang sepi gelar, muncul nama baru yang tak kalah aktraktif, Akane Yamaguchi. Memilki postur tubuh yang lebih pendek daripada Nozomi tak membuat pemain berusia 19 tahun ini mudah takluk di lapangan. Pukulan berkelas tinggi dan footwork yang ideal membuat Akane begitu ditakuti lawan.
Sebelum turun pada turnamen senior, Akane terlebih dahulu mencicipi banyak gelar junior yang membuatnya menduduki peringkat satu dunia untuk kategori junior tungga putri dunia.
Memulai debut 2016, kejutan dari Akane terjadi pada Maret kala bermain di Jerman Terbuka 2016. Pemain kelahiran 1997 tersebut bisa menembus semifinal, namun kemudian takluk di tangan pemain senior China, Wang Shixian, rubber game. Sebulan setelahnya pada perhelatan Singapore Terbuka, Akane juga menginjak semifinal, tapi kali ini dikalahkan pemain nomor satu putri Thailand, Ratchanok Intanon.
Prestasi Akane menjelang akhir tahun. Dua gelar super series dibawa pulang pemain mungil tersebut, yaitu Korea Terbuka Super Series dan Denmark Terbuka Super Series Premier. Di Korea Terbuka, dia mengalahkan pemain tuan rumah Sung Ji Hyun. Sedangkan di turnamen Denmark Terbuka, dia menang atas tunggal putri nomor satu dunia, Tai Tzu Ying.
Kegigihan dan kesabarannya membuahkan hasil setelah menurunnya penampilan Nozomi Okuhara sehingga tidak membuat publik pecinta bulutangkis Jepang sedih terlalu lama. Kini Akane Yamaguchi berada di peringkat tujuh dunia yang otomatis menjadikannya tunggal putri nomor satu Jepang saat ini. Prestasi Akane juga diprediksi bakal makin bersinar pada 2017.
Advertisement
He Bingjiao
He Bingjiao belum genap berusia 19 tahun, namun memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan tunggal putri China lainnya. Sepanjang 2016, He Bingjiao menggondol empat gelar juara dari empat kali final yang dilakoni. Tak tanggung-tanggung, di final Swiss Terbuka 2016, dia bisa mengalahkan seniornua di pelatnas China, Wang Yihan, dan kemudian membungkam Sun Yu di final Jepang Terbuka 2016.
Hasil-hasil gemilang itu membuktikan He Bingjiao mampu menggantikan peran sebagai andalan tunggal putri China setelah ditinggalkan trio Wang Yihan, Wang Shixian, dan Li Xuerui akhir 2016. Sepanjang 2016, He Bingjiao total mengoleksi empat gelar, yaitu Bitburger Open, Prancis Terbuka, Jepang Terbuka, dan Swiss Terbuka.
Kini, He menempati peringkat sembilan dunia dan menjadi tunggal putri nomor dua China di bawah seniornya Sun Yu. He pun juga diperkirakan bakal semakin bersinar pada 2017