Bola.com, Bali - Sinar matahari dan olahraga ekstrim tentunya menjadi hal yang biasanya dijauhi kaum hawa. Namun, kedua hal tersebut justru seakan menjadi teman akrab untuk Diah Rahayu, peselancar asal Bali yang telah menorehkan berbagai prestasi pada beberapa kejuaraan surfing di dunia.
Perkenalan Diah dengan ombak dimulai ketika usianya menginjak 12 tahun. Saat itu sang ayah yang juga seorang peselancar, mengajarinya olahraga ini. Tak ada rasa takut bagi Diah ketika pertama kali menjajal surfing, gadis berusia 23 tahun itu justru mendapat kesenangan tersendiri ketika harus berpacu mengejar ombak.
Advertisement
Baca Juga
"Saat berselancar saya merasa menemukan jiwa saya di air. Saya merasa laut merupakan rumah kedua untuk saya karena memberikan banyak kenyamanan," ujar Diah kepada Bola.com di Bali, belum lama ini.
"Ketika pertama kali mencoba serius di surfing juga tak sedikit yang menentang, bahkan kedua orang tua juga sempat tak memberi izin. Namun, saat ini saya membuktikan keputusan itu tidak salah," sambungnya.
Nama Diah mulai dikenal sebagai salah satu surfer terbaik Indonesia ketika berhasil meraih medali perunggu pada Asian Beach Games 2008 yang dihelat di Bali. Setelah itu Diah kembali meraih beberapa penghargaan di kompetisi surfing internasional yang membuatnya menjadi satu-satunya peselancar wanita tersukses yang berasal dari Indonesia.
Mengenal ombak sejak usia 12 tahun membuat Diah tak khawatir kulitnya harus terbakar matahari karena banyak menghabiskan waktu di pantai. Peselancar kelahiran Seminyak tersebut justru merasa lebih cantik ketika berada di atas papan selancar.
"Bagi saya cantik itu ketika seorang wanita tampil dengan natural dan tak ada yang ditutupi. Saya tak peduli harus terbakar matahari karena setiap hari berada di pantai dan justru merasa beruntung bisa mengenal surfing," tutur Diah.
Ketika menginjak usia 14 tahun, Diah telah menandatangani kontrak kerjasama dengan brand asal Australia, Rip Curl. Hal ini membuatnya bisa dibilang memiliki penghasilan yang cukup menjanjikan dari surfing.
Namun, Diah mengaku tak bisa terus aktif berselancar. Adat masyarakat Bali yang mengharuskan satu orang wanita dari setiap keluarga untuk menetap di rumah membuat Diah harus siap meninggalkan surfing ketika waktunya tiba.
"Keputusan untuk meninggalkan surfing memang harus diambil suatu saat nanti. Saat ini saya juga sudah menyiapkan beberapa rencana jika nanti tidak aktif berselancar lagi yakni mengurusi dua kedai kopi yang saya dirikan," ujar penggemar Stephanie Gilmore tersebut.
Meski keputusan untuk meninggalkan surfing harus diambil suatu saat nanti, Diah tetap tak akan meninggalkan pantai yang telah menjadi rumah keduanya. Diah berharap bakal semakin banyak wanita di Indonesia yang mau mengikuti jejaknya untuk menjadi peselancar.
"Mungkin dulu peselancar wanita di Indonesia bisa dihitung pakai jari. Tapi, sekarang sudah semakin banyak dan saya harap keadaan ini bisa terus berlanjut dan mereka bisa menorehkan prestasi dan membanggakan Indonesia di kompetisi internasional," tutur Diah Rahayu.