Sukses


Komunitas Bulutangkis Suarakan Persatuan di Hari Lahir Pancasila

Bola.com, Jakarta - Mantan atlet bulutangkis yang tergabung di Komunitas Bulutangkis Indonesia mendeklarasikan persatuan dan kesatuan Indonesia pada hari lahir Pancasila, Kamis (1/6/2017). Mereka berharap Indonesia tidak terpecah belah oleh isu-isu yang bisa menodai Pancasila dan memunculkan keretakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Mengambil momentum peringatan ke-71 Hari Lahir Pancasila, para mantan atlet yang pernah mengharumkan nama Indonesia di bulutangkis itu merasa terpanggil menunjukkan dedikasi, loyalitas, dan dukungan kepada NKRI. Mereka menyatakan sikap setiap dan mendukung pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Para pemain yang tergabung dalam Komunitas Bulutangkis Indonesia terus terang merasa cemas dengan kondisi kebangsaan saat ini. Kami mencermati adanya upaya dari sejumlah pihak untuk memecah belah negara dan bangsa Indonesia menggunakan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)," kata Ketua Komunitas Bulutangkis Indonesia, Tan Joe Hok di Jakarta, Kamis (1/6/2017).

"Sebagai olahragawan yang selama ini telah ikut berjuang dengan keringat, darah, dan air mata demi mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia, kami terus terang prihatin dan khawatir dengan kondisi ini. Kami akan terus mendukung tegaknya Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI," ujar pria yang pertama kali mempersembahkan gelar Piala Thomas 1958 di Singapura itu.

Para mantan atlet yang menggunakan kaus berwarna merah dan putih itu juga membacakan deklarasi pernyataan sikat persatuan untuk Indonesia. Mereka semua sepakat berharap untuk melindungi Indonesia dari oknum-oknum yang ingin memecah belah persatuan.

Selain Tan Joe Hok, dalam acara tersebut juga dihadiri beberapa nama mantan atlet bulutangkis Indonesia lintas generasi seperti Ivana Lie, Hariyanto Arbi, Ricky Soebagdja, Marlev Mainaky, Elysa Natanael, Rosiana Tendean, dan Mary Herlim.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer